Kerusuhan Banjarmasin terjadi pada tanggal 23 Mei 1997,
Banjarmasin dilanda kerusuhan massal, menyusuli kampanye Golkar pada
hari terakhir putaran kampanye PPP menjelang pemilu 1997. Dilihat dari
skala kerusuhan dan jumlah koreban serta kerugiannya, peristiwa yang
kemudian disebut sebagai Jumat Membara atau Jumat Kelabu
itu termasuk salah satu yang terbesar dalam sejarah Orde Baru. Namun,
akibat ketertutupan pemerintah, tidak ada laporan yang akurasinya bisa
dipercaya penuh mengenai apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan pada
waktu itu. Dibandingkan dengan skalanya, berita-berita pers sangat
terbatas dan tidak sebanding.[1]
Tanggal 23 Mei 1997 kebetulan jatuh pada hari Jumat. Pada hari itu
berlangsung putaran terakhir masa kampanye Pemilu 1997, yang secara
kebetulan merupakan hari kampanye Golkar. Menurut rencana semula,
setengah hari kampanye diawali dengan kampanye simpatik berupa
pendekatan kepada kalangan bawah dengan target operasi buruh, pengojek,
dan tukang becak. Kemudian, setengah hari berikutnya, usai ibadah Jumat,
kampanye akan dilanjutkan dengan panggung hiburan rakyat di lapangan
Kamboja. Pada acara tersebut akan hadir Menteri Sekretaris Kabinet
(Mensekkab) Saadilah Mursjid, Ketua MUI KH Hasan Basri,
dan artis-artis ibu kota. Rencana itu tidak pernah terwujud, karena
yang terjadi kemudian adalah malapetaka berupa kerusuhan massal.[2]
Hingga tengah hari, semua kegiatan di tengah kota Banjarmasin
berjalan normal. Begitu pula di kompleks pertokoan Plaza Mitra, yang
kemudian menjadi pusat kerusuhan. Pengunjung dan pembeli ramai seperti
biasanya, para pegawai kompleks pertokoan berlantai empat itu pun
bekerja sebagaimana hari-hari sebelumnya. Di lantai satu kompleks
pertokoan yang terletak di tepi sungai Martapura ini terdapat
perkantoran, antara lain kantor Bank Bumi Daya (BBD). Lantai 2 digunakan
sebagai tempat penjualan pakaian, sementara di lantai 3 terdapat
supermarket Hero, TB Gramedia, restoran CFC, dan bioskop. Di lantai 4
terdapat diskotik, kedai kopi, dan tempat hiburan, termasuk biliar dan
sejenisnya.
1. Kronologi
Masjid Noor, salah satu tempat yang terkait dengan peristiwa Kerusuhan Banjarmasin 23 Mei 1997. |
Mulai sekitar pukul 9.00, kegiatan kampanye sudah semarak, warna
kuning ada di mana-mana. Golkar membagi-bagikan saputangan bergambar
beringin dan bekal nasi bungkus, masing-masing berjumlah 10 ribu buah.
Sasaran kampanye ini ialah para buruh, tukang becak, tukang ojek. Pada
sekitar pukul 11.00 kampanye membagi-bagi nasi bungkus dan sapu tangan
usai dengan tenang.
Pada sekitar pukul 12.00 atau tengah hari, umat Islam menjalankan ibadah salat Jumat.
Sewaktu ibadah berlangsung, sebagian massa kampanye Golkar, yang
umumnya terdiri dari anak-anak muda dan remaja, masih berkampanye.
Mereka berputar-putar keliling kota dengan menaiki sepeda motor. Banyak
di antara sepeda motor itu knalpotnya dicopoti, dan suara raungan mesin
motor dirasakan sangat mengusik ketenangan mereka yang sedang
bersembahyang. Puncaknya, ketika arak-arakan sepeda motor tersebut
melewati Masjid Noor di Jalan Pangeran Samudera. Masjid ini terletak di
daerah basis PPP. Menurut sumber dari Tim Lembaga Bantuan Hukum
Nusantara (LBHN) cabang Banjarmasin yang melakukan investigasi ke
lapangan, ketika massa yang akan berkampanye itu melintas, jamaah salat
Jum'at yang luber sampai ke jalan itu masih sedang berdoa. Sebenarnya
Polantas sudah berusaha menghadang massa Beringin. Namun Satgas Golkar
bersikeras untuk melewati jalan itu. Alasan mereka, salat Jumatnya
tinggal membaca doa.[3]
Kemarahan jamaah dengan cepat menyebar seusai sembahyang Jumat dan
sampai ke telinga penduduk di berbagai sudut Banjarmasin lainnya.
Usai salat Jumat, terjadilah kerusuhan di depan kantor DPD Golkar
Kalsel. Kabar itu segera tersiar dan massa berdatangan tanpa bisa
dibendung. Mereka akhirnya bentrok dengan Satgas Golkar, yang rata-rata
berasal dari organisasi Pemuda Pancasila dan FKPPI. Karena massa terlalu
banyak, Satgas Golkar terpaksa mencari jalan selamat. Tapi akibatnya,
ada enam mobil peserta kampanye Golkar yang dibakar.
Di depan kantor Banjarmasin Post,
dari arah timur ribuan massa menyerbu dengan membawa senjata aneka
macam. Mereka berlari-lari ke arah lapangan Kamboja, tempat kampanye
Golkar akan dilangsungkan. Di sepanjang jalan, semua bendera, spanduk,
umbul-umbul Golkar diturunkan dan dibakari. Di sana, mereka bergabung
dengan massa penyerbu yang mula-mula muncul di pinggir lapangan.
Panggung kampanye pun diserbu dan dirobohkan. Kaum penyerbu bertarung
dengan dua puluh ribu massal Golkar yang sedang berkumpul di sana. Para
petugas keamanan tidak mampu mengendalikan pertarungan dengan kekerasan
tersebut. Sebuah rumah ibadah (Gereja HKBP) yang terletak di dekat
kantor Banjarmasin Post mulai terbakar. Mobil pemadam kebakaran yang
berusaha mencegah menjalarnya api ke gedung Banjarmasin Post terpaksa
pergi karena petugasnya dikalungi clurit oleh massa. Namun api tidak
jadi melalap kantor Banjarmasin Post.
Sebagian massa menyerbu Hotel Istana Barito. Di sana, mereka
berhadapan dengan ribuan massa Golkar yang berkumpul di depan hotel,
sedang bersiap-siap untuk kampanye sore itu. Dari arah barat, tiba-tiba
muncul ribuan massa lain, sebagian mengenakan kaos hijau dan atribut PPP.
Dengan senjata tajam dan apa saja, mereka menyerbu massa di depan
hotel. Mobil-mobil yang kebetulan ada di sana hancur luluh lantak,
kaca-kaca hotel pecah dilempari batu.
Mulai pukul 15.00, listrik padam, menambah suasana mencekam.
Kerusuhan meningkat. Sebagian besar tamu Hotel Istana Barito masih
berada di dalam kamar mereka dalam kegelapan. Tiba-tiba satpam hotel
menggedori pintu-pintu kamar dan berteriak, kebakaran! Para tamu pun
berhamburan ke luar, menyelamatkan diri masing-masing. Dengan cepat,
kerusuhan menjalar ke mana-mana. Massa terus melakukan pengrusakan,
sambil meneriakkan yel-yel PPP. Beberapa orang mengenakan atribut PDI.
Suasana semakin kalut. Massa merusak dan membakar mobil-mobil pribadi
yang ditemui di jalan raya mana saja dan menjarah isinya. Sebuha mobil
meledak, setelah dibakar di jalanan. Di depan Plaza Mitra, beberapa
mobil segera bergelimpangan, sebagian terbakar. Seorang wanita naik
sepeda motor dengan hanya mengenakan BH di bagian atas, karena kaos
Golkarnya dirampas massa. Di jalanan, batu-batu berserakan, pecahan kaca
bertebaran di mana-mana.
Di jalanan, fasilitas umum dihancurkan. Massa juga merusak dan
melempari ruko-ruko yang berderet di sepanjang Jalan HM Hasanuddin
sampai Jalan A.Yani, di kawasan Sudimampir, Jalan MT Haryono, dan Jalan
Pangeran Samudera.
Di dalam kompleks Plaza Mitra, dengan persetujuan dari manajemen di Jakarta, pimpinan TB Gramedia
memutuskan untuk menutup toko dan karyawan diminta segera meninggalkan
lokasi kerja. Semua pulang, dengan catatan tidak memakai atribut PPP
mana pun. Di depan Plaza Mitra, petugas mulai menutup jalanan dan
membuat pagar betis untuk melindungi kompleks pertokoan itu. Tetapi,
ribuan massa tidak terbendung. Mereka merangsek ke depan, memecah pagar
betis petugas, memcahkan kaca-kacaetalase, masuk ke dalam gedung, dan
menjarah apa saja yang bisa diambil. Gas air mata yang disemprotkan
petugas tidak mampu menahan mereka.
Hingga saat itu, Plaza Mitra baru dirusak, tetapi belum terbakar.
Kemudian, sebuah sedan putih didorong dan ditabrakkan ke kaca etalase
Toys Kids di lantai dasar, sebelum akhirnya mobil itu dibakar. Api
segera menyebar ke seluruh gedung. Setelah Plaza Mitra terbakar,
gedung-gedung lain segera menyusul. Malam itu, seluruh empat lantai
gedung Plaza Mitra musnah terbakar. Sementara itu, kerusuhan tidak hanya
menjangkau kawasan petokoan. Wilayah pemukiman penduduk pun mulai
terkena. Kampung Kertak Baru Ulu, khususnya RT 10 yang dihuni 30 KK
mulai dilalap api sejak pukul 16.35 waktu setempat. Kawasan pemukiman
ini berlokasi di belakang Jalan Pangeran Samudera. Api mula-mula berasal
dari kelenteng (rumah ibadah) Cina, yang segera menjalar ke rumah-rumah
yang terletak di belakangnya. Api bahkan menjaalr ke asrama POM ABRI
yang hanya terpisah oleh sungai selebar 3 meter dari Kertak Baru Ulu.
Sementara di tempat lain yakni di Jalan Veteran dan Jalan Lambung
Mangkurat, pada waktu yang sama, sebanyak enam gereja dan satu tempat
ibadat Konghucu (Klenteng) ikut dihancurkan. Rumah-rumah WNI keturunan
Cina juga ikut dilempari batu. Bahkan ada keluarga yang akan
menyelamatkan diri, setelah mobil penjemput datang, mobil tersebut
dihancurkan kacanya. Terpaksa pemiliknya lari menjauh dari situ.
Juga ikut "digasak" massa adalah rumah bos klub sepakbola Barito
Putra yang juga calon legislatif dari Golkar. Rumah itu disatroni massa
dan dirusak. Kompleks Pamen ABRI pun ikut rusak -- barangkali karena
penghuninya banyak yang menjadi calon legislatif Golkar.[3]
Sekitar pukul 17.00 Wita, massa bergerak kembali ke arah DPD I
Golkar. Tapi tidak langsung ke sana. Mereka mampir kembali di Jujung
Buih Plaza. Genset Jujung Buih Plaza dibakar dan gedung 8 lantai
tersebut akhirnya terbakar. Di sebuah hotel di gedung itu, Hotel
Kalimantan, banyak artis yang mengikuti kampanye menginap, termasuk
jurkamnya. Di hotel tersebut juga menginap Ketua Umum MUI Pusat KH Hasan
Basri yang ikut rombongan kampanye. Disitu juga ada Gubernur Kalimantan
Selatan dan Muspida. Tapi akhirnya mereka dapat diselamatkan. Namun
tidak diketahui apakah di sana juga jatuh korban. Yang jelas, saat
dilakukan penyelamatan banyak yang jatuh pingsan. Gubernur Kalsel Gusti
Hasan Aman sendiri merasa sangat kaget dan seolah tidak percaya melihat
ulah massa yang begitu brutal.[3]
Karena massa terus mengamuk, pemadaman pun tidak berlanjut. Yang
menyiram air kemudian lari dari kepungan massa. Banyak tabung gas
meledak. Setelah disiram air, kemudian ditinggal lari menghindari amukan
massa. Sejumlah sepeda motor tidak dapat diselamatkan dan ikut dilalap
si jago merah.[3]
Mulai sekitar pukul 18.00, bagian belakang gedung Anjung Surung mulai
mengepulkan asap. Api membakar habis apotik Kasio yang terletak di
belakang gedung ini. Barisan Pemadam Kebakaran tidak berdaya, karena
mass amencegah dan mengancam mereka supaya tidak memadamkan api.
Namun secara ajaib, ketika seluruh api menelan gedung-gedung di
sekitarnya, gedung Anjung Surung selamat. Petugas UGD RS Islam
menyebutkan, hingga pukul 17.30 rumah sakit tersebut merawat 12 orang
korban. Delapan di antaranya menderita luka bacok, empat sisanta akibat
kecelakaan lalu lintas. Sementara RS Ulin menyeburkan, sedikitnya mereka
merawat 20 orang pasien, termasuk Didik Triomarsidi, juru foto
Banjarmasin Post. Didik dianiaya massa ketika meliput penghancuran
gedung markas DPD Golkar.
Saat itu, orang-orang dari berbagai kampungpun mulai gelisah dan
mulai melakukan pengamanan masing-masing. Mereka semua keluar rumah,
menjaga setiap gang dan jalan-jalan masuk. Lengkap dengan senjata tajam,
berupa mandau, samurai, dan clurit. Penjagaan dilakukan semalam suntuk,
karena mereka mendengar isyu yang mengatakan bahwa Golkar akan
mengadakan serangan balasan.[3]
Pukul 20.30 Wita, massa beramai-ramai ke arah Supermarket Mitra, yang
merupakan pusat pertokoan terbesar di Banjarmasin. Letaknya di Jalan
Sumatra. Di gedung berlantai empat ini banyak terdapat toko-toko
elektronik, komputer, diskotik, ruang pertemuan, show-room mobil mewah,
toko buku Gramedia, KFC, Bioskop 21, dan sarana hiburan anak-anak. Massa
berhasil masuk dengan menorobos blokade keamanan. Isi gedung dijarah
dan dibawa lari. Gedung itu sendiri telah terbakar sekitar pukul 20.00
Wita, dan api menyala sampai pukul 09.00 keesokan harinya.[3]
Massa terus mengamuk dan mengobrak-abrik isi gedung. Pada saat itu
tersiar khabar bahwa pasukan keamanan diperbolehkan untuk menangkap dan
menembak di tempat. Tapi pasukan keamanan tidak melakukan apa-apa.
Akhirnya, massa yang lengkap dengan berbagai senjata tajam itu terus
mengamuk. Pukul 22.00 Wita, 1000 orang pasukan bantuan datang dengan
tiga pesawat hercules. Menurut laporan LBHN Banjarmasin itu, tidak
diketahui dari mana mereka didatangkan. Pasukan kemudian bergerak
mendekati Gedung Mitra Plaza. Mereka menghalau massa yang masih ada di
gedung itu. Senjata menyalak. Namun pihak LBHN Banjarmasin tidak
memperoleh informasi berapa korban yang jatuh di sana.[3]
Pada malam harinya, jumlah gerombolan massa menyusut. Listrik masih
padam dan seluruh kota dalam keadaan tetap gelap gulita, hanya diterangi
kobaran api di mana-mana. Beberapa tempat diblokade petugas keamanan,
namun gerombolan massa masih berkerumun di beberapa tempat. Mereka
memasuki kawasan pemukiman, menyerang dengan clurit, klewang, Mandau,
samurai, dan berbagai senjata lain. Beberapa rumah, kantor dan warung
yang berdekatan dengan Banjarmasin Post masih menyala terbakar.
Benar-benar mirip lautan api. Laporan awal menyebut, secara keseluruhan
ratusan rumah dan toko hancur, sebuah gereja Katolik, sebuah bank, dan
sebuah hotel ikut hancur. Sekitar 80 orang diberitakan luka-luka dan 50
orang ditahan.
Kemudian, sekitar pukul 23.00 Wita, massa menuju ke arah luar kota.
Sasarannya adalah rumah-rumah calon legislatif Golkar. Karena terbetik
khabar massa membawa formulir berisi Daftar Calon Tetap (DCT) Golkar.
Ada empat rumah yang dibakar walau belum jelas apakah itu rumah caleg
Golkar atau bukan. Juga menjadi sasaran adalah toko-toko Cina
sepanjangan jalan, ikut dihancurkan dengan lemparan batu. Hampir semua
toko di sepanjang Jalan A. Yani rusak berat dan api membumbung tinggi.
Saat itu pasukan pun tidak lagi diam. Mereka mulai mengejar-ngejar
massa.[3]
Yang sangat tragis, sekitar pukul 24.00 Wita, seorang warga yang
keluar rumah untuk melihat keadaan kelihatan tergeletak tertembak
peluru. Meski begitu, masih menurut laporan Tim LBHN Banjarmasin,
suasana di jalan-jalan masih ramai. Banyak orang yang sudah terlanjur
keluar sulit pulang lagi ke rumahnya masing-masing. Karena jalan-jalan
sudah diblokir oleh orang-orang kampung. Yang bukan warganya tidak
diperbolehkan masuk dan melewati jalan tersebut.[3]
Namun sekitar pukul 01.00 Wita dini hari (Sabtu, 24 Mei), massa
bergerak ke luar kota. Karena semua jalan sudah diblokir oleh pihak
keamanan. Suasana semakin tegang. Khususnya di pusat kota, semua listrik
padam dan baru menyala pukul 09.30 pagi.[3]
Kemudian pasukan keamanan, sekitar pukul 03.00 Wita, mengobrak-abrik Kampung Kelayan.
Kampung ini merupakan kampung terpadat dan dikenal banyak preman. Ada
195 orang yang diamankan di kantor Polresta. Kondisi mereka babak belur
dan hampir semua menjadi sulit untuk dikenali wajahnya. Sekitar pukul
04.00 Wita, masyarakat perumahan Beruntung Jaya yang semalam suntuk
berjaga terus karena ada isyu akan diserang, bertahan masuk ke rumah,
saat ada suara pasukan datang. Tak jelas berapa orang ditahan dari sana.
Pukul 06.00 Wita, aparat keamanan, lebih kurang 5 truk, datang ke
kampung Teluk Tiram.
Di kampung itu, mereka memburu massa yang diperkirakan ada di kampung
tersebut. Mereka dengan senjata lengkap di tangan berjaga-jaga terus di
jalan-jalan utama. Setiap orang lewat yang kelihatan mencurigakan
digeledah. Bahkan, yang terlihat menggunakan pakaian agak kumuh langsung
dihentikan.
HIngga keesokan harinya, sabtu pagi, api masih menyala di kompleks
Plaza Mitra. Seluruh lantai gedung tersebut masih belum bisa dimasuki.
Tetapi bau sangit dan busuk menyengat hingga ke luar ruangan. Regu
penyelamat belum bisa bertindak apa-apa karena gedung masih diselimuti
api dan asap. Evakuasi baru bisa dilakukan sore hari ketika sebagian api
sudah padama. Kapolda Kalsel memberikan laporan kepada Kapolri mengenai
kemungkinan terdapatnya sejumlah mayat yang terbakar hangus di dalam
kompleks pertokoan. Para pejabat daru Jakarta yang sedianya berkampanye,
diterbangkan kembali dari Banjarmasin. Mereka termasuk Mensekkab
Saadilah Mursyid dan KH Hasan Basri. Pangdan Tanjungpura Mayjen Namoeri
Anoem mengumumkan berlakunya jalan malam di Banjarmasin, mulai pukul 8
malam hingga 5 pagi, selama lima hari massa cooling off kampanye, 24-29
Mei 1997.
2. Kerugian
Dari kerugian material, ratusan rumah, toko, gedung, dan bangunan
lain, hancur luluh lantak. Yang hancur lebur termasuk gedung PLN Cabang
Banjarmasin, Kantor Kanwil Depsos Kalsel, Kantor PDAM Banjarmasin,
Kantor Pegadaian Banjarmasin, BDN, BRI, Bank Lippo, Bank Danamon, Bank
Utama, BDNI, enam restoran, dua bioskop, tiga hotel (Hotel Kalimantan,
Hotel Banjarmasin, Hotel Barito Palace). Selain Plaza Mitra, pusat-pusat
pertokoan lain yang dihancurkan serta dijarah ialah Plaza Junjung Buih,
Siolatama, Toserba Barata, Plaza Arjuna, Edwin Haouse, Toserba Lima
Cahaya, dan pusat perbelanjaan Sudimampir.[4][5][6][7] Untuk data selanjutnya, lihat grafis.
Material | Kondisi |
---|---|
Gereja Pantekosta di Jl.Veteran | rusak |
Gereja Kuning di Jl.Veteran | hancur |
Gereja Eben Etser di Jl. S. Parman | hancur |
Gereja GKKA di Jl. Veteran | hancur |
Gereja HKBP di Jalan P. Samudera | ludes terbakar |
Tempekong di Jl. Veteran | hancur |
Gedung Junjung Buih Plaza; Hotel Kalimantan, Pertokoan, Bank Lippo | dirusak dan dibakar |
Departemen Store Lima Cahaya | dibakar habis |
Swalayan Sari Kaya | dibakar habis |
Banjarmasin Teater | dibakar habis |
Swalayan Siaolatama | hancur |
Mitra Plaza | dibakar habis |
Apotik Casio | hancur |
Arjuna Plaza | hancur |
Kantor DPD I Golkar Kalsel | dibakar |
Kantor Depdikbud di Jl. S. Parman | dirusak |
Kantor Depkes | dirusak |
Restoran Fajar | hancur |
Gedung PLN | terbakar |
Perusahaan Daerah Air Minum | terbakar |
Kantor Pegadaian | terbakar |
Bank Dagang Negara, BRI, Bank Danamon, Bank Utama | terbakar |
Rumah Bos Barito Putra Galatama | rusak |
Rumah-rumah Cina | rusak |
Rumah penduduk belakang Gereja HKBP | dibakar habis |
Rumah penduduk di sepanjang jalan Bumi Mas | rusak |
Rumah seorang pendeta | digeledah dan dirusak |
Sebuah panti Jompo | dibakar |
SMA Katolik | rusak berantakan |
SD,SLTP, SMU di Jl.S Parman | terbakar |
Lebih kurang enam mobil di depan kantor DPD I Golkar | hangus terbakar |
Dua mobil kijang | dibakar |
Satu Ambulan | rusak |
Satu mobil Toyota Hard Top | rusak |
Dua sepeda motor | rusak |
Selain itu, ratusan penduduk tewas dan luka parah, belum termasuk yang lika-luka ringan. Jumlah korban jiwa 142 orang.[8]
Jumlah angka korban ini bervariasi dan tidak sama. Pengumuman pertama
mengenai jumlah tumpukan korban itu, dalam laporan Letkol (Pol) Friedy
Tjiptoadi, Kapolres Banjarmasin, kepada Kol. (Pol) Sanimbar Kapolda
Kalimantan Selatan, menyebut angka 60 orang. Sehari kemudian, angka itu
menjadi 133 orang. Pangdam Mayjen Namoeri Anoem menyatakan, 187 orang
ditahan sehubungan dengan kerusuhaan Jumat Membara. Polisi mengumumkan,
118 orang dibawa ke rumah sakit, banyak di antaranya dalam kondisi luka
parah. Brigjen (Pol) Nurfaizi, Kadispen Polri, menyatakan, data terakhir
menunjukkah 142 orang tewas, dengan rincian 140 tewas terbakar di Plaza
Mitra, dan dua orang tewas di pusat perbelanjaan Lima Cahaya. Masih
dalam pengumuman resmi ini, 118 orang luka-luka, ditambah 5 anggota
ABRI. Tim Pencari Fakta YLBHI mencatat 123 korban tewas, 118 luka-luka,
dan 179 orang hilang. Menurut Komnas HAM, laporan mengenai angka yang
hilang sebanyak 199 orang, tetapi kemudian dua orang sudah kembali,
sehingga jumlah orang hilang sebanyak 197. Jika angka orang hilang ini
dianggap sebagai tewas (yang sangat besar kemungkinannya), maka
perkiraan korban tewas antara 302 hingga 320 orang. Korban tewas di
Plaza Mitra dikunjungi tim pencari fakta Komnas HAM pada 31 Mei 1997.
Dua jam kemudian, 120 di antaranya dikuburkan secara massal dengan tata
cara Islam di kompleks pemakaman Landasan Ulin Tengah, kecamatan
Landasan Ulin, Kota Administratif (sekarang kota otonom) Banjarbaru,
yang terletak 22 kilometer sebelah tenggara Banjarmasin. Tiga korban
lain sudah diambil keluarga mereka dan dikuburkan tersendiri. Komnas HAM
melaporkan, tidak ada bukti telah digunakannya peluru tajam yang
menyebabkan tewasnya korban kerusuhan. Dalam laporannya, Komnas HAM juga
menyatakan, dalam memadamkan kerusuhan, aparat keamanan tidak
menggunakan alat-alat yang mematikan, tetapi menggunakan letusan
peringatan, granat asap dan gas air mata.
3. Referensi
- Harris, Syamsudin (1999). Kecurangan dan Perlawanan Rakyat dalam Pemilihan Umum 1997. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 979-461-313-4
- Sulistyo, Hermawan (1999). Anarki Enam Jam: Rekonstruksi Kerusuhan Jumat Membara di Banjarmasin. Hal.185
- Tempo - Siapa Tewas di Banjarmasin, Benarkah Semua Perusuh?
- (Inggris) The Nations:Violent was the breeze before the storm, June 2, 1997 page A-8 diakses 5 April 2011
- (Inggris) The New York Times:In Indonesia, A Deadly End To a Campaign, by Seth Midans, May 26, 1997 edition diakses 5 April 2011
- (Inggris) UNHCR:Chronology for Chinese in Indonesia, published 2004 diakses 5 April 2011
- (Inggris) The Independent:As Indonesia holds an election, a small town in Borneo burns, by Richard Lloyd Parry, 25 May 1997 edition diakses 5 April 2011
- Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan (Indonesia), Ngrumat Bondo Utomo, PT. (2003). Muhamad Hisyam. ed. Krisis masa kini dan Orde Baru. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 225. ISBN 9794614602.ISBN 9789794614600
4. Pranala luar
- Anarki Enam Jam: Rekonstruksi Kerusuhan Jumat Membara di Banjarmasin Diakses 5 April 2011.
- 120 Jenazah korban kerusuhan Banjarmasin dimakamkan dalam satu liang Diakses 5 April 2011.
- Anis Marsela : "Saya Sempat Mimpi Aneh Di Banjarmasin"
- Kubur Dalam-dalam Kerusuhan Jumat Kelabu
- Wawancara Asmara Nababan : "Tak Semua Korban Itu Perusuh"
- Menguak misteri kekuasaan Soeharto Oleh F. X. Baskara Tulus Wardaya
- Analisis Sosial Kerusuhan Jum'at Kelabu (Banjarmasin, 23 Mei 1997)
- Tragedi Memilukan Tak Dirayakan Lagi
- Mengenang Tragedi Jumat Kelabu 23 Mei 1997 Di Banjarmasin
- Silahkan Bakar Gereja, Anda Mungkin Masuk Surga
- Siapa Tewas di Banjarmasin, Benarkah Semua Perusuh?
- Tafsir Sosial Rusuh 23 Mei 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar