Lambang |
Motto: "Duluo Limo Lo Pohalaa" "Bumi Serambi Madinah"
Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia. Sebelumnya Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara.
Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi
daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000.
Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1,038.585 jiwa (berdasarkan Sensus Penduduk 2010), dengan tingkat kepadatan penduduk 85 jiwa/km². Penjabat Gubernur Gorontalo yang pertama adalah Drs. Tursandi Alwi yang dilantik pada peresmian Provinsi Gorontalo pada tanggal 16 Februari 2001. Tanggal ini selanjutnya, sekalipun masih kontroversial, diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Provinsi Gorontalo hingga sekarang (2011).
Sampai dengan September 2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabuapten (Kabupaten Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), 1 kota (Kota Gorontalo), 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan. Data ini terus mengalami perubahan seiring dengan adanya proses pemekaran kabupaten/ kota, kecamatan, desa, atau kelurahan yang ada di Provinsi Gorontalo hingga sekarang.
Peta lokasi Gorontalo
1. Letak Geografis
Provinsi Gorontalo terletak pada bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0,19’ – 1,15‘ LU dan 121,23’ –123,43’ BT. Letaknya sangatlah strategis, karena diapit oleh dua perairan (Teluk Tomini di selatan dan Laut Sulawesi di utara) dan 2 KAPET (Kawasan Ekonomi Tepadu), yaitu: KAPET Bitui, Sulawesi Tengah dan KAPET Bitung, Sulawesi Utara.
2. Batas Wilayah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo[3], batas wilayah Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut:
- Utara: Laut Sulawesi
- Timur: Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
- Selatan: Teluk Tomini
- Barat: Kabupaten Parigi Moutong dan Buol, Provinsi Sulawesi Tengah
3. Pemerintahan
3.1 Kabupaten dan Kota
Provinsi Gorontalo pada awal berdirinya hanya terdiri dari 2 kabupaten dan 1 kota. Namun, setelah adanya pemekaran, Provinsi Gorontalo kini terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota, yaitu sebagai berikut.
Kabupaten/Kota | Ibu Kota | Luas (km2) | Persentase | |
---|---|---|---|---|
Kabupaten Boalemo[4] | Tilamuta | 2.567,36 | 21,02% | |
Kabupaten Bone Bolango[5] | Suwawa | 1.984,40 | 16,24% | |
Kabupaten Gorontalo[4] | Limboto | 2.124,60 | 17,39% | |
Kabupaten Gorontalo Utara[5] | Kwandang | 1.230,07 | 10,07% | |
Kabupaten Pohuwato[6] | Marisa | 4.244,31 | 34,75% | |
Kota Gorontalo[4] | - | 64,79 | 0,53% |
3.2 Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Wilayah administrasi Provinsi Gorontalo terdiri atas 75 kecamatan dan 601 desa/kelurahan yang tersebar di semua kabupaten/kota sebagai berikut.Kabupaten/Kota | Jml Kec. | Jml DesKul |
---|---|---|
Kabupaten Boalemo | 7 | 84 |
Kabupaten Bone Bolango | 17 | 156 |
Kabupaten Gorontalo | 18 | 169 |
Kabupaten Gorontalo Utara | 11 | 60 |
Kabupaten Pohuwato | 13 | 82 |
Kota Gorontalo | 9 | 50 |
3.3 Daftar Gubernur
No. | Foto | Nama | Dari | Sampai | |
---|---|---|---|---|---|
1. | Tursandi Alwi (Pejabat Gubernur) | 16-02-2001 | 12-09-01 | ||
2. | Fadel Muhammad | 12-09-01 | 17-01-07 | ||
3. | Fadel Muhammad | 17-01-07 | 21-10-09 | ||
4. | Dr.Ir.H.Gusnar Ismail, M.M. | 26-10-09 | 01-12 |
4. Arti Lambang Daerah[7]
4.1 Arti Simbol
- Model pohon kelapa yang melengkung: gerak dinamis dan tidak diam, tetapi selalu berbuat untuk masa depan.
- Sayap maleo yang mengembang: dinamika siap untuk tinggal landas dan siap bersaing serta berjumlah 16 helai menandakan tanggal kelahiran Provinsi Gorontalo (16 Februari 2000).
- Buku yang terbuka: keinginan masyarakat untuk untuk siap meraih prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus menerus.
- Bintang: cita-cita yang tinggi dan lambang keagamaan.
- Pita: keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap, merekam, dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Padi dan Kapas: kemakmuran dan kesejahteraan (seperti pada Pancasila).
- Rantai: pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika serta berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari.
- Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun 1942.
4.2 Arti Warna
- Biru keunguan: tenang, setia, dan selalu ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah.
- Hijau: kesuburan.
- Kuning: keagungan dan kemuliaan.
- Putih: kesucian dan keluhuran.
- Merah: keberanian dan perjuangan.
5. Bahasa daerah
Sebenarnya ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa, dan Bahasa Atinggola.
Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga
menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini
Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh di Gorontalo.
6. Media
6.1 Media cetak
Hingga saat ini ada 2 buah harian/surat kabar yang terbit di Gorontalo, yaitu Gorontalo Post dan Tribun Gorontalo.
Beberapa waktu lalu sempat juga terbit Limboto Express, media milik
Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang kemudian sudah tidak terbit lagi.
Selain itu juga pernah terbit Koran Gorontalo yang juga tidak berumur
panjang.
7. Rumah adat
- Bandayo Po Boide
- Dulohupa
8. Sejarah
Gorontalo seperti daerah lainnya di Indonesia pernah lama dijajah oleh Belanda akan tetapi lebih dahulu merdeka ketimbang Indonesia. Gorontalo merdeka pada tahun 1942 ketika penjajah Belanda digantikan oleh Jepang. Pada tanggal 23 Januari 1942 itulah Gorontalo merdeka dengan perjuangan rakyat bersama tokoh pejuang heroiknya, yaitu Nani Wartabone dan Kusno Danupoyo.
8.1 Pra-Kolonial
Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun
lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar,
Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat
penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo,
Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat
pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang
Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng)
bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.Gorontalo menjadi pusat pendidikan
dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini
(bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang.
Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini
dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi
yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan
Limba B.
Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
- Pohala'a Gorontalo
- Pohala'a Limboto
- Pohala'a Suwawa
- Pohala'a Boalemo
- Pohala'a Atinggola
Pohala'a Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara
kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.
8.2 Zaman Kolonial
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan
seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun
1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung
yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911
terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo
pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu
- Onder Afdeling Kwandang
- Onder Afdeling Boalemo
- Onder Afdeling Gorontalo
- Distrik Kwandang
- Distrik Limboto
- Distrik Bone
- Distrik Gorontalo
- Distrik Boalemo
- Afdeling Gorontalo
- Afdeling Boalemo
- Afdeling Buol
8.3 Pasca-Kolonial
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone
berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih
dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan
pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak
kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi
wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani
Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis
kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
9. Terkait
back to Sulawesi
10. Referensi
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- Sensus Penduduk 2010
- UU No.28 Tahun 2000
- Kabupaten Induk
- Pemekaran Kabupaten Gorontalo
- Pemekaran Kabupaten Boalemo
- Lambang Provinsi Gorontalo
- Sejarah Gorontalo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar