Cerita, Tentang Imam Mahdi
Imam Mahdī (Muhammad al-Mahdī, Mehdi; "Seseorang yang memandu") adalah seorang muslim berusia muda yang akan dipilih oleh Allah untuk menghancurkan semua kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.
Hal ini diterangkan dalam sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh Thabrani.
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku (Muhammad bin Abdullah). Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun. (HR. Thabrani) | ” |
Hadist lain yang menerangkan tentang kedatangan Imam Mahdi adalah sebagai berikut:
“ | Telah bersabda Rasulullah SAW, "Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari umatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya. Dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya. (HR. Muslim dan Ahmad) | ” |
Etimologi
Imam Mahdi sebenarnya adalah sebuah nama gelar sebagaimana halnya dengan gelar khalifah, amirul mukminin dan sebagainya. Imam Mahdi dapat diartikan secara bebas bermakna "Pemimpin yang telah diberi petunjuk". Dalam bahasa Arab, kata Imam berarti "pemimpin", sedangkan Mahdi berarti "orang yang mendapat petunjuk".
Nama Imam Mahdi sebenarnya seperti yang disebutkan dalam hadist di atas, ia bernama Muhammad (seperti nama Nabi Muhammad), nama ayahnya pun sama seperti nama ayah Nabi Muhammad SAW yaitu Abdullah. Nama Imam Mahdi sama persis dengan Rasulullah SAW yaitu Muhammad bin Abdullah.
Ciri-ciri Imam Mahdi
Tidak ada seorang pun dimuka bumi ini yang mengetahui tentang Imam Mahdi dan ciri-cirinya , kecuali Rasulullah, karena Rasululah dibimbing oleh wahyu.
Oleh karena itu bagi kita sebaik-baiknya tempat untuk merujuk tentang
perkara ini adalah apa yang baginda Rasulullah katakan dalam
hadist-hadistnya sebagai berikut:
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Al-Mahdi berasal dari umatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kekhalifahan) berumur tujuh tahun. (HR. Abu Dawud dan al-Hakim) | ” |
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Al-Mahdi berasal dari umatku, dari keturunan anak cucuku. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim) | ” |
Kemunculan Imam Mahdi
Kemunculan Imam Mahdi bukan karena kemauan Imam Mahdi itu sendiri melainkan karena takdir Allah yang pasti berlaku. Bahkan Imam Mahdi sendiri tidak menyadari bahwa dirinya adalah Imam Mahdi melainkan setelah Allah SWT mengislahkannya dalam suatu malam, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadist berikut:
“ | Al-Mahdi berasal dari umatku, yang akan diislahkan oleh Allah dalam satu malam. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) | ” |
Kemunculan Imam Mahdi akan di dahului oleh beberapa tanda-tanda sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadist berikut:
- Aisyah Ummul Mukminin RA telah berkata:
“ | Pada suatu hari tubuh Rasulullah SAW bergetar dalam tidurnya. Lalu kami bertanya, 'Mengapa engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan wahai Rasulullah?' Rasulullah SAW menjawab, 'Akan terjadi suatu keanehan, yaitu bahwa sekelompok orang dari umatku akan berangkat menuju baitullah (Ka'bah) untuk memburu seorang laki-laki Quraisy yang pergi mengungsi ke Ka'bah. Sehingga apabila orang-orang tersebut telah sampai ke padang pasir, maka mereka ditelan bumi.' Kemudian kami bertanya, 'Bukankah di jalan padang pasir itu terdapat bermacam-macam orang?' Beliau menjawab, 'Benar, di antara mereka yang ditelan bumi tersebut ada yang sengaja pergi untuk berperang, dan ada pula yang dipaksa untuk berperang, serta ada pula orang yang sedang berada dalam suatu perjalanan, akan tetapi mereka binasa dalam satu waktu dan tempat yang sama. Sedangkan mereka berasal dari arah (niat) yang berbeda-beda. Kemudian Allah SWT akan membangkitkan mereka pada hari berbangkit, menurut niat mereka masing-masing. (HR. Bukhary, Muslim) | ” |
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka'bah), maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi. (HR. Muslim) | ” |
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke Baitullah. Lalu diutuslah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi. (HR. Muslim) | ” |
- Telah bersabda Rasullah SAW:
“ | Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan bagian depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seseorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka. (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah) | ” |
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Akan dibaiat seorang laki-laki antara makam Ibrahim dengan sudut Ka'bah. (HR. Ahmad, Abu Dawud) | ” |
- Telah bersabda Rasulullah SAW:
“ | Suatu pasukan dari umatku akan datang dari arah negeri Syam ke Baitullah (Ka'bah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka. (HR. Ahmad) | ” |
Kepemimpinan Imam Mahdi
Dalam hadist yang disebutkan di atas Imam Mahdi akan memimpin selama 7
atau 8 atau 9 tahun. Semasa kepemimpinannya Imam Mahdi akan membawa
kaum muslimin untuk memerangi kezaliman, hingga satu demi satu kedzaliman akan tumbang takluk dibawah kekuasaanya.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih Imam Mahdi dan pasukannya akan membuat murka raja kezaliman (Dajjal) sehingga membuat Dajjal keluar dari persembunyiannya dan berusaha membunuh Imam Mahdi serta pengikutnya.
Kekuasaan dan kehebatan Dajjal bukanlah lawan tanding Imam Mahdi oleh karena itu sesuai dengan takdir Allah, maka Allah SWT akan menurunkan Nabi Isa dari langit yang bertugas membunuh Dajjal. Imam Mahdi dan Nabi Isa akan bersama-sama memerangi Dajjal dan pengikutnya, hingga Dajjal mati ditombak oleh Nabi Isa di "Pintu Lud" dalam kompleks Al-Aqsa.
Referensi
- "Umur Umat Islam, Kedatangan Imam Mahdi, dan Munculnya Dajjal". Karya Amin Muhammad Jamaluddin. Penerbit Cendekia.
- "Al Mahdi" James Morris, Ibn Arabi Society
- "Nabi dan Rasul Terakhir Dan Al Mahdi: Siapakah Dia Sebenarnya?",Atmonadi, blog Atmonadi
Imam Mahdi Menurut Ibn ‘Arabi
Syekh al-Akbar Muhyiddin Ibn ‘Arabi qs, di dalam salah satu karya magnum opusnya, Futuhat al-Makkiyyah mengatakan, “Ketahuilah bahwa al-Mahdi as itu pasti keluar, namun ia tidak akan keluar kecuali apabila dunia sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan kezaliman itu dan menggantikannya dengan keadilan.
Imam Mahdi berasal dari keturunan Rasulullah Saw, dari putra Fatimah as. Kakeknya adalah Husain bin Ali as dan ayahnya adalah Imam Hasan al-Askari bin Ali al-Naqi bin Muhammad al-Taqi bin Imam Ali al-Ridha bin Imam Musa al-Kazhim bin Imam Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib as.
Namanya sama dengan nama Rasulullah Saw. Dia dibaiat oleh kaum muslimin di antara Rukun dan Maqam (keduanya ada di dalam lingkungan Masjidil Haram, Makkah). Rupanya mirip dengan rupa Rasulullah Saw dan orang yang paling berbahagia dengan kedatangan Imam Mahdi ini adalah penduduk Kufah. Dia membagi-bagikan harta dengan adil.
Khidir as berjalan di mukanya. Dia hidup (memerintah) selama 5 tahun atau 7 tahun atau 9 tahun. Dia bakal membuka kota Roma dengan 70.000 kaum muslimin. Dengannya Allah mengembalikan kemuliaan Islam yang telah pudar.
Dia akan menghapus segala macam pajak, dan menyeru ke jalan Allah dengan pedang (dengan tegas). Siapa yang mengikuti seruannya selamat dan siapa yang membangkang akan dibunuh. Dia menghukum dengan hukum agama yang murni. Dalam banyak masalah, dia berbeda dengan mazhab-mazhab yang sudah dikenal.”
Muhyiddin Ibn ‘Arabi melanjutkan : “Sesungguhnya apabila al-Mahdi sudah keluar maka seluruh kaum muslimin menjadi gembira, baik para pemuka maupun orang-orang awam. Ia mempunyai pembantu-pembantu yang membantunya menegakkan dakwahnya. Mereka adalah para wazir yang melaksanakan segala urusan pemerintahan dan membantunya dalam segala urusan yang dipercayakan oleh Allah kepadanya.
Pada masanya, Allah swt menurunkan Nabi Isa as, yaitu di Menara Putih, arah Timur dari kota Damaskus. Nabi Isa as dibawa oleh 2 malaikat, di sebelah kanan dan di sebelah kirinya. Saat itu orang-orang sedang melaksanakan shalat Ashar…”
Di bagian lain kitab Futuhat-nya, Syekh Ibn ‘Arabi mengatakan : “Allah telah mengangkat beberapa orang wazir untuk al-mahdi yang disembunyikan Allah baginya di Alam Ghaib. Maka tidaklah ia mengerjakan sesuatu pekerjaan melainkan lebih dulu ia bermusyawarah dengan mereka. Para wazir itu tidak lebih dari 9 orang dan tidak kurang dari 5 orang.”
Juga disebutkan di dalam kitab Futuhat : “Al-Mahdi berpedoman dengan syariat Muhammad Saw yang diilhamkan oleh malaikat kepadanya. Ia menetapkan hukum dengan syariat tersebut, seperti yang disebutkan di dalam salah satu hadis tentang al-Mahdi : “Dia itu mengikuti sunnahku”
(Dikutip dari buku karya ‘Allamah Syaikh Muhammad Ali Shabban: Teladan Suci Keluarga Nabi, hlm. 102, Penerbit Al-Bayan, Cet. IV, 1994)
Nabi Dan Rasul Terakhir & Al Mahdi: Siapakah Dia Sebenarnya
Artikel ini sebenarnya sudah lama
tertuang dalam bentuk tulisan. Awal mulanya ketika tahun lalu, 2007,
muncul kehebohan di masyarakat setelah adanya pengakuan Nabi dan Rosul
dari berbagai pihak. Bukan satu pihak saja, berbagai pihak, baik yang
akhirnya tanpa pengikut maupun memperoleh banyak pengikut.
Masalah ini sebenarnya penyakit umat beragama ketika
mulai dihinggapi ilusi tentang kenabian dan kerasulan tanpa suatu
pemahaman yang utuh. Kecuali semata-mata gejolak nafsunya sendiri yang
merefleksikan niat-niat awalnya ketika menempuh jalan keruhanian.
Peristiwa aku mengaku nabi dan rosul bukan hal baru
dalam sejarah Umat Islam, bahkan di setiap agama pun ada. Namun, dalam
lebih dari dua abad ini kebanyakan muncul dikalangan Umat islam. Yang
paling menohok karena disokong oleh kekuasan politik dan militer era
kolonialisme adalah pengakuan Mirza Ghulam Ahmad pendiri Ahmadiyyah yang
mengaku nabi dengan sokongan Inggris sebagai promotornya.
Selama bertahun sampai berabad, dengan berbagai
argumentasi yang kuat maupun yang lemah, bahkan setelah kolonialisme
tumbang, masalah Ahmadiyyah tetap hadir bagai duri dalam daging Umat
Islam. Ahmadiyyah bagi Umat Islam kebanyakan bagaikan crypto yang
disisipkan, virus yang disisipkan untuk kemudian dibiarkan berkembang
dengan segala dilema yang dihadapinya, dan tentunya sewaktu-waktu
dimanfatkan untuk berbagai tujuan tanpa memperhatikan keselamatan
pemeluknya maupun keselamatan Umat Islam lainnya. Dan tentu yang paling
merasakan dampaknya,pada akhirnya adalah kalangan Umat Islam sendiri
baik yang berada dalam kelompok Ahmadiyyah maupun yang lainnya. Saya
mempublikasikannya belakangan ini hanya sekedar menambahkan pengetahuan
kepada diri saya maupun orang lain supaya pemahaman kita tentang
kenabian dan kerasulan memberikan suatu gambaran yang utuh tentang makna
dan arti dari ayat-ayat al-Qur’an
yang menegaskan berakhrinya zaman atau era kenabian dan kerasulan
seperti diungkapkan dalam QS 33:40 berikut yang menjadi dasar penulisan
artikel ini. Benar atau tidaknya silahkan anda baca dan renungkan dengan
potensi pikiran dan pemahaman Anda sendiri.
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q33:40)
Dia adalah Rasul Allah dan Penutup Para Nabi. Hal ini
menjelaskan bahwa Rasul dalam pengertian di atas berhubungan dengan
adanya sesuatu yang disampaikan kembali yaitu Firman-firman Tuhan (yang
berasal dari nabi dan Rasul sebelumnya). Dalam Bahasa Arab seringkali
Rasul dikatakan sebagai orang yang menjadi pembimbing kaumnya dan
mempunyai risalah. Risalah yang dimaksud bukan saja secara tertulis
namun juga yang didasarkan atas Pengetahuan tentang Tuhan itu sendiri
dari akhlak yang mulia maupun dari kedalaman jiwa murninya berdasarkan
Daya dan UpayaNya dengan kehambaan dalam adab Aslim dengan Islam
(tertunduk dan berserah diri) yang lurus.
Ia sebagai Rasul pun akhirnya menerima Risalah dari pemahaman yang sempurna tentang Asma, Sifat dan Perbuatan-Nya secara “Ummi“ dan “Yatim Piatu“
hanya dengan bimbingan Jibril yang mewakili aktualitas Pengetahuan
Tuhan sendiri yaitu Tauhid. Jadi tidak ada bantuan lain selain dario
Allah melalui Jibril dan tidak ada refensi yang digunakan oleh Muhammad
sehingga ia mandiri dan Ummi dari intervensi pihaklain ketika memahami
tanda-tanda Pengetahuan Tuhan. Pengertian Rasul diatas dlam QS 33:40
bagi Muhammad tidak terlepas dari kenabiannya yang menjadi penutup.
Jadi, kenabian dan kerasulan yang berhubungan dengan Pengetahuan Tuhan
yang disampaikan kepada Muhammad secara mandiri berhenti dalam konteks
paling mendasar yang berhubungan dengan “Prinsip-prinsip Dasar
Kehidupan” yang disampaikan dan telah disempurnakan bagi semua makhluk
supaya mempunyai pedoman hidup.
Yang dimaksud pada akhirnya adalah Al Qur’an sebagai Kitab Wahyu, sebagai Wacana Fundamental bagi semua manusia (Dzikrul Lil ‘Aalamin, Mukminun). Sehingga sebutan Rasulllah melekat kepada Nabi Muhammad SAW dengan akhlak al-Qur’an. Era penulisan risalah setelah Al Qur’an
dibakukan atas petunjuk langsung Nabi Muhammad SAW kepada tim
penyusunnya, selanjutnya hanyalah sekedar tafsiran saja, atau penjabaran
dari Risalah yang disampaikan Muhammad SAW sebagai Utusan Tuhan yang
terakhir. Jadi, ketika Tuhan berfirman dengan QS 33:40 diatas, Dia
memerintahkan Muhammad SAW untuk menutup dan mendekonstruksikan zaman
kenabian dan kerasulan menjadi zaman baru yang tidak lain adalah awal
lahirnya Peradaban Islam yang kelak akan berpengaruh di sepanjang zaman
meskipun kemasannya sudah dipoles disana-sini.
Firman itu juga akhirnya membuka realitas baru dengan
lahirnya Islam sebagai Agama dan Peradaban Dunia dimana semua kenyataan
hidup dikembalikan kepada kemampuan yang ada pada manusia dengan
dzikir, fikir dan ikhtiarnya guna memahami fenomena kehidupan serta
kemungkinan-kemungkinan untuk meraih arti dan makna kehidupan dengan
kualitas al-Qur’an
(kualitas yang digambarkan sebagai kualitas akhlak muhammad) dimana ilmu
pengetahuan yang lurus dan terverifikasikan harus diterapkan sebagai
suatu sarana mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Kelak ketika hal
ini benar-benar dilakukan oleh Umat Islam, dimanapun juga, maka akan
lahir era keemasan Islam baik sebagai “Gaya Hidup“ maupun “Peradaban“
dengan seni, sains, teknologi dan relijiusitas yang mumpuni, yang
fondasinya kokoh, sandarannya kuat, dan tujuannnya jelas yaitu mencapai
ridhoNya.
Karena itu, meskipun ayat diatas menyebutkan
berakhirnya era kenabian namun ia juga menetapkan berakhirnya era
kerasulan karena Nabi dan Rasul dalam diri Muhamad SAW menjadi satu
dengan sempurna. Tak ada lagi pengetahuan lain bagi manusia setelah
Rasulullah sebagai sebutan Nabi dan Rasul untuk menyampaikan Risalah
Wahyu.
Wahyu-wahyu Tuhan sendiri sampai detik ini masih
berkeliaran, namun tak ada Wahyu baru karena secara mendasar Wahyu-wahyu
Elementer (BACA: Bilangan dan Huruf Abjad) untuk memahami segala
sesuatu telah disempurnakan di zaman Muhammad SAW menjadi suatu ungkapan
Wahyu yang mempunyai arti literal maupun arti yang lebih halus lagi,
arti lahir dan arti batin, yang mencakup awal dan akhir semua
pengetahuan manusia yang sejatinya kembali kepada diri sendiri (simak QS
57:3 dan QS 67:3-4).
Sebagus apapun orang menulis sebuah risalah dari pemahamannya yang artifisial, namun risalahnya tak lebih dari tafsiran Al Qur’an
dengan sistem bilangan dan huruf yang itu-itu saja. Maka, siapa pun
yang telah merampas jubah Kesombongan Allah yang telah memberikan
Risalah Kepada Muhammad SAW dengan ISLAM yang sempurna karena
formalisasinya dirumuskan berdasarkan kenyataan tentang kehidupan, maka
ia akan berada dalam ancaman dari-Nya dengan asma-Nya Yang Maha
Menghinakan. Dan siapapun yang sesudah Muhammad SAW mengaku-aku menjadi
Nabi maupun rasul, ia tidak lebih dari nabi dan rasul palsu, yang
tersesat karena tertipu daya oleh ego dirinya yang merusak.
Al Mahdi
Seperti halnya mentari yang tak pernah menagih imbalan kepada semua makhluk atas siraman cahayanya, oksigen, air, udara, tanah, dan semua unsur pembangun kehidupan, yang tak pernah juga meminta imbalan, maka ikutilah orang yang mengajarkan dengan petunjuk Ilmu Pengetahuan yang lurus, Shirathaal Mustaqiim, dengan bimbingan yang benar tanpa meminta imbalan.Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”. Ikutilah orang yang tiada minta Balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 36:20-21)
Merekalah hamba-hambaNya yang sejati, merekalah al-Mahdi yang sesungguhnya. Dan mereka bisa jadi, Anda, anda , anda dan siapa saja yang menetapi jalan keikhlasan dengan yaqin, istiqomah, syabar, syukur, dan tentunya berkesadaran atas CintaNya bagi semua makhluk, Dia – Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun.
Apa arti sesungguhnya kata “al-mahdi“ yang sering diaku-aku oleh banyak manusia yang keliru memahami istilah dan nama tersebut?
Menurut Syekh Muhyidin Ibnu Arabi dalam kitab Futuhat al-Makkiyah bab 366 (referensi yang mengulas hal ini silahkan donlot ulasan karya James Morris mengenai hal ini di http://www.ibnarabisociety.org/articlespdf/sp_mahdi.pdf), yang banyak dijadikan bahasan para pemikir orientalis maupun tasawuf, kata Al-Mahdi tidak ada di dalam al-Qur’an sebagai suatu nama. Namun dalam bentuk asalnya adalah pasif partisipel dari kata kerja “hada” (artinya “memberi arah atau bimbingan yang benar , di jalan yang benar’). Secara harfiah al-Mahdi berarti “orang yang terbimbing dengan benar“. Dalam AQ, arah yang benar tidak lain adalah menuju dan sampai kepada Allah, bersama Allah, dengan daya dan upaya Allah, dan dengan Pertolongan serta Perlindungan Allah dengan Berserah Diri alias Islam. Tidak ada kehendak “aku sebagai makhluk berkekuatan“ di dalam proses perjalanan tersebut, yang ada adalah kehambaan mutlak dengan Islam.
Meskipun bentuk akar kata “hada” dijumpai di AQ hampir 330 kali, tapi bentuk kata “al-Mahdi“ tidak ada dalam al-Qur’an. Meskipun di beberapa hadits yang masih diperdebatkan al-Mahdi sering muncul sebagai sebuah “nama“ kehormatan atau gelar. Namun, makna dan artinya sesungguhnya menunjuk kepada makna biasa yang menjelaskan sosok yang spiritual yaitu yang “memperoleh bimbingan yang benar“, yang telah menerima secara aktif dan mencerap tataran isyarat Ilahiyah dalam kehidupan yang paripurna.
Bahkan dalam banyak hal penerima itu sendiri sebagi “al-Mahdi“ merepresentasikan Kehidupan dalam seluruh tatanan realitas karena cerapannya mewakili pengalaman Isra dan Mi’raj Muhammad SAW. Namun, tentu saja, aktualitasnya berdasarkan potensi-potensi dasarnya yang sesuai dengan ruang-waktunya, sunnatullahNya, dan tentunya berbeda dengan pengalaman Nabi Muhammad SAW di zamannya.
Dalam kenyatannya yang umum, yang dimaksud al-Mahdi adalah Umat Islam yang patuh pada perintah dan larangan Allah, serta mengikuti sunnatullrasul dengan taqwa. Jadi, apa yang disebut al-Mahdi secara umum sebenarnya adalah Umat Islam yang patuh pada perintah dan larangan-Nya sebagai Pewaris Pengetahuan Tauhid melalui washilah Nabi Muhammd SAW. Karena itu, adalah kemustahilan kalau al-Mahdi justru menyimpang dari ajaran Islam dimana Shalat merepresentasikan Namaz, Miraj, Iman, Islam dan Ihsan sebagai penyaksian dan aktualitas Jamal dan Jalal Allah dengan syahadat :
Dan tidak ada tujuan lain bagi semua makhluk ciptaan Allah kecuali hanya menjadi saksi dan menyatakan kembali Jamal dan Jalal Allah dengan kalimat syahadat tersebut. Maka , ia yang mengaku menjadi Utusan Tuhan dengan istilah apapun, apalagi mengabaikan kalimat syahadat dan shalat , serta tidak memenuhi syarat dasar sebagai yang terbimbing dengan benar sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan HANYA bergantung pada Pertolongan Allah semata tidak lain adalah Tukang Kibul atau Orang yang terkelabui oleh nafsu ibadahnya sendiri.Laa ilahaa illaa Allah, Muhammadurrasulullah
Tak ada parameter lain selain kalimat Syahadat dengan Islam yang utuh sebagai syarat untuk menilai seseorang maupun suatu kaum telah berlepas diri dari Rahmat Allah. Jadi, silahkan Anda mengambil sikap apakah masih Islam atau malah berlepas diri dari Rahmat Tuhan untuk menampilkan Murka-Nya.
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar