Musa al-Kazhim (Arab: الإمام موسى الكاظم) (Tujuh Safar, 128 H – 25 Rajab 183 H) (Bertepatan dengan: lahir di Abwa’, Arab Saudi, 28 Oktober 746 – meninggal di Kazimain, 1 September 799 pada umur 52 tahun) merupakan Imam ke-7 dalam tradisi Islam Syi'ah Dua Belas Imam. Dia adalah putra dari Imam ke-6, Ja'far ash-Shadiq, dan ibunya bernama Hamidah Khatun. Dia lahir ketika terjadi pergolakan antara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah dan ia biasa pula dipanggil dengan nama Abu al-Hasan.
1. KELUARGA
1.1. KELAHIRAN
Imam Musa al-Kazhim as lahir pada hari Ahad, bertepatan dengan 7
Shafar tahun 128 Hijriah di sebuah lembah bernama Abwa’ yang terletak di
antara Makkah dan Madinah. Ibu beliau bernama Hamidah. Imam as mencapai kedudukan Imamah pada usia 21 tahun.
1.2. Ibu
Ibu Musa Al-Kazhim as adalah seorang budak yang dibeli oleh Imam Ja’far.
Meskipun demikian, ibu telah mendapatkan pengajaran ilmu dari Imam
Ja’far as, yang menjadikannya sebagai wanita yang memiliki keluasan ilmu
dan kecakapan dalam bidang ilmu-ilmu agama. Sehingga, kadang-kadang
Imam Ja’far meminta para wanita untuk bertanya masalah-masalah agama
kepadanya.
1.3. Keturunan
Di antara keturunan Musa al-Kadzim adalah:[1]
- Ali ar-Ridha (penerus imamah)
- Ahmad bin Musa, dikenal pula dengan julukan Syah Chiragh. Ia syahid di Syiraz, Iran.
- 'Ala'uddin Husain, ia syahid di Syiraz, Iran.
- Muhammad al-'Abid,
- Ibrahim al-Mujab, ia dikuburkan di Karbala, Iraq.
- Ahmad bin Ibrahim
- Muhammad bin Ibrahim
- Ali bin Ibrahim
- Ibrahim al-Mujab, ia dikuburkan di Karbala, Iraq.
- Fatimah al-Ma'sumah, ia dikuburkan di Qom, Iran.
2. Periode kehidupan
Periode kehidupan Imam Musa Al-Kazhim as dapat dibagi menjadi dua bagian:
- Pertama, kehidupan beliau bersama ayahandanya di Madinah selama 20 tahun. Periode ini berlangsung sebelum beliau mencapai Imamah.
- Kedua, masa-masa awal perlawanan, pemenjaraan, dan pengasingan yang menimpa kehidupan Imam as.
3. Sahabat-sahabat Imam Musa Al-Kazhim
Ketika ayahnya, Imam Ja’far Ash-Shadiq as wafat, murid-murid beliau
memusatkan perhatian dan kesetiaan mereka kepada putranya, Imam Musa as.
Mereka menuntut ilmu kepada Imam as selama tiga puluh tiga tahun.
Beberapa murid beliau antara lain:
3.1. Ibnu Abi Umair
Ia belajar pada tiga Imam, yaitu Imam Musa Al-Kazhim as, Imam Ali
Ar-Ridha as, dan Imam Muhammad Al-Jawad as. Ibnu Abi Umair merupakan
salah seorang ulama terkenal pada zamannya. Ia meninggalkan banyak
kitab-kitab hadis sebagai tanda jasanya.
Beberapa orang memberi kabar kepada penguasa Abasiyah, bahwa Ibnu Abi
Umair adalah orang Syi’ah (pengikut Ahlulbait). Ia ditangkap dan
diinterogasi untuk menyebutkan nama-nama orang Syi’ah yang ia kenali.
Namun, tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk memenuhi
paksaan mereka. Ia ditelanjangi dan diikat pada pohon kurma. Mereka
mengganjar seratus cambukan kepada murid setia para Imam ini.
Syaikh Mufid menuturkan, “Sahabat utama Imam ini dipenjarakan selama
tujuh puluh tahun. Seluruh harta bendanya dimusnahkan. Walaupun didera
dengan cobaan yang berat, ia tetap mengunci mulutnya dan tidak berkata
sepatah kata pun untuk memberikan informasi kepada penguasa Abasiyah
yang zalim.”
3.2. Ali bin Yaqthin
Ia juga adalah salah seorang sahabat Imam Ja’far as. Marwan
memata-matainya dan memerintahkan penangkapannya. Akan tetapi, Ali
berhasil meloloskan diri dari kejaran Marwan. Ia mengirim istri dan
anak-anaknya ke Madinah. Ia kembali ke Kufah menyusul keruntuhan Dinasti
Bani Umaiyah di tangan Bani Abbasiyah.
Ali menjalin hubungan yang dekat dengan orang-orang Abbasiyah dan
berhasil menjabat kedudukan-kedudukan penting dalam pemerintahan mereka.
Melalui kedudukannya ini, ia banyak membantu pengikut-pengikut
Ahlulbait yang tertindas.
Harun Ar-Rasyid mengangkat Ali sebagai menterinya. Sebenarnya ia
merupakan seorang utusan Imam Musa as yang menyusup ke dalam
pemerintahan Harun. Beberapa kali ia bermaksud mengundurkan diri, namun
ia ditahan oleh Imam untuk tetap menjabat kementerian demi melindungi
ajaran dan pengikut Ahlulbait as.
Ali bin Yaqthin wafat ketika Imam Musa as masih berada di dalam penjara.
3.3. Mu’min Ath-Thaq
Ia adalah seorang sahabat Imam Ja’far Ash-Shadiq as dan Imam Musa
Al-Kazhim as. Imam Ja’far mendudukkannya sebagai salah seorang sahabat
utama beliau dan memberikan penghormatan khusus kepadanya.
Mu’min amat tangkas dalam diskusi dengan siapa saja. Mengenai hal
ini, Imam Ja’far as mengatakan, “Mu’min ibarat seekor elang yang
menerkam mangsanya.”
3.4. Hisyam bin Hakam
Ia adalah seorang pakar dalam bidang ilmu Logika. Acapkali terdapat
sebuah masalah pelik, Imam Ja’far as selalu mengutusnya memecahkan
masalah itu. Ia sangat menguasai pembahasan Imamah. Ia merupakan murid
jenius Imam dan tangkas dalam memberikan jawaban. Ia juga seorang pakar
dalam masalah-masalah Ketuhanan.
Hisyam banyak menulis kitab dan terlibat dalam diskusi-diskusi dengan ulama dari berbagai mazhab dan golongan.
4. Mutiara Hadis Imam Musa Al-Kazhim
- “Katakan yang hak, walaupun akan mendatangkan kerugian kepadamu.”
- “Jika engkau menjadi seorang pemimpin yang bertakwa, maka seharusnya engkau bersyukur kepada Allah atas anugerah ini.”
- “Bersikaplah tegas dan keras terhadap orang-orang zalim sehingga engkau dapat merebut hak orang-orang mazlum (yang teraniaya) darinya.”
- “Kebaikan yang utama adalah menolong orang-orang yang tertindas.”
- “Dunia ini berkulit halus dan cantik, ibarat seekor ular. Namun, ia menyimpan racun pembunuh di dalamnya.”
5. Referensi
- al-Musawi, Muhammad. Mazhab Syiah: Kajian Al-Quran dan Sunnah. Bandung: Muthahhari Press, 2001. ISBN 979-95564-6-5
5.1. Terkait
- Dua Belas Imam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar