WELCOME TO THE BLOG SERBA SERBI.

Rabu, 16 November 2011

Raja Ali Haji

Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, ca. 1808 - meninggal di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, ca. 1873, masih diperdebatkan) adalah ulama, sejarawan, dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu. [1] Dia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Ia merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis.
Mahakaryanya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama, merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara. Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nafis ("Bingkisan Berharga" tentang sejarah Melayu), walaupun dari segi penulisan sejarah sangat lemah karena tidak mencantumkan sumber dan tahunnya, dapat dibilang menggambarkan peristiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak berpendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja Ahmad. Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya. Dalam bidang ketatanegaraan dan hukum, Raja Ali Haji pun menulis Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik). Ia juga aktif sebagai penasihat kerajaan.
Ia ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November 2004.

1. Latar belakang

Raja Ali Haji dilahirkan di Selangor (sekarang bagian Malaysia) tahun 1808 atau 1809, walaupun beberapa sumber menyebutkan bahwa dia dilahirkan di Pulau Penyengat (sekarang bagian Indonesia) [2][3]. Dia adalah putra dari Raja Ahmad, yang bergelar Engku Haji Tua setelah melakukan ziarah ke Mekah. Dia adalah cucu Raja Ali Haji Fisabilillah (saudara Raja Lumu, Sultan pertama Selangor). [4] Fisabilillah adalah keturunan keluarga kerajaan Riau, yang merupakan keturunan dari prajurit Bugis yang datang ke daerah tersebut pada abad ke-18. [5] Bundanya, Encik Hamidah binti Malik adalah saudara sepupu dari ayahnya dan juga dari keturunan Suku Bugis. [6]
Raji Ali Haji segera dipindahkan oleh keluarganya ke Pulau Penyengat saat masih bayi, di mana ia dibesarkan dan menerima pendidikan di sana. [7]

2. Karya terkenal

2.1. Puisi

  • 1847  : Gurindam Dua Belas 

    Gurindam 12

    Gurindam Dua Belas pasal pertama dan kedua, ditatahkan pada marmer di dinding makam Engku Puteri Hamidah () di Pulau Penyengat. Pulau Penyengat diberikan kepadanya sebagai mas kawin.

     

    Gurindam I

    Ini gurindam pasal yang pertama
    Barang siapa tiada memegang agama,
    sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
    Barang siapa mengenal yang empat,
    maka ia itulah orang ma'rifat
    Barang siapa mengenal Allah,
    suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
    Barang siapa mengenal diri,
    maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
    Barang siapa mengenal dunia,
    tahulah ia barang yang terpedaya.
    Barang siapa mengenal akhirat,
    tahulah ia dunia mudarat.

    Gurindam II

    Ini gurindam pasal yang kedua
    Barang siapa mengenal yang tersebut,
    tahulah ia makna takut.
    Barang siapa meninggalkan sembahyang,
    seperti rumah tiada bertiang.
    Barang siapa meninggalkan puasa,
    tidaklah mendapat dua temasya.
    Barang siapa meninggalkan zakat,
    tiadalah hartanya beroleh berkat.
    Barang siapa meninggalkan haji,
    tiadalah ia menyempurnakan janji.

    Gurindam III

    Ini gurindam pasal yang ketiga:
    Apabila terpelihara mata,
    sedikitlah cita-cita.
    Apabila terpelihara kuping,
    khabar yang jahat tiadalah damping.
    Apabila terpelihara lidah,
    nescaya dapat daripadanya faedah.
    Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
    daripada segala berat dan ringan.
    Apabila perut terlalu penuh,
    keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
    Anggota tengah hendaklah ingat,
    di situlah banyak orang yang hilang semangat
    Hendaklah peliharakan kaki,
    daripada berjalan yang membawa rugi.

    Gurindam IV

    Ini gurindam pasal yang keempat:
    Hati kerajaan di dalam tubuh,
    jikalau zalim segala anggota pun roboh.
    Apabila dengki sudah bertanah,
    datanglah daripadanya beberapa anak panah.
    Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
    di situlah banyak orang yang tergelincir.
    Pekerjaan marah jangan dibela,
    nanti hilang akal di kepala.
    Jika sedikitpun berbuat bohong,
    boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
    Tanda orang yang amat celaka,
    aib dirinya tiada ia sangka.
    Bakhil jangan diberi singgah,
    itupun perampok yang amat gagah.
    Barang siapa yang sudah besar,
    janganlah kelakuannya membuat kasar.
    Barang siapa perkataan kotor,
    mulutnya itu umpama ketur.
    Di mana tahu salah diri,
    jika tidak orang lain yang berperi.

    Gurindam V

    Ini gurindam pasal yang kelima:
    Jika hendak mengenal orang berbangsa,
    lihat kepada budi dan bahasa,
    Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
    sangat memeliharakan yang sia-sia.
    Jika hendak mengenal orang mulia,
    lihatlah kepada kelakuan dia.
    Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
    bertanya dan belajar tiadalah jemu.
    Jika hendak mengenal orang yang berakal,
    di dalam dunia mengambil bekal.
    Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
    lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

    Gurindam VI

    Ini gurindam pasal yang keenam:
    Cahari olehmu akan sahabat,
    yang boleh dijadikan obat.
    Cahari olehmu akan guru,
    yang boleh tahukan tiap seteru.
    Cahari olehmu akan isteri,
    yang boleh menyerahkan diri.
    Cahari olehmu akan kawan,
    pilih segala orang yang setiawan.
    Cahari olehmu akan abdi,
    yang ada baik sedikit budi,

    Gurindam VII

    Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
    Apabila banyak berkata-kata,
    di situlah jalan masuk dusta.
    Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
    itulah tanda hampir duka.
    Apabila kita kurang siasat,
    itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
    Apabila anak tidak dilatih,
    jika besar bapanya letih.
    Apabila banyak mencela orang,
    itulah tanda dirinya kurang.
    Apabila orang yang banyak tidur,
    sia-sia sahajalah umur.
    Apabila mendengar akan khabar,
    menerimanya itu hendaklah sabar.
    Apabila menengar akan aduan,
    membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
    Apabila perkataan yang lemah-lembut,
    lekaslah segala orang mengikut.
    Apabila perkataan yang amat kasar,
    lekaslah orang sekalian gusar.
    Apabila pekerjaan yang amat benar,
    tidak boleh orang berbuat onar.

    Gurindam VIII

    Ini gurindam pasal yang kedelapan:
    Barang siapa khianat akan dirinya,
    apalagi kepada lainnya.
    Kepada dirinya ia aniaya,
    orang itu jangan engkau percaya.
    Lidah yang suka membenarkan dirinya,
    daripada yang lain dapat kesalahannya.
    Daripada memuji diri hendaklah sabar,
    biar pada orang datangnya khabar.
    Orang yang suka menampakkan jasa,
    setengah daripada syirik mengaku kuasa.
    Kejahatan diri sembunyikan,
    kebaikan diri diamkan.
    Keaiban orang jangan dibuka,
    keaiban diri hendaklah sangka.

    Gurindam IX

    Ini gurindam pasal yang kesembilan:
    Tahu pekerjaan tak baik,
    tetapi dikerjakan,
    bukannya manusia yaituiah syaitan.
    Kejahatan seorang perempuan tua,
    itulah iblis punya penggawa.
    Kepada segaia hamba-hamba raja,
    di situlah syaitan tempatnya manja.
    Kebanyakan orang yang muda-muda,
    di situlah syaitan tempat berkuda.
    Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
    di situlah syaitan punya jamuan.
    Adapun orang tua yang hemat,
    syaitan tak suka membuat sahabat
    Jika orang muda kuat berguru,
    dengan syaitan jadi berseteru.

    Gurindam X

    Ini gurindam pasal yang kesepuluh:
    Dengan bapa jangan durhaka,
    supaya Allah tidak murka.
    Dengan ibu hendaklah hormat,
    supaya badan dapat selamat.
    Dengan anak janganlah lalai,
    supaya boleh naik ke tengah balai.
    Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
    supaya kemaluan jangan menerpa.
    Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.

    Gurindam XI

    Ini gurindam pasal yang kesebelas:
    Hendaklah berjasa,
    kepada yang sebangsa.
    Hendaklah jadi kepala,
    buang perangai yang cela.
    Hendaklah memegang amanat,
    buanglah khianat.
    Hendak marah,
    dahulukan hujah.
    Hendak dimulai,
    jangan melalui.
    Hendak ramai,
    murahkan perangai.

    Gurindam XII

    Ini gurindam pasal yang kedua belas:
    Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12


    Raja mufakat dengan menteri,
    seperti kebun berpagarkan duri.
    Betul hati kepada raja,
    tanda jadi sebarang kerja.
    Hukum adil atas rakyat,
    tanda raja beroleh inayat.
    Kasihkan orang yang berilmu,
    tanda rahmat atas dirimu.
    Hormat akan orang yang pandai,
    tanda mengenal kasa dan cindai.
    Ingatkan dirinya mati,
    itulah asal berbuat bakti.
    Akhirat itu terlalu nyata,
    kepada hati yang tidak buta.

2.2. Buku

  • 1860s  : Tuhfat al-Nafis (Bingkisan Berharga):
    Tuhfat al-Nafis (Bahasa Arab: Hadiah yang berharga)adalah buku sejarah karangan Raja Ali Haji, sastrawan dari Riau dan pangeran Kesultanan Riau-Lingga keturunan Bugis. Buku ini ditulis pada tahun 1885 dalam huruf Jawi. Dalam buku ini dicatat kejadian-kejadian yang berlangsung pada abad ke-18 dan 19 di berbagai negeri Melayu.
    Ada empat manuskrip Tuhfat al-Nafis yang diketahui. Naskah yang disalin pada 1890 diterbitkan pada 1923 untuk Journal of the Malayan Branch Royal Asiatic Society, London.
  • 1865  : Silsilah Melayu dan Bugis

2.3. Karya lain

  • 1857  : Bustan al-Kathibin
  • 1850-an: Kitab Pengetahuan Bahasa (Tidak selesai)
  • 1857  : Intizam Waza'if al-Malik
  • 1857  : Thamarat al-Mahammah [1]

3. Kematian

Sebagian besar sumber menyatakan bahwa Raja Ali Haji wafat pada tahun 1872 di Pulau Penyengat [2] di Kepulauan Riau, tetapi tanggal kematiannya sedang diperdebatkan setelah bukti-bukti yang tersebar muncul untuk menentang klaim ini. Diantaranya, bukti yang terkenal adalah surat yang ditulis pada tahun 1872 ketika Raja Ali Haji menulis surat kepada Herman Von De Wall, seorang ahli kebudayaan Belanda, yang kemudian meninggal di Tanjung Pinang pada tahun 1873.[8]

4. Galeri


Pranala luar

Rujukan

  • Contesting Malayness: Malay Identity Across Boundaries, oleh Timothy P. Barnard, NUS Press, 2004, ISBN 9971692791
  • Encyclopedia of Historians and Historical Writing, oleh Kelly Boyd, diterbitkan oleh Taylor & Francis, 1999, ISBN 1884964338
  • Mengenal Pahlawan Indonesia, oleh Arya Ajisaka, diterbitkan oleh Kawan Pustaka, ISBN 9797572781
  • Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, oleh Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland Cabang Malaysia, 1994
  • The Making of Modern Malaya: A History from Earliest Times to the Present, oleh N. J. Ryan, diterbitkan oleh Oxford University Press, 1963
  • The Precious Gift: Tuhfat Al-nafis, oleh Ali al-Haji Riau, Virginia Matheson Hooker, Virginia Matheson, Barbara Watson Andaya, Oxford University Press, 1982, ISBN 0195825071
  • The World's Religions, oleh Stewart R. Sutherland, diterbitkan oleh G.K. Hall, 1988, ISBN 0816189781

Referensi

  1. Encyclopedia of Historians and Historical Writing (1999), pg 23-24
  2. Mengenal Pahlawan Indonesia, Ajisaka, pg 219
  3. The Precious Gift: Tuhfat Al-nafis (1982), pg 5
  4. The Making of Modern Malaya: A History from Earliest Times to the Present (1963), pg 69
  5. The Precious Gift: Tuhfat Al-nafis (1982), pg 277
  6. The World's Religions (1988), pg 42
  7. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society (1994), pg 29
  8. Contesting Malayness: Malay Identity Across Boundaries (2004), pg 128
Arief

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bebas Bayar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

gif maker

Arifuddin Ali