arifuddinali.blogspot.com - Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Pandangan Islam
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Iman dan Hadits Jibril
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad)
itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para
orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan
Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati
yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki
prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu
keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang
memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali
menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun
(anggota-anggota)."
Pandangan Kristen
Etimologi
Iman (bahasa Yunani: pisti)
adalah rasa percaya kepada Tuhan. Iman sering dimaknai "percaya" (kata
sifat) dan tidak jarang juga diartikan sebagai kepercayaan (kata benda).
Alkitab Terjemahan Baru (TB) mencatat kata "iman" sebanyak 155 kali. Menurut Paulus, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1).
Menurut beberapa versi terjemahan Alkitab, kata "iman" yang dalam bahasa Yunani
tertulis sebagai πίστιν (baca "pistin") Namun dalam beberapa versi
terjemahan Alkitab, kata "iman" dan kata "percaya" diterjemahkan juga
dari kata Yunani "πίστις" (baca "pistis").
Terjemahan Lukas 8:25
25 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?"
Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain:
"Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan
air dan mereka taat kepada-Nya?". (Lukas 8:25 - versi LAI Terjemahan Baru)
25 Lalu Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, "Mengapa kalian tidak percaya kepada-Ku?" Mereka menjadi heran dan takut. Dan berkatalah mereka satu sama lain, "Siapa sebenarnya orang ini sampai memberi perintah kepada angin dan ombak, dan Ia pun ditaati!" (Lukas 8:25 - versi Alkitab Kabar Baik BIS)
25 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Di mana imanmu?" Mereka ketakutan dan heran. Mereka berkata satu sama lain, "Orang yang bagaimanakah Itu sehingga dapat memerintah angin ribut dan air, dan taat kepada-Nya?" (Lukas 8:25 - versi Perjanjian Baru WBTC)
25 Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang, "Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?" (Lukas 8:25 - versi Alkitab Terjemahan Lama).
Atas dasar terjemahan-terjemahan tersebut, maka "Iman" menurut kepercayaan Kristen dapat dimaknai sebagai "percaya".
25 Lalu Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, "Mengapa kalian tidak percaya kepada-Ku?" Mereka menjadi heran dan takut. Dan berkatalah mereka satu sama lain, "Siapa sebenarnya orang ini sampai memberi perintah kepada angin dan ombak, dan Ia pun ditaati!" (Lukas 8:25 - versi Alkitab Kabar Baik BIS)
25 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Di mana imanmu?" Mereka ketakutan dan heran. Mereka berkata satu sama lain, "Orang yang bagaimanakah Itu sehingga dapat memerintah angin ribut dan air, dan taat kepada-Nya?" (Lukas 8:25 - versi Perjanjian Baru WBTC)
25 Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang, "Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?" (Lukas 8:25 - versi Alkitab Terjemahan Lama).
Atas dasar terjemahan-terjemahan tersebut, maka "Iman" menurut kepercayaan Kristen dapat dimaknai sebagai "percaya".
Dari mana Iman timbul
- Iman timbul karena seseorang mendengar firman Kristus :
- Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)
- Iman timbul dari Berita Injil:
- Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (Filipi 1:27)
Sebuah contoh menarik soal bagaimana iman dapat tumbuh, dapat dilihat
pada kisah seorang wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Markus 5:25-29)
Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
Kalimat "Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus," menjelaskan darimana iman perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar yang dia dengar dari banyak orang bahwa Yesus menyembuhkan semua orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu memiliki harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh asalkan dia ketemu Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat 28).
Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
Kalimat "Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus," menjelaskan darimana iman perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar yang dia dengar dari banyak orang bahwa Yesus menyembuhkan semua orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu memiliki harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh asalkan dia ketemu Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." (ayat 28).
Hadits Jibril
Hadits Jibril adalah Hadits agung yang menjadi pondasi agama Islam, memuat definisi tentang Islam, Iman dan Ihsan. Hadits ini diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab, dia berkata:
Teksnya
“Tatkala kami tengah duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat
putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Hingga
dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam lalu menyandarkan
lututnya pada lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya pada
paha beliau, kemudian dia bertanya, “Wahai Muhammad, kabarkanlah
kepadaku tentang Islam?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam
menjawab, “Kamu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak
disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke
Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.” Dia berkata, “Kamu
benar,” Umar berkata, “Maka kami kaget terhadapnya, karena dia yang
bertanya tapi dia juga yang membenarkannya.” Dia bertanya lagi,
“Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Beliau menjawab, “Kamu beriman
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari
akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” dia
berkata, “Kamu benar.” Dia bertanya, “Kabarkanlah kepadaku tentang
ihsan?” Beliau menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinlah sesungguhnya
Dia melihatmu.” Dia bertanya lagi, “Kabarkan kepadaku kapan hari
(kiamat) itu?” Beliau menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya itu (saya)
lebih mengetahui daripada orang yang bertanya (kamu).” Dia bertanya,
“Kalau begitu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?” Beliau
menjawab, “Apabila seorang budak wanita melahirkan majikannya, dan kamu
melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala
kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.” Kemudian
setelah itu dia beranjak pergi, dan aku tidak bertanya kepada Nabi
tentang itu selama beberapa saat. Tidak berselang lama kemudian beliau
bersabda, “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?” Aku
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
“Itu tadi adalah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada
kalian tentang agama kalian.”
(HR. Muslim no. 8)
Konteks keimanan
Iman, Islam, dan Ihsan
diakui sebagai perbendaharaan kunci dalam pola keberagaman Islam. Pada
awalnya, konsep keimanan tersebut didasarkan kepada sebuah hadits
terkenal di atas yang dikenal sebagai Hadits Jibril. Hadits ini memberi
ide kepada kaum Sunni perihal adanya 6 rukun iman, lima rukun Islam
dan satu ajaran tentang penghayatan terhadap Allah Azza Wa Jalla. Akan
tetapi, dalam dimensi terdalam iman tidak cukup hanya dengan percaya
atau mempercayai sesuatu yang belaka, tapi ia juga perlu
perwujudan/eksternalisasi dalam pola perilakunya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW menyabdakan bahwa iman memiliki lebih dari tujuhpuluh tingkat sedari ucapan tahlil sampai menyingkirkan batu dari jalanan
Pranala luar
- (Indonesia) Penjelasan Rukun Iman
- (Indonesia) Arbain an-Nawawi @ Goodreads.com
---wiki---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar