Lambang Kabupaten Kuningan Motto: ASRI (Aman Sehat Rindang Indah) |
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan.
Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur
dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian
timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah disebut dengan Gunung Ciremai, gunung ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Peta lokasi Kabupaten Kuningan Koordinat: 108°23 - 108° 47 BT dan 6°45 - 7°13 LS |
1. Sejarah
1.1. Masa Pra sejarah
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan
manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa
peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan adanya
kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan
peninggalan dari kebudayaan Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut
dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur
yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972,
berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar,
kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada
masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan
tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari
mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoleticum dan awal
pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500
M. Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta
kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan adat dari batu-batu besar dari zaman megaliticum.
1.2. Masa Hindu
Dalam carita Parahyangan
disebutkan bahwa ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik
penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan
tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut ajaran Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada saat itu masyarakat Kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berdasarkan sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang Resi selaku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan
waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang
gemah ripah lohjinawi, tata tentrem kerta raharja, karena masing-masing
dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan hukum/masalah
adat selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu
juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Ketika Kuningan diperintah Resiguru Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai Kerajaan Agama (Hindu). Hal ini nampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu Dangiang Kuning - keparamartaan, sehingga Kuningan waktu menjadi sangat terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan disebutkan kejayaan Kuningan waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atau Sang Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku, kebesaran Kuningan melebihi atau sebanding dengan Kebesaran Galuh dan Sunda (Pakuan). Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya. Hanya ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat Rajaresi, arti seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:
- Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka - Bandung)
- Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
- Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali
Perkembangan kerajaan Kuningan selanjutnya seakan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean Darmariksa dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran. Cirebon juga pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran, namun pada abad ke-15 Cirebon sebagai kerajaan Islam menyatakan kemerdekaannya dari Pakuan Pajajaran.
1.3. Masa Islam
Sejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin daerah ampeldenta di Surabaya. Kemudian Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, Kuningan, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, Kuningan, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Kuningan, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Winduherang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan namanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.
Setelah Pangeran Kuningandan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan (Adipati Kuningan) dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang akhirnya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berjalan dengan damai melalui ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan
muncul pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari pembukaan-pembukaan pondok
pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh
Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani.
2. Website
Website untuk melihat kegiatan masyarakat kelurahan Tarikolot antara lain:
- Blog Usaha ( http://galendomanis.blogspot.com )
- Peta Desa ( http://wikimapia.org/#lat=-6.7986565&lon=108.5050213&z=17&l=0&m=b )
3. Letak dan pembagian administrasi
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47
Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya
terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 -
108° 40 Bujur Timur.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat
berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan
- Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
- Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
- Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
- Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
3.1. Pembagian administrasi
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan:
- Kecamatan Darma
- Kecamatan Kadugede
- Kecamatan Nusaherang
- Kecamatan Ciniru
- Kecamatan Hantara
- Kecamatan Selajambe
- Kecamatan Subang
- Kecamatan Cilebak
- Kecamatan Ciwaru
- Kecamatan Karangkancana
- Kecamatan Cibingbin
- Kecamatan Cibeureum
- Kecamatan Luragung
- Kecamatan Cimahi
- Kecamatan Cidahu
- Kecamatan Kalimanggis
- Kecamatan Ciawigebang
- Kecamatan Cipicung
- Kecamatan Lebakwangi
- Kecamatan Maleber
- Kecamatan Garawangi
- Kecamatan Sindangagung
- Kecamatan Kuningan
- Kecamatan Cigugur
- Kecamatan Kramatmulya
- Kecamatan Jalaksana
- Kecamatan Japara
- Kecamatan Cilimus
- Kecamatan Cigandamekar
- Kecamatan Mandirancan
- Kecamatan Pancalang
- Kecamatan Pasawahan
4. Topografi
Permukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan
bagian Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700
meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti
wilayah Kuningan bagian Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut.
No | Ketinggian (dpl) | Luas (Ha) | Luas (%) |
---|---|---|---|
1 | 25 - 100 | 10.915,47 | 9,26 |
2 | 100 - 500 | 69.414,92 | 58,90 |
3 | 500 - 1000 | 30.538,15 | 25,91 |
4 | > 1000 | 6.989,01 | 5,93 |
Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai
(lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu
dengan ketinggian antara 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuningan
berada pada ketinggian antara 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut
yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000
dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi.
Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara,
oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan
dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman
menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang
bersangkutan.
Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan
terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng,
lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang alam yang
cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial bagi pengembangan
pariwisata.
No | Kemiringan (%) | Luas (Ha) | Luas (%) |
---|---|---|---|
1 | 0 - 8 | 28.275,88 | 23,99 |
2 | 8 - 15 | 18.985,78 | 16,11 |
3 | 15 - 25 | 24.373,88 | 20,68 |
4 | 25 - 40 | 17.043,02 | 14,46 |
5 | > 40 | 29.178,99 | 24,76 |
Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan
sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh
terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi
terhadap erosi.
Tingkat kepekaan terhadap erosi disebabkan ketidaksesuaian antara
penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berakibat rusaknya proses
fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan
terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan,
pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah.
Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu :
- Sangat Peka : 14.258,42 Ha
- Peka : 17.568,96 Ha
- Agak Peka : 20.473,43 Ha
- Kurang Peka : 21.845,69 Ha
- Tidak Peka : 36.307,00 Ha
5. Jenis Tanah
Berdasarkan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7
(tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol,
Mediteran, Latosol dan Regosol.
- Golongan tanah Andosol terdapat di bagian barat kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel.
- Golongan tanah Alluvial terdapat di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok untuk tanaman sawah, palawija dan perikanan.
- Golongan tanah Podzolik terdapat di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras.
No | Jenis tanah | Luas (Ha) | Luas (%) |
---|---|---|---|
1 | Alluvial kelabu | 4.080,00 | 3,46 |
2 | Regosol coklat kelabu | 700,00 | 0,59 |
3 | Asosiasi Regosol kelabu + coklat kelabu + latosol | 4.072,98 | 3,46 |
4 | Asosiasi andosol coklat + regosol coklat | 4.560,00 | 3,87 |
5 | Gromosol kelabu tua | 1.840,00 | 1,56 |
6 | Asosiasi Gromosol kelabu kekuningan + Gromosol coklat kelabu + regosol kelabu | 13.204,31 | 11,20 |
7 | Asosiasi mediteran coklat + latosol | 11.569,31 | 9,82 |
8 | Latosol coklat | 890,00 | 0,76 |
9 | Latosol coklat kemerahan | 13.803,69 | 11,71 |
10 | Asosiasi Latosol coklat + regosol | 19.232,47 | 16,32 |
11 | Asosiasi podzolik kuning + hidromorf | 11.765,55 | 9,98 |
12 | Asosiasi podzolik merah kekuningan + latosol merah kekuningan | 13.825,82 | 11,73 |
13 | Kompleks podzolik merah kekuningan + podzolik kekuningan + regosol | 18.313,42 | 15,54 |
6. Demografi
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007 Menurut Hasil Suseda sebanyak
1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,17%
pertahun. Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan penduduk
perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.
Penduduk Kuningan umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya, namun untuk daerah perbatasan dengan Jawa tengah mereka juga ada yang bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Sunda
yang digunakan di Kuningan memiliki ciri tersendiri (bahasa wewengkon)
dibandingkan dengan bahasa Sunda yang digunakan di daerah Priangan
barat. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.
Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai
petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai
Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun
2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu
mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan
antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia
65 tahu ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64
tahun), berarti pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di
Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak
produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi
demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
No | Informasi Demografi | 2005 | 2006 | 2007 |
---|---|---|---|---|
1 | Jumlah Penduduk | |||
Total | 1.069.448 | 1.089.620 | 1.102.354 | |
Laki-laki | 534.415 | 542.645 | 549.118 | |
Perempuan | 535.033 | 546.975 | 553.236 | |
2 | Laju Pertumbuhan Penduduk | 2,80 | 1,89 | 1,17 |
3 | Sex Ratio | 99,8 | 99,2 | 99,3 |
4 | Komposisi Umur | |||
0 - 14 | 287.231 | 287.962 | 280.119 | |
15 - 54 | 714.032 | 726.846 | 734.830 | |
65+ | 68.185 | 74.812 | 87.405 | |
5 | Angka Beban Tanggungan | 0,50 | 0,49 | 0,50 |
7. Pendidikan
Menurut data Suseda tahun 2006, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan
mencapai 94,75 % sedangkan hasil Suseda 2007 menunjuken adanya
perbaikan menjadi 95,52%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun
2006, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 7,16 tahun meningkat menjadi 7,55 tahun di tahun 2007.
Tingginya AMH Kabupaten Kuningan disumbang oleh Kecamatan Kuningan, Kuningan dengan AMH tertinggi sebesar 99,83 % sedangkan AMH terendah dicapai oleh Kecamatan Cibingbin, Kuningan dengan AMH 80,24 persen, Sedangkan untuk RLS tertinggi tetap dicapai oleh Kecamatan Kuningan, Kuningan dengan RLS 9,59 tahun sedangkan yang terendah dicapal oleh Kecamatan Hantara, Kuningan dengan RLS 5,47 tahun.
Persentase penduduk Kabupaten Kuningan
usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66
persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88
persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi
(Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun
ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan
tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).
Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini
telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan
khusus, diantaranya SLBN Kuningan. Informasi lebih lanjut dapat diakses
di www.slbnkuningan.com
8. Seni dan Budaya
Sebagai wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuningan:
No | Jenis Seni Budaya Tradisional | Lokasi |
---|---|---|
1 | Cingcowong,Upacara minta hujan | Kecamatan Luragung, Kuningan |
2 | Sintren | Kecamatan Cibingbin, Kuningan |
3 | Goong Renteng | Kelurahan Sukamulya |
4 | Tayuban | Kecamatan Ciniru, Kuningan |
5 | Pesta Dadung | Kecamatan Subang, Kuningan |
6 | Gembyung Terbangan | |
7 | Sandiwara Rakyat | |
8 | Wayang Golek | |
9 | Kuda Lumping | |
10 | Reog | Desa Cengal |
11 | Calung | |
12 | Tradisi Kawin Cai | Kecamatan Jalaksana, Kuningan |
9. Pemerintahan
Sebagai sebuah Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan
mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bupati secara langsung.
Pilkada ini diikuti oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent
H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang
pernah memimpin Kabupaten Kuningan
No | Nama | Periode |
---|---|---|
1 | Aom Adali | 1919-1921 |
2 | Mohamad Ahmad | 1921-1940 |
3 | R. Umar Said | 1940-1942 |
4 | Rifai | 1942-1945 |
5 | Noer (Bupati RI) | 1945-1951 |
6 | Sodikin (Recomba) | 1947-1948 |
7 | Holan (Recomba) | 1948-1949 |
8 | Tikok Abdrurohman | 1951-1952 |
9 | Sumitra | 1952-1954 |
10 | TB amin Abdulah | 1954-1957 |
11 | Yusuf (Pejabat) | 1957-1958 |
12 | Saleh Alibasyah | 1958-1961 |
13 | Uman Jatikusumah | 1961-1966 |
14 | Suminta (Pejabat) | 1966-1967 |
15 | R. Aruman Wirangganapati | 1967-1973 |
16 | Karli Akbar | 1973-1978 |
17 | R.H Unang Sunarjo S.H | 1978-1983 |
18 | Drs. H. Moch. Djufri Pringadi | 1983-1988 |
19 | Drs. H. Subandi | 1988-1993 |
20 | H. Yeng D.S Partawinata SH | 1993-1998 |
21 | Drs. H. Arifin Setiamihardja MM | 1998-2003 |
22 | H. Aang Hamid Suganda | 2003-2008 |
23 | H. Aang Hamid Suganda | 2008-2013 |
10. Sarana Prasarana
- Jalan Darat
- Listrik
- Telekomunikasi
- Sarana Kesehatan
- Rumah sakit terdapat 3 buah, 1 milik Pemda dan 2 milik swasta
- Puskesmas Pembantu = 70 buah
- Puskesmas = 28 buah
- Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
- Balai pengobatan swasta = 33 buah
- Pos Pelayanan Terpadu
- 762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
- 467 Pos Pelayanan Terpadu madya
- 89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
- 7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
- Tenaga Kesehatan
- Dokter spesialis di Rumah Sakit Umum 45, terdapat 11 orang dokter spesialis
- Dokter gigi yang ada baik dokter gigi PNS maupun dokter gigi PTT terdapat 20 orang
- Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
- Sarana dan Prasarana Pendidikan
- Sekolah Dasar : 705 buah
- Sekolah Menengah Pertama : 65 buah
- Sekolah Menengah Umum 22 buah
- Sekolah Menengah Kejuruan : 19 buah
- Hotel
- Hotel Berbintang : 3 buah
- Hotel Non Berbintang : 35 buah
- Bank
- Bank Pemerintah : 2 buah
- Bank Swasta : 7 buah
- Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
- Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah
11. Tujuan Wisata
Wisata Alam
- Talaga Remis
- Taman Wisata Alam Linggajati
- Waduk Darma
- Sangkanhurip
- Desa Sitonjul
- Air Terjun Sidomba
- Curug Cilengkrang
- Palutungan & Curug Putri
- Curug Ngelay
Wisata Budaya
- Taman purbakala Cipari
- Linggajati
Wisata Hutan
- Desa Setianegara
- Desa Jabranti
Wisata Ziarah
- Cibulan
- Balong Keramat Darmaloka
Wisata Adat
- Seren Taun
12. Makanan Khas dan Cinderamata
Makanan Khas
- Peuyeum Ketan
Peuyeum/tape ketan ini dibuat dari ketan putih yang diasamkan dan
dibungkus dengan daun jambu. Rasa asamnya itulah yang menjadi ciri
khasnya. Dijual dalam wadah ember hitam bertuliskan Tape Ketan Asli Cibeureum, ada juga yang dijual dalam bentuk kemasan kecil kotak plastik.
- Keripik Gadung
- Emping Tangkil/Melinjo
- Angling
- Wajit Subang
- Leupeut
- Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung)
- Koecang
- Hucap (Kupat tahu kecap)
- Gemblong
- Golono (Gorengan Khas Dari Luragung)
- Becak
- Wajit Luragung
- Gaplek Luragung
- Kicimpring
- Jawadah (Makanan khas dari Luragung)
- Papais
- Raragudig
- Ranginang
- cingcau
Cinderamata
- Batu Onix
- Batu Granit
- Suiseki
- Bonsai
- Cincin
- Peti Antik
- Calung
- Es Krim Tape Susu
13. Akses Transportasi
Angkot Dalam KotaBus Antar Kota
14. Tokoh-tokoh Kuningan
- Anies Baswedan
- Edi Suhardi Ekadjati
- Mashud Wisnusaputra
- Mohamad Surya
15. Referensi
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan tahun 2007 menurut BPS Provinsi Jawa Barat
- (Indonesia) Pemerintah Kabupaten Kuningan
- (Indonesia) Pemerintah Propinsi Jawa barat
- (Indonesia) Kejuaraan Karate Kuningan Uniku Cup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar