"Bayi Musa diambil dari air", oleh Nicolas Poussin, 1638. |
Musa (bahasa Ibrani: מֹשֶׁה, Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: موسى, Mūsā; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) (lahir ~1527 SM, meninggal ~1408 SM) adalah seorang nabi yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Musa adalah anak Amram bin Kehat dari suku Lewi, anak Yakub bin Ishak. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru[10] dan 136 kali di dalam Al-Quran. Ia memiliki 2 orang anak (Gersom dan Eliezer) dan wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo).
1. Pandangan Yahudi dan Kristen
Musa adalah seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan
bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah
perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan.
Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya
benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk
membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir dibunuh ketika ia masih
bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai
gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk
membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri
kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan
api.[11]
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel,
kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat
yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan
Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel
ke Kanaan.
Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke
tanah Kanaan, oleh karena kesalahan perkataan Musa di Mara yang
disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel. Musa
hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan.
Garis waktu kehidupan Musa adalah sebagai berikut:
- Musa dilahirkan setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun.
- Musa berasal dari suku Lewi.
1.1.Etimologi Nama
Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10:
- Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."[12]
- Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yaudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa. [13] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiipan nama.
1.2 Latar Belakang Kelahiran
sumber: Kitab Keluaran pasal 1
Sebelum bangsa Israel diperbudak, mereka hidup senang di tanah Mesir,
yaitu selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf. Yusuf
adalah seorang putra Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh
saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun berkat pertolongan Tuhan,
Yusuf dapat melalui banyak penderitaan dan pada akhirnya menjadi
penguasa nomor dua di Mesir, hanya setingkat langsung di bawah Firaun
yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh
kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir.
Kemudian Yusuf memboyong keluarganya, yaitu Yakub
(yang juga disebut Israel), ayahnya, beserta seluruh keluarga
saudara-saudaranya, pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat
keluarganya tadinya berdiam terjadi kelaparan hebat. Itulah awal mulanya
bangsa Israel dapat tinggal di Mesir.
Lama setelah Yusuf meninggal, kemudian bangkitlah seorang raja baru
memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf (tidak ingat lagi jasa
Yusuf bagi tanah Mesir). Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa
Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka
jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan
bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari
negeri ini."[14]
Oleh karena itu, raja (Firaun) itu dan rakyatnya melakukan sejumlah tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel:
- Pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.[15] Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka pertumbuhan penduduk Israel. Makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.[16]
- Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.[17]
- Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong
perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua,
katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin,
kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu
harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin." Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.[18] - Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."[19]
2. Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Musa dari Lewi adalah sebagai berikut:
Anak Lewi
- Gerson
- Kehat
- Amram*
- Yizhar
- Hebron
- Uziel
- Merari
- Yokhebed*
- Miryam
- Harun
- Musa
Keterangan
Lewi (bahasa Ibrani: לוי; Ibrani Standar: Levy Ibrani Tiberias: Lēwî ; "menyatukan"; bahasa Inggris: Levy atau Levi) adalah putra ke-3 Yakub dan Lea, serta leluhur dari suku Lewi ("orang-orang Lewi").
Lewi dan Simeon membunuhi penduduk kota Sikhem sebagai balas dendam karena adik mereka Dina diperkosa oleh seorang penduduknya, sekaligus menjarah harta kota itu. Yakub, ayahnya, memarahi mereka atas perbuatan itu Dalam berkatnya sebelum meninggal, Yakub memberi kutukan bahwa suku Lewi akan tersebar, sebagai balasan dari perbuatannya di Sikhem
Sewaktu pindah ke Mesir, Lewi mempunyai 3 putra: Gerson, Kehat dan Merari, yang kelak akan menjadi orang-orang Lewi
Kehat (bahasa Ibrani: קהת, Kehat, Kohat; bahasa Inggris: Kohath) adalah satu dari 3 putra Lewi serta kakek dari Miryam, Harun dan Musa, menurut catatan Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Umur Kehat 133 tahun. Keturunan Kehat disebut Kohatit, dan menurunkan orang-orang yang menjadi Imam Besar Yahudi, dimulai dari Harun.
Amram (bahasa Ibrani: עַמְרָם, Standar Amram Tiberias ʻAmrām ; Sahabat dari Yang Maha-Tinggi/Orang-orang ditinggikan) bahasa Arab: عمران Imron) adalah suami dari Yokhebed yang mempunyai anak-anak: Harun, Musa, dan Miryam. Dia dicatat pertama kali dalam Kitab Keluaran di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Ia hidup pada zaman Israel diperbudak di Mesir dan mati pada usia 137 tahun, sebelum bangsa Israel meninggalkan Mesir.
Yokhebed (bahasa Ibrani: יוֹכֶבֶד,יוֹכָבֶד, Yoḫéved, Yoḫáved, Yôḵéḇeḏ, Yôḵāḇeḏ, artinya "Yahweh adalah kemuliaan"; bahasa Inggris: Jochebed) adalah putri Lewi dan ibu dari Miryam, Harun dan Musa, menurut catatan Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Suaminya, yang juga keponakannya, adalah Amram bin Kehat bin Lewi. Menurut legenda Yahudi, Yokhebed dikuburkan di "Makam Matriarkh", di Tiberias.
2.1. Kelahiran dan Masa Muda
sumber: Kitab Keluaran pasal 2
Musa adalah putra Amram bin Kehat dan Yokhebed, istrinya. Yokhebed dan Kehat adalah anak-anak Lewi. Musa memiliki dua orang kakak, yaitu Miryam dan Harun.
- Setelah melahirkan Musa, Yokhebed melihat, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya 3 bulan lamanya. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan (Miryam) berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.[20]
- Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."[21]
- Lalu bertanyalah Miryam, kakak anak itu, kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil Yokhebed, ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."[22]
2.2. Masa Dewasa
Ketika Musa berusia 40 tahun, ia keluar mendapatkan
saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah
seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya
itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang,
dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.[23]
- Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?" Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan." Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa.[24]
- Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur. Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.[25]
- Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?" Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."[26]
- Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa. Perempuan itu melahirkan 2 anak laki-laki, maka Musa menamainya yang sulung Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."[27][28] dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: "Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun."[29]
Kemudian Musa diutus oleh Allah yang berbicara kepada Musa melalui seorang malaikat
dalam bentuk nyala api yang keluar dari semak yang menyala-nyala namun
tidak terbakar. Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel
dari perbudakan. Musa pun kembali ke Mesir untuk meminta Firaun
melepaskan bangsa Israel dengan ditemani Harun, abangnya.
Firaun tidak bersedia melepaskan bangsa Israel karena hatinya
dikeraskan oleh Allah untuk menunjukkan kuasa Allah kepada manusia.
Akhirnya Allah menimpakan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir yang puncaknya diperingati oleh bangsa Yahudi sebagai hari raya Pesakh atau pelepasan (Paskah zaman Perjanjian Lama menurut orang Kristen).
Musa memimpin bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian yang
berlimpah susu dan madunya, yaitu tanah Kanaan. Ketika mulai keluar dari
Mesir, sang Firaun mengubah pikirannya dan mengejar kembali orang
Israel. Musa kemudian membelah Laut Merah sehingga rakyat Israel yang hampir terkejar dapat menyeberang
dan kemudian Musa menenggelamkan para pengejar yang berusaha menangkap
kembali orang Israel. Selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh
dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara
di padang pasir 40 tahun.
Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di bukit Sinai,
dan menerima peraturan-peratuan peribadatan dan hukum-hukum sipil yang
dilakukan oleh bangsa Israel hingga hari ini. Allah dengan perantaraan
Musa melakukan banyak mujizat kepada bangsa Israel yang tidak percaya
seperti memberikan manna, air, dan burung puyuh untuk menjadi
makanan pokok orang Israel selama di gurun sehingga mereka tidak
kelaparan maupun kehausan. Setelah 40 tahun lamanya memutari jazirah
Arab, bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan, namun sebelum memasukinya,
Musa naik ke bukit Horeb dan meninggal. Jasadnya diangkat oleh Allah
sehingga tidak ada kuburannya. Kepemimpinan Musa selanjutnya digantikan
oleh Yosua bin Nun, seorang jenderal yang takut akan Tuhan.
2.3. Pelayanan
Selama hidupnya, Musa melakukan berbagai fungsi pelayanan, antara lain:
2.3.1. Penulis
Musa merupakan penulis (atau penyusun bahan) dari 5 kitab pertama dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab. Kitab-kitab tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesia diberi judul: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama Taurat,
karena di dalam kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali
perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa
Israel.
2.3.2. Hakim
Musa mengatur kehidupan seluruh umat Israel, dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam bangsa Israel. Namun semakin
lama permasalahan itu semakin banyak, dan Musa harus menangani
permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri untuk diselesaikan
permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas saran Yitro
mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu untuk
menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya
menangani masalah-masalah yang cukup besar saja.
2.3.3.Pembuat Tabut Perjanjian
Musa, atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci,
di mana di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi sepuluh perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan. Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian.
2.4. Peran
Di dalam Alkitab, Musa merupakan seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntun Israel menuju tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan.
Musa juga berperan untuk menguak sisi-sisi pribadi Allah, yang pada
zaman orang Israel dianggap sebagai Pribadi yang menakutkan dan
cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan bahwa bahkan pada zaman itu
pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan, bahkan sampai disebutkan
berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah seperti sepasang sahabat.
Musa juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang
penuh belas kasihan terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam
banyak kesempatan ketika orang Israel memberontak, Tuhan sudah
"menawarkan" kepada Musa untuk mengambil jalan pintas, yaitu dengan
Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan menjadikan dari Musa
seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun Musa belajar untuk
tidak mementingkan dirinya sendiri, dan memperjuangkan orang Israel di
hadapan Tuhan.
Namun Musa juga mampu marah bila saatnya tepat. Musa sungguh-sungguh
marah kepada orang Israel ketika orang Israel, bahkan sampai Harun,
kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah patung Lembu Emas, sementara
Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan
untuk bangsa Israel.
2.5. Galleri
3. Pandangan Islam
Musa mendapat julukan Kalim Allah (كليم الله, Kalimullah)
yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang
dia berdialog dengan Allah, dialog antara seorang hamba yang sangat
dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.[30]
3.1. Genealogi
Musa bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Sedangkan nama ibunda Musa memiliki nama Yukabad, pendapat lain mengatakan namanya adalah Yuhanaz Bilzal.[31] Kemudian Musa menikah dengan puteri Syu’aib
yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki keturunan
berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, Ilyas.
3.2. Wujud fisik
Dikatakan dalam kisah Muhammad di perjalanannya menuju Sidrat al-Muntaha, ketika ia sampai di Langit Al-Khaliishah
(Keenam), bahwa Muhammad melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar,
berambut lebat, memiliki jenggot putih panjang menutupi dadanya,
rambutnya hampir menutupi badannya dan sembari memegang tongkat.[32]
3.3. Biografi
3.3.1. Kelahiran
Musa diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Ia
merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Maneftah,[33] sedangkan beberapa pendapat ia adalah ayah dari Maneftah yaitu Ramses Akbar[34] atau "Thutmosis".[35]
3.3.2. Mimpi Firaun
Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh
setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah
terpengaruh oleh paranormal
kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan
penduduknya mati, kecuali kaum Israel, sedangkan paranormalnya
mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke tangan seorang laki-laki dari
bangsa Israel. Karena cemas, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu
dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa
dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan. Kemudian Musa ditemukan oleh Asiyah
istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian membawanya ke istana.
Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki, Firaun ingin membunuh
Musa. Istrinyapun berkata: “Jangan membunuh anak ini karena aku
menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri
karena aku tidak mempunyai anak.” Dengan kata-kata dari istrinya
tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
3.3.3. Musa bertemu ibunya
Kemudian istri Firaun mencari pengasuh, tapi tidak seorang pun yang
dapat menyusui Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui.
Selepas itu, ibunya sendiri mengajukan diri untuk mengasuh dan
membesarkannya di istana
Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: “Maka Kami kembalikan Musa kepada
ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya dia
mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.”
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi
tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata:
“Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku.”
Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan
belum mengetahui apa pun.” Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa
tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama
Musa sendiri diberi keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan “sa” adalah
tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
3.4. Masa Kenabian
3.4.1. Musa menghadapi Firaun
Kisah permasalahan di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari
tukang sihir firaun dikata bermula disebab satu peristiwa di mana pada
satu ketika semasa Musa mengambil meninjau di sekitar kota dan kemudian
beliau melihat dua laki-laki sedang berkelahi, masing-masing di kalangan
Bani Israel bernama Samiri
dan bangsa Mesir, Fatun. Melihatkan kegaduhan itu Musa mau
mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa lalu
mengayunkan satu batu ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal
dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon
ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa:
Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri karena
itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
3.4.2. Pernikahan Musa dengan Shafura binti Syu'aib
Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun
disebabkan Musa dan berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan
Firaun. Akhirnya mereka akan menangkap Musa. Disebabkan terdesak, Musa
mengambil keputusan keluar dari Mesir. Ia berjalan tanpa arah dan
tujuan, tetapi selepas lapan hari, beliau sampai di kota Madyan, iaitu
kota Nabi Syu'aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib beberapa lama sehingga menikah dengan anak gadisnya bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami istri di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, akhirnya Musa dan isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari jauh, beliau terlihat api,
lalu terfikir ingin mendapatkannya untuk dijadikan obor penerang jalan.
Musa meninggalkan istrinya sebentar untuk mendapatkan api itu. Apabila
sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan api menyala pada
sebatang pohon, tetapi tidak membakar pohon berkenaan. Ini membingungkannya dan ketika itu beliau terdengar suara wahyu daripada Tuhan.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya, bermaksud: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi, bermaksud: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa, maksudnya: “Masukkan
tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dekapkan kedua
tanganmu ke dada kerana ketakutan....” Tongkat menjadi ular dan tangan
putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa.
3.4.3. Kembali ke Mesir
Ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik.
Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran
lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir
untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun
masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali
lalu menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan
ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah bermaksud: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan
kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa
yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang
tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua
mukjizat berkenaan, menyebabkan sebagian dari kalangan pengikut Firaun,
termasuk istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli
sihir dan sebagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun
marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Manakala istrinya sendiri
disiksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah.
Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari
belakang, tetapi semua mereka mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu,
lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya
sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Al Baqarah 2:50)
3.4.4. Musa bermunajat di Bukit Sina
Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa
selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu bermunajat, beliau
beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan
mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau
diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu
kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak
akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap
berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat
melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan
dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
3.4.5. 10 Perintah Tuhan
Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata:
“Maha besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan
aku akan menjadi orang pertama beriman kepadaMu.” Sewaktu bermunajat,
Allah menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu,
namun padanya terperinci segala panduan ke jalan diridhai Allah.
Kesepuluh Perintah Tuhan itu mengandung sejumlah pernyataan-penyataan
wajib yang secara total lebih dari 10. Tetapi, Kitab Suci sendiri
menunjukkan perhitungan "10", menggunakan frasa 'aserethad'varim
diartikan sebagai 10 kata, pernyataan, atau benda. Agama-agama yang
bermacam-macam mengelompokkan pernyataan-penyataan wajib tersebut
sehingga menjadi 10 bagian.
Berikut isi sepuluh perintah tersebut sebagai berikut:
- Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku.
- Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun.
- Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
- Hormatilah ayah dan ibumu.
- Jangan membunuh.
- Jangan berzinah.
- Jangan mencuri.
- Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
- Jangan mengingini milik sesamamu (Janganlah mengingini istri, atau hamba laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu)
3.4.6. Samiri dan berhalanya
Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak
akan meninggalkan mereka lebih 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10
hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel
kecewa dengan kelewatan Musa kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa
membuatkan mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka
berfikir keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi.
Dalam keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka
bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat anak sapi dari emas. Dia memasukkan segumpal tanah, bekas dilalui tapak kaki kuda Jibril
ketika mengetuai Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Patung
itu dijadikan Samiri bersuara.(Menurut cerita, ketika Musa dengan
kudanya mau menyeberangi Laut Merah bersama kaumnya, Jibril ada di depan
terlebih dulu dengan menaiki kuda betina, kemudian diikuti kuda
jantan yang dinaiki Musa dan pengikutnya. Kemudian Samiri menyeru
kepada orang ramai: “Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak ada
lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari
kita sembah anak sapi yang diperbuatkan daripada emas ini. Ia dapat
bersuara dan inilah tuhan kita yang patut disembah.”
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Ia marah dengan tindakan Samiri.
Firman Allah:
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati.
Berkata Musa: wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu
suatu janji yang baik? Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau
kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, kerana itu kamu
melanggar perjanjianmu dengan aku.”
Musa bertanya Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: “Berkata
Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri? Samiri menjawab:
Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil
segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku.”
Kemudian Musa berkata: “Pergilah kamu dan pengikutmu daripadaku,
patung anak sapi itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut,
sesungguhnya engkau akan mendapat siksa.”
3.4.7. Keinginan Bani Israel melihat Tuhan
Umat Nabi Musa bersifat keras kepala, hati mereka tertutup oleh
kekufuran, malah gemar melakukan perkara terlarang, sehingga sanggup
menyatakan keinginan melihat Allah, baru mau beriman. Firman Allah: “Dan
ingatlah ketika kamu berkata: Wahai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu
disambar halilintar, sedangkan kamu menyaksikannya. Selepas itu Kami bangkitkan kamu selepas mati, supaya kamu bersyukur.”
3.4.8. Sifat asli Bani Israil
Allah memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan banyak alasan. Mereka juga membelakangi wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestina. Alasan diberikan karena mereka takut menghadapi suku Kan’an.
Telatah Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu
beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri
saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu.”
Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah mengharamkan mereka memasuki Palestina
selama 40 tahun dan selama itu mereka berkeliaran di atas muka bumi
tanpa tempat tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sehingga semuanya
musnah. Palestina kemudian dihuni oleh generasi baru.
Bani Israel juga menghina rasul mereka, yang dapat dilihat melalui
kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa
berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih
sapi betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan
ejekan...”
3.5. Pertemuan Musa dengan orang saleh
Ditengah-tengah khutbahnya Musa dihadapan Bani Isroil, ada salah
seorang yang bertanya kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada
manusia yang paling pandai saat ini. Musa hanya menjawab dialah orang
yang pandai dimuka bumi ini. Dengan pernyataan Musa inilah Allah Maha
Mendengar siapa yang berkata baik dengan diucapkan maupun tidak. Allah
langsung menegur Musa dengan firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai hamba
yang lebih pandai dari kamu" Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia
sangat terkejut dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu
hambaMu yang lebih pandai dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku
bisa ditemui disuatu tempat yang disebut Majma Al Bahrain". Dari sinilah awal pencarian Musa untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai darinya yang kita kenal dengan Nabi Khidir.
Musa meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan usianya 150 tahun di Bukit Nabu’,
tempat diperintahkan Allah untuk melihat tempat suci yang dijanjikan,
yaitu Palestina, tetapi beliau tidak sempat memasukinya.
3.6. Kisah sepupu Musa
Dalam Al Qur'an surat Al-Qasas: 76-82, disebutkan bahwa ada salah
seorang pengikut yang masih sanak famili Musa yang sangat kaya, bernama
Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau menyedekahkan hartanya
bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Musa tidak dipedulikannya, bahkan ia
serng mengejek dan memfitnah Musa.
Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya,
Musa memanjatkan doa agar Allah menurunkan azabnya pada diri hartawan
itu. Allah lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan
beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat. Selain di
dalam surah Al-Qasas, nama Qarun disebutkan di dalam surah Al-'Ankabut
dan surah Al-Mu’min.
4. Terkait
- Mukjizat Musa
- Kehidupan pribadi Musa
- Taurat
5. Pranala luar
- [Maqam Tomb of Prophet Nabi Doud (David) AleiIslaam in Jerusalem Tomb/Maqam/Shrine/Grave of Nabi Musa Moses Alaihisalam in Palestine]
6. Catatan kaki
- Keluaran 2:10
- Keluaran 6:20
- Keluaran 2:21
- Keluaran 18:2-4
- Keluaran 26:59
- Ulangan 34:10-12
- Keluaran 1:15, 2:2
- Ulangan 34:1-5
- Ulangan 34:7
- http://alkitab.sabda.org/search.php?search=musa
- Keluaran 3:2
- New World Dictionary-Concordance to the New American Bible. World Publishing. 5 Maret 1970. hlm. 461. ISBN 0-529-04540-0.
- http://www.bibleorigins.net/MopsusMoxusExodus.html
- Keluaran 1:8-10
- Keluaran 1:11
- Keluaran 1:12
- Keluaran 1:13-14
- Keluaran 1:15-21
- Keluaran 1:22
- Keluaran 2:1-4
- Keluaran 2:5-6
- Keluaran 2:7-10
- Keluaran 2:11-12
- Keluaran 2:13-15
- Keluaran 2:15-17
- Keluaran 2:18-20
- Keluaran 2:21-22
- Keluaran 18:3
- Keluaran 18:4
- Al-Qur'an: “...dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (An Nisaa' 4:164)
- Yuhanaz Bilzal namanya disebutkan didalam buku Arjuzah Jauharah At-Tauhid, by Ibrahim bin Ibrohim bin Hasan Al-Laqqani, Lajnah Aqidah wal Filsafat Universitas Al-Azhar, Cairo, 2007-2008.
- Tempat-tempat Bersejarah dalam Kehidupan Rasulullah halaman 35
- Ada yang mengatakan bahwa, Fir’aun ini juga bernama Maneftah (1224-1214 SM)
- Menurut sejarawan, hanya mayat Firaun Ramses II ini sajalah yang di paru-parunya terdapat bekas rendaman air laut. Adapun mumi yang lain tidak ditemui hal ini. Ini yang membuat para ahli sejarah Mesir Kuno menyakini jika Ramses II adalah Firaun yang mengejar Musa.
- 8. Fir’aun yang bergelar Thutmosis memerintahkan pembunuhan semua anak laki-Iaki Bani Israel, termasuk yang masih ada di dalam kandungan. Musa diselamatkan Allah dan dipelihara oleh permaisuri Fir’aun sendiri.
7. Referensi
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar