Rekonstruksi Australopithecus africanus |
Hominidae (ejaan Inggris: [hɒˈmɪnɨdiː]; diinggriskan dengan hominids, juga dikenal sebagai kera besar [notes 1] , sebagai istilah yang digunakan disini, membentuk sebuah keluarga taksonomi, mengikutkan empat genera yang masih ada: simpanse (Pan), gorila (Gorilla), manusia (Homo), dan orangutan (Pongo). [1]
Dahulu, istilah ini digunakan dalam pengertian terbatas hanya pada
manusia dan kerabat dekat manusia yang lebih dekat dari simpanse.
Genera yang diketahui punah dikelompokkan bersama dengan manusia dalam sub-keluarga Homoninae, yang lainnya dengan orangutan dalam sub-keluarga Ponginae. Leluhur terbaru dari Hominidae hidup sekitar 14 juta tahun lalu, [2] saat leluhur dari orangutan berspesiasi dari leluhur dari tiga genera lainnya. [3] Leluhur dari keluarga Hominidae telah berspesiasi dari keluarga Hylobatidae, sekitar 15-20 juta tahun lalu. [3] [4]
Pohon keluarga memperlihatkan hominoids yang masih ada: manusia (genus Homo), simpanse dan bonobo (genus Pan), gorila (genus Gorila), orangutan (genus Pongo), dan gibbon (empat genera dari keluarga Hylobatidae: Hylobates, Hoolock, Nomascus, dan Symphalangus). Semuanya kecuali gibbons adalah hominids. |
1. Sejarah
Pada 19 Juli 2001, sebuah fosil tengkorak yang berusia ~7 juta tahun, diklasifikasikan sebagai Sahelanthropus tchadensis dan dijuluki "Toumai", ditemukan di Chad, Afrika. Ada kemungkinan ini adalah fosil hominine pertama yang pernah ditemukan. Selain umurnya, Toumai, tidak seperti gracile australopithecines yang dikenal dengan "Lucy" yang lebih muda 3-4 juta tahun, memiliki muka yang datar tanpa moncong yang menonjol yang tampak pada pre-Homo hominid. [5] Ada beberapa debat mengenai pentingnya Sahelanthropus tchadensis.
Profesor Daniel E. Lieberman mengatakan bahwa spesies yang tidak
diketahui ini mungkin leluhur langsung dari manusia modern (atau paling
tidak berkaitan dekat dengan leluhur). Yang lainnya, seperti Profesor
Bernard Wood beralasan bahwa satu fosil saja tidak cukup untuk membuat
sebuah klaim karena wujud dari sesuatu adalah metode yang tidak
dipercaya dalam menentukan relasi secara evolusi. [6]
Peneliti seperti David Reich,
Eric Lander dan lainnya berargumen bahwa spesies yang berkaitan dengan
perubahan antara simpanse dan proto-manusia sering bertukar gen lewat
perkawinan silang, sebelum benar-benar terpisah. [7] Secara umum dipercaya bahwa perpisahan Pan/Homo terjadi sekitar 6-8 juta tahun lalu, [8] [9][10] tapi jam molekuler
(metode untuk menghitung evolusi berdasarkan pada laju dimana gen
bermutasi) menyatakan perpisahan genera terjadi 4,6 - 6,2 juta tahun
lalu. [11]
Kajian sebelumnya melihat rata-rata perbedaan genetis antara manusan
dan simpanse. Kajian terbaru membandingkan umur dari rangkaian kunci
dari gen pada manusia modern dan simpanse modern. Beberapa rangkaian
lebih muda dari lainnya, mengindikasikan bahwa simpanse dan manusia
secara gradual terpisah lebih dari 4 juta tahun. Kromosom termuda pada
manusia yaitu X chromosome yaitu 1,2 juta tahun lebih baru dari 22 autosome. [7] Kromosom sex X dikenal rentan terhadap tekanan selektif. [12]
Umurnya menyatakan bahwa ada pembagian antara kedua spesies terseebut,
diikuti dengan perbedaan gradual dan kawin-silang yang menghasilkan gen
lebih muda, dan pemisahan terakhir.
Pandangan minoritas alternatif adalah bahwa Homo terpisah dari leluhur dengan Pongo mungkin lebih awal dari 13 juta tahun lalu, saat Pan lebih berelasi dekat dengan Gorila.
Alternatif ini didukung oleh karakteristik yang secara unik terdapat
pada manusia dan orangutan seperti struktur gigi, enamel yang tebal,
struktur tulang belikat, tebalnya langit-langit belakang rongga mulut,
foramen tunggal yang jelas, produksi estriol yang tinggi, dan janggut
beserta kumis. Ada terdapat sekitar 28 fitur yang menguatkan,
dibandingkan sedikitnya hanya satu fitur unik yang terdapat antara
manusia dan simpanse. Secara luas dipercaya bahwa fitur fisik ini
menyesatkan, tetapi kemungkinan lainnya adalah orangutan telah mengalami
perubahan genetis lebih daripada manusia dan kera Afrika sejak
perpisahan dari leluhur yang sama. Jika hal ini terjadi, maka adanya
persamaan genetis yang jelas antara manusia dan simpanse tidak akan
diperlukan karena hubungan dekat secara evolusi. [13] [14] Hipotesa ini diajukan sebagai penjelasan dari kenapa hominid purba seperti australopiths
tidak hanya mirip seperti orangutan daripada kera Afrika, tapi juga
memiliki karakter unik yang sama dengan orangutan dan kesamaan fosil
seperti tebalnya langit-langit belakang pada rongga mulut dan akar
zygomatic depan. [15]
1.1. Sejarah Taksonomi
Klasifikasi dari kera besar telah di revisi berulang kali
dalam beberapa dekade lalu. Berbagai revisi ini mengakibatkan
penggunaan kata "hominid" yang beragam -- arti awalnya dari Hominidae
mengacu hanya pengertian modern dari Hominina, contohnya hanya pada manusia dan kerabat dekatnya. Pengertian taxon berubah secara bertahap, mengarah kepada pengertian modern dari "hominid", yang mengikutkan semua kera besar dan manusia.
Istilah primatological hominid sering dianggap dengan sejumlah kata yang sama:
- Hominoid, secara umum disebut dengan kera, adalah anggota dari keluarga Hominoidea: anggota yang masih hidup adalah kera lesser (gibbon) dan kera besar (hominid).
- Hominine adalah anggota dari sub-keluarga Homininae: gorila, simpanse, manusia (tidak termasuk orangutan).
- Hominin adalah anggota dari suku Hominini: bonobo, simpanse dan manusia.
- Hominan adalah anggota dari subsuku Hominina: manusia modern dan kerabatnya yang telah punah.
- Manusia adalah anggota dari genus Homo, dimana Homo sapiens adalah satu-satunya extant spesies (spesies yang masih ada), dan Homo sapiens sapiens adalah satu-satunya yang bertahan dalam subspesies.
Banyak ilmuwan, termasuk anthropologist,
terus menggunakan istilah hominid untuk mengacu pada manusia dan kepada
leluhurnya baik yang bipedal maupun yang hampir bipedal.
Seperti yang telah disebutkan, Hominidae awalnya adalah nama yang diberikan kepada manusia dan relasinya yang telah punah, dengan kera besar lainnya ditempatkan di keluarga yang terpisah, yaitu Pongidae. Namun, definisi tersebut membuat Pongidae menjadi paraphyletic
karena paling tidak salah satu spesies kera besar berelasi lebih dekat
kepada manusia dibandingkan kera besar lainnya. Kebanyakan taksonomi
sekarang menyarankan pengelompokan monophyletic - hal ini akan membuat penggunaan Pongidae hanya terbatas pada satu kelompok kera besar (yang terdiri dari Pongo, orangutan) saja. Banyak biologis menganggap Hominidae mengikutkan Pongidae sebagai sub-keluarga dari Ponginae, atau membatasinya hanya pada orangutan dan relasinya yang punah, seperti Gigantopithecus.
Taksonomi yang diperlihatkan disini mengacu pada pengelompokan
monophyletic berdasarkan kepada dua teori hubungan manusia dan kera
besar.
Terutama relasi yang berdekatan dengan manusia membentuk sebuah sub-keluarga, Homininae. Beberapa peneliti memasukan simpanse [16] dan gorila [17] [18] dalam genus Homo
bersama dengan manusia. Kemungkinan lain, fosil relasi yang lebih dekat
berhubungan dengan manusia daripada spesies kera besar yang masih hidup
merepresentasikan anggota dari Hominidae tanpa perlu mengkategorikannya
dalam sub-keluarga atau tribal. Jika orangutan adalah relasi terdekat
dari manusia yang masih hidup, maka akan ada hubungan kelompok antara
Hominidae dan Pongidae, dengan kera Afrika pada keluarga yang terpisah
(Panidae) menurut bukti morfologi. [14] [19]
Banyak hominid yang punah telah dipelajari untuk membantu memahami
hubungan antara manusia modern dan hominid punah lainnya. Beberapa
anggota yang punah dari keluarga ini (yang didefinisikan mencakup
manusia dan simpanse) termasuk Gigantopithecus, Orrorin, Ardipithecus, Kenyanthropus, dan australopithecines Australopithecus dan Paranthropus. Dalam model orangutan sebagai asal manusia, Hominidae akan mengikutkan australopith, dan bisa saja Orrorin dan Kenyanthropus, bukan Ardipithecus dan Sahelanthropus yang tidak memiliki fitur yang diperlukan untuk pembenaran yang kuat sebagai hominid. [20]
Kriteria untuk keanggotaan dalam Homininae dalam teori simpanse sebagai asal manusia tidak begitu jelas, tapi sub-keluarga umumnya terdiri dari spesies yang memiliki 97% kesamaan DNA dengan genome pada manusia modern, dan memperlihatkan sebuah kapasitas untuk bahasa atau kultur sederhana diluar keluarga atau kelompok. Teori pikiran
mengikutkan sarat-sarat seperti atribusi keadaan mental, empati dan
bahkan sifat menipu merupakan kriteria kontroversial yang membedakan
manusia dewasa diantara hominid. Manusia memperoleh kapasitas ini
sekitar umur empat setengah tahun, walaupun belum pernah dibuktikan atau
disanggah bahwa gorila dan simpanse mengembangkan teori pikiran.[21] Hal ini juga menjadi kasus untuk beberapa Monyet Dunia Baru diluar keluarga dari kera besar, contohnya, monyet capuchin.
Bagaimanapun, tanpa kemampuan menguji apakah anggota terdahulu dari Homininae (seperti Homo erectus, Homo neanderthalensis,
atau bahkan australopithecines) memiliki teori pikiran, sangat sulit
untuk mengindahkan persamaan yang tampak pada saudaranya yang masih
hidup. Orangutan memiliki kultur yang sebanding dengan simpanse [22] dan beberapa mengatakan orangutan memenuhi kriteria tersebut. Debat masih terdapat pada pentingnya mendukung Kepribadian Kera Besar.
1.2. Klasifikasi
Keluarga Hominidae: manusia dan kera besar lainnya; genera dan spesies punah tidak diikutkan[1]Subfamily Homininae Tribe Hominini Genus Homo
Subfamily Ponginae
Genus Pongo
Bornean orangutan, Pongo pygmaeus
- Pongo pygmaeus pygmaeus
- Pongo pygmaeus morio
- Pongo pygmaeus wurmbii
Tribe Gorillini
Genus Gorilla
Western gorilla, Gorila gorila
- Western lowland gorilla, Gorila gorila gorila
- Cross river gorilla, Gorila gorila diehli
- Mountain gorilla, Gorila beringei beringei
- Eastern lowland gorilla, Gorila beringei graueri
Common chimpanzee, Pan troglodytes
Simpanse Sentral, Pan troglodytes troglodytes
Simpanse Afrika Barat, Pan troglodytes verus
Simpanse Nigeria, Pan troglodytes ellioti
Simpanse Timur, Pan troglodytes schweinfurthii
Bonobo (Simpanse Pygmy), Pan paniscus
Manusia, Homo sapiens sapiens
Sebagai tambahan dari spesies dan subspesies yang masih hidup di atas, archaeologists, paleontologists, dan anthropologists telah menemukan spesies kera besar yang telah punah. Daftar di bawah adalah beberapa genera dari penemuan tersebut. [1]
Subfamily Ponginae (atau Pongidae)
- Gigantopithecus†
- Sivapithecus†
- Lufengpithecus†
- Ankarapithecus†
- Ouranopithecus†
Homo – leluhur langsung dari manusia modern
- Homo habilis†
- Homo rudolfensis†
- Homo ergaster†
- Homo georgicus†
- Homo erectus†
- Homo cepranensis†
- Homo antecessor†
- Homo heidelbergensis†
- Homo rhodesiensis†
- Homo neanderthalensis†
- Homo sapiens
- Homo sapiens idaltu†
- Archaic Homo sapiens (Cro-magnon)†
- Homo floresiensis†
Paranthropus†
Australopithecus†
Sahelanthropus†(status sebagai hominid sangat bermasalah)
Orrorin†
Ardipithecus†
Kenyanthropus†
2. Deskripsi Fisik
Kera besar adalah primata besar, tanpa ekor, dengan spesies terkecil yang hidup yaitu bonobo
dengan berat 30-40 kilogram, dan yang terbesar yaitu gorila, dengan
jantan seberat 140-180 kilogram. Disemua kera besar, jantan, rata-rata,
lebih besar dan kuat dari betina, walaupun tingkat dimorfisme seksual berbeda diantara spesies. Meskipun kebanyakan spesies lebih dominan quadrupedal,
mereka mampu menggunakan tangannya untuk meraih makanan atau membuat
sarang, dan, pada beberapa kasus, untuk menggunakan alat. [23]
Kebanyakan spesies adalah omnivora,
tapi buah-buahan adalah makanan yang disukai diantara semua spesies
kecuali manusia. Simpanse dan orangutan memakan buah-buahan. Saat gorila
kehabisan buah-buahan pada suatu periode waktu atau pada daerah
tertentu, mereka akan memakan pucuk atau daun, terkadang bambu,
tipe-tipe dari rerumputan. Gorila memiliki adaptasi yang ekstrim dalam
mengunyah dan mencerna makanan berkualitas rendah, tetapi mereka lebih
menyukai buah-buahan bila ada, bahkan akan menempuh bermil-mil untuk
menemukan buah-buahan tertentu. Manusia, semenjak revolusi neolithic, mengkonsumsi kebanyakan makanan sereal dan pati lainnya, termasuk meningkatnya makanan hasil proses, dan juga tumbuhan domestikasi dan daging. Gigi Hominid sama dengan monyet Dunia Lama dan gibbon, walaupun lebih besar pada gorila. Dental formula adalah:
Gigi dan mulut manusia lebih kecil ukurannya dibandingkan kera
lainnya, yang mungkin merupakan adaptasi terhadap memakan makanan yang
dimasak lebih dari jutaan tahun. [24] [25]
kehamilan
pada kera besar berlangsung selama 8-9 bulan, dan menghasilkan satu
keturunan, atau, jarang sekali, kembar. Yang muda ini terlahir tidak
berdaya, dan mereka harus diperhatikan selalu, untuk periode waktu yang
lama. Dibandingkan dengan mamalia lainnya, kera besar memiliki masa
pubertas yang lama, tidak menyapih untuk beberapa tahun, dan tidak
menjadi matang untuk selama 8-13 tahun pada kebanyakan spesies (lebih
lama dari manusia). Oleh sebab itu, betina biasanya melahirkan sekali
dalam beberapa tahun. Tidak ada perbedaan dalam musim melahirkan. [23]
Gorila dan simpanse hidup dalam sekelompok keluarga yang terdiri dari
lima atau sepuluh individu, meskipun kelompok lebih besar terkadang
juga ada. Simpanse hidup di kelompok yang lebih besar dan bercerai
menjadi kelompok yang lebih kecil bila makanan menjadi berkurang. Bila
kelompok kecil simpanse betina keluar dengan arah yang berbeda untuk
mencari makanan, jantan dominan tidak akan dapat mengkontrol mereka lagi
dan betina sering kali kawin dengan jantan bawahan yang lain, apakah
karena pilihan atau bukan. Secara kontras, kelompok gorila selalu
bersama baik ada atau tidaknya buah-buahan. Bila buah tidak ada mereka
akan memakan dedaunan dan tunas. Karena gorila selalu bersama-sama,
jantan dapat memonopoli betina dalam kelompoknya. Fakta ini berhubungan
dengan dimorfisme seksual yang kuat pada gorila dibandingkan simpanse.
Kelompok simpanse dan gorila memiliki paling kurang satu jantan dominan,
dan betina meninggalkan kelompok setelah dewasa. Secara berlawanan,
orangutan umumnya suka bersendiri.[rujukan?]
3. Status hukum
Disebabkan hubungan genetis yang dekat antara manusia dan kera besar, beberapa organisasi hak binatang, seperti Great Ape Project, berargumen bahwa kera besar selain manusia adalah orang dan harusnya diberikan dasar hak manusia. Beberapa negara telah melakukan pelarangan penelitian untuk melindungi kera besar dari segala jenis pengujian sainstifik.
Pada 25 Juni 2008, parlemen Spanyol mendukung undang-undang baru yang
mengilegalkan "pemeliharaan kera untuk sirkus, komersial televisi atau
perfilman" [26]
4. Catatan
- "Kera Besar" adalah nama umum bukan label taksonomi dan mereka berbeda dalam segi penggunaan. Secara halus, ia tampak tidak mengikutkan manusia ("manusia dan kera besar") atau mengikutkannya ("manusia dan kera besar non-manusia").
5. Referensi
- Groves, Colin (16 September 2005). Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). ed. Mammal Species of the World (edisi ke-edisi ketiga). Johns Hopkins University Press. hlm. 181–184. ISBN 0-801-88221-4.
- Andrew Hill & Steven Ward (1988). "Origin of the Hominidae: The Record of African Large Hominoid Evolution Between 14 My and 4 My". Yearbook of Physical Anthropology 31 (59): 49–83. doi:
- Dawkins R (2004) The Ancestor's Tale.
- "Query: Hominidae/Hylobatidae". Time Tree. 26 November 2009. Diakses pada 1 Desember 2010.
- Brunet, Michel (11 July 2002). "A new hominid from the Upper Miocene of Chad, Central Africa". Nature (Nature Publishing Group) 418 (6894): 145–151. doi: . ISSN 0028-0836. PMID 12110880. Diakses pada 3 Mei 2010.
- Whitfield, John, "Oldest member of human family found", 11 Juli 2002. Diakses pada 3 Mei 2010.
- Patterson, Nick; Richter, Daniel J.; Gnerre, Sante; Lander, Eric S.; Reich, David (2006). "Genetic evidence for complex speciation of humans and chimpanzees". [[Nature (journal) |Nature]] 441 (7097): 1103–1108. doi: . PMID 16710306
- Jay Kelley (1994). "Evolution of apes". di dalam [[Steve Jones (biologist) |Steve Jones]], Robert Martin & David Pilbeam. Cambridge Encyclopedia of Human Evolution. Cambridge, U.K: Cambridge University Press. hlm. 223–230. ISBN 0-521-46786-1 (see pp229-230 for summary of DNA dating)
- Purvis, Andy (29 June 1995). "A composite estimate of primate phylogeny". Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences 348 (1326): 405–421. doi: . PMID 7480112
- [[Morris Goodman |Goodman, M.]], Porter, C.A., Czelusniak, J., Page, S.L., Schneider, H., [[Jeheskel Shoshani |Shoshani, J.]], Gunnell, G., & [[Colin Groves |Groves, C.P]] (June 1998). "Toward a phylogenetic classification of primates based on DNA evidence complemented by fossil evidence". Molecular Phylogenetics and Evolution 9 (3): 585–598. doi: . PMID 9668008[pranala nonaktif]
- Feng-Chi Chen1, & Wen-Hsiung Li (February 2004). "Genomic Divergences between Humans and Other Hominoids and the Effective Population Size of the Common Ancestor of Humans and Chimpanzees". [[American Journal of Human Genetics |The American Journal of Human Genetics]] 68 (2): 444–456. doi: . PMID 11170892
- Schaffner, Stephen F (January 2004). "The X Chromosome in Population Genetics". Nature Reviews Genetics 5 (1): 43–54. doi: . PMID 14708015
- Schwartz, J.H. (2005) The Red Ape. Westview Press.
- Grehan, J.R. (2006) Mona Lisa Smile: The morphological enigma of human and great ape evolution. Anatomical Record 289B: 139-157.
- Schwartz, J.H. (2004) Barking up the wrong ape - australopiths and the quest for chimpanzee characters in hominid fossils. Colloquium Antropologicum Supplement 28: 87-100.
- Pickrell, John (2003-05-20). "Chimps Belong on Human Branch of Family Tree, Study Says". National Geographic. Diakses pada 4 Agustus 2007.
- Relationship Humans-Gorillas.
- Watson, E. E. et al. (2001). "Homo genus: a review of the classification of humans and the great apes". di dalam eds. Tobias, P. V. et al.. Humanity from African Naissance to Coming Millennia. Florence: Firenze Univ. Press. hlm. Pp. 311–323.
- Schwartz, J.H. (1986) Primate systematics and a classification of the order. Comparative primate biology volume 1: Systematics, evolution, and anatomy (ed. by D.R. Swindler, and J. Erwin), pp. 1-41, Alan R. Liss, New York.
- Schwartz, J.H. (2004b) Issues in hominid systematics. Zona Arqueología 4, 360-371.
- Heyes, C. M. (1998). "Theory of Mind in Nonhuman Primates". Behavioral and Brain Sciences 21 (01). doi: . bbs00000546.
- Van Schaik C.P. et al. (2003). "Orangutan cultures and the evolution of material culture". Science 299 (5603): 102–105. doi: . PMID 12511649.
- Harcourt, A.H., MacKinnon, J. & Wrangham, R.W. (1984). Macdonald, D.. ed. The Encyclopedia of Mammals. New York: Facts on File. hlm. 422–439. ISBN 0-87196-871-1.
- Brace, C. Loring; Mahler, Paul Emil (1971). "Post-Pleistocene changes in the human dentition". American Journal of Physical Anthropology 34 (2): 191–203. doi: . PMID 5572603
- Richard Wrangham (2007). "Chapter 12: The Cooking Enigma". di dalam Charles Pasternak (ed.). What Makes Us Human?. Oxford: Oneworld Press. ISBN 978-1851-68519-6.
- "Spanish parliament to extend rights to apes". Reuters. 25 Juni 2008. Diakses pada 11 Juli 2008.
Tautan luar
- Renderings of Hominid Exemplars at the Smithsonian
- Additional information on great apes
- NPR News: Toumaï the Human Ancestor
- Hominid Species at TalkOrigins Archive
- For more details on Hominid species, including excellent photos of fossil hominids
- New Scientist 19 May 2003 – Chimps are human, gene study implies
- Scientific American Magazine (April 2006 Issue) Why Are Some Animals So Smart?
- Penemuan link mediterranean hominoid-hominid baru, Anoiapithecus brevirostris, "Lluc": A unique Middle Miocene European hominoid and the origins of the great ape and human clade Link to graphical reconstruction
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar