Luth (Arab: لُوطٌ, Ibrani: לוֹט, Injil: Lot) (sekitar 1950-1870 SM) adalah salah satu nabi yang diutus untuk negeri Sadum dan Gomorrah.[1] Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada Kaum yang tinggal di negeri Sadum, Syam, Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali dalam Al-Quran. Ia menikah dengan seorang gadis yang bernama Ado kemudian memiliki 2 anak perempuan. Ia meninggal di Desa Shafrah di Syam, Palestina.
1. Genealogi
Nabi Luth adalah anak keponakan dari Nabi Ibrahim.
Ayahnya yang bernama Haran (Abara'an) bin Tareh adalah saudara kandung
dari Ibrahim, ayahnya kembar dengan pamannya yang bernama Nahor.
Silsilah lengkapnya adalah Luth bin Haran bin Azara bin Nahur bin Suruj
bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
2. Biografi
Nabi Luth beriman kepada saudara bapaknya {pamannya}, yaitu Nabi
Ibrahim, yang mendampinginya dalam semua perjalanan. Ketika mereka
berada di Mesir
mereka mempunyai usaha bersama dalam bidang peternakan yang sangat
berhasil. Binatang ternaknya berkembang biak dengan pesat sehingga dalam
waktu yang singkat jumlah binatang yang sudah berlipat ganda itu tidak
dapat ditampung dalam tempat tersebut. Akhirnya usaha bersama
Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan
mereka dibagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Luth pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum (Sodom).
2.1. Nabi Luth diutus Allah
Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah moralnya dan rusak akhlaknya.
Masyarakat Sadum tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan
yang beradab. Maksiat dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup
mereka. Pencurian dan perampasan harta
merupakan kejadian sehari-hari di mana yang kuat menjadi penguasa
sedangkan yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan
sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseksual
atau liwath di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.
Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat
sehingga hal tersebut merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Musafir yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka.
Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah
barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkan hartanya maka
nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang
lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi
rebutan di antara kalangan laki-laki dari mereka dan akan menjadi korban
perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang
perempuan muda maka ia akan menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat
yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian penyakit
sosialnya diutuslah Nabi Luth sebagai Rasul-Nya untuk mengangkat mereka
dari lembah kenistaan ,kebodohan dan kesesatan serta membawa mereka ke
dalam kebudayaan yang bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak
mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan, menghindari bujukan iblis dan setan.
Ia memberi peringatan kepada mereka bahwa Allah-lah yang telah
menciptakan mereka dan alam sekitar mereka. Allah tidak meridhai amal
perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi
ganjaran setimpal dengan amal perbuatan mereka. Yang berbuat baik dan
beramal saleh akan diberi pahala dan surga di akhirat sedang yang
melakukan perbuatan mungkar akan diberi balasan dengan memasukkannya ke
dalam neraka Jahanam.
Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan keji mereka yaitu melakukan perbuatan homoseksual dan lesbian. Luth menyatakan perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam penciptaan manusia
yang diciptakan menjadi dua jenis yaitu lelaki dan wanita. Juga kepada
mereka di beri nasihat supaya menghormati hak milik masing-masing dengan
meninggalkan perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang
selalu mereka lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada
musafir yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu
akan merugikan mereka sendiri, kerana perbuatan itu akan menimbulkan
kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari
mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.
Demikianlah Nabi Luth, melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas
risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam
tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau perorangan
mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah dan menyembah-Nya.
Diajaknya kaumnya untuk melakukan amal saleh dan meninggalkan perbuatan
maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak
telah mendarah daging di dalam pergaulan sosial mereka dan pengaruh hawa
nafsu serta bujukan setan
sudah begitu kuat dan menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan
ajakan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak
mendapat tempat di dalam hati dan pikiran mereka dan berlalu begitu
saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Telinga-telinga mereka
sudah menjadi tuli terhadap ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan
pikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran-ajaran setan dan
iblis.
Kaum Luth merasa kesal mendengar dakwah
dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putusnya itu dan minta
agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusiran dirinya
dari Sadum bersama keluarga dan pengikutnya. Dari Nabi Luth pun sudah
tidak ada harapan lagi kalau masyarakat Sadum dapat terangkat dari
lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah
kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan pikiran itu hanya sia-sia
belaka. Satu-satunya cara, menurut pikiran Nabi Luth untuk mencegah
penyakit akhlak yang sudah parah itu agar tidak menular kepada negeri
tetangganya, ialah dengan melenyapkan mereka dari atas bumi sebagai
balasan terhadap kecongkakan mereka, juga agar menjadi pelajaran
umat-umat sesudahnya. Beliau memohon kepada Allah agar masyarakat Sadum
diberi pelajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka
di akhirat kelak.
2.2. Kisah Tamu Misterius
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat
yang menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang
bertemu Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq,
dan memberitahukan kepada mereka bahwa mereka adalah utusan Allah
dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth, penduduk kota Sadum.
Dalam pertemuan tersebut Nabi Ibrahim memohon agar penurunan azab kepada
kaum Sodom ditunda, kalau-kalau mereka kembali sadar, kemudian
mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertobat dari segala
maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim
mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan
diturunkan kepada kaum Sodom, permintaan itu oleh para malaikat tersebut
diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena
azab.
Para malaikat
tersebut sampai di Sodom dengan menyamar sebagai lelaki muda yang
berparas tampan dan badan yang berotot, serta tegap tubuhnya. Dalam
perjalanan, ketika mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan
seorang gadis yang cantik yang sedang mengambil air dari sebuah perigi.
Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka
diterima di rumah sebagai tamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan
sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka
ditinggalkanlah para lelaki muda itu lalu pulang ke rumah cepat-cepat
untuk memberitahu ayahnya (Luth).
Mendengar kabar berita anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung,
jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin
bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu yang
berparas tampan akan mengundang risiko yaitu gangguan kepadanya dan
kepada tamu dari kaumnya yang tergila-gila untuk melakukan hubungan seks
sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras wajah
elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah
harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa
bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan
haus maksiat itu.
Nabi Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tamu di rumahnya. Luth hanya pasrah kepada Allah
dan berlindung sekiranya terdapat segala rintangan yang datang. Lalu
pergilah Luth menjemput tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan
diajaklah mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu, kota Sodom sudah
dalam keadaan malam hari dan penduduknya sudah nyenyak tidur di rumah
masing-masing.
Nabi Luth telah pun berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar
merahasiakan kedatangan anak-anak lelaki muda itu. Jangan sampai
terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Namun, isteri Nabi Luth
membocorkan berita kedatangan tamu Luth kepada mereka. Berita kedatangan
tamu Luth tersebar kerana isteri Nabi Luth. Datanglah beramai-ramai
lelak-lelaki Sodom, yang buta seks ini, ke rumah Nabi Luth, berkeinginan
untuk memuaskan nafsu seksual mereka, setelah lama tidak mendapat anak
muda. Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk melepaskan anak-anak muda
itu, agar diberikan kepada mereka untuk memuaskan nafsu.
Dengar teriakan mereka, Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan
berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan
mengganggu tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan
dimuliakan. Mereka diberi nasihat agar meninggalkan perbuatan mereka
yang keji itu. Perbuatan mereka yang bertentangan dengan fitrah manusia
dan kodrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan
antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan keturunan umat
manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. Nabi Luth berseru
agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan
perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan siksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan
dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan membuka pintu rumahnya dengan
paksa jika pintu tidak dibuka dengan sukarela. Merasa dirinya sudah
tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang lelaki kaumnya itu yang
akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara
terus terang kepada para tamunya: "Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi
menahan orang-orang itu jika menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara
yang disegani oleh mereka yang dapat aku mintai pertolongannya. Aku
merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat
menghindarkan gangguan terhadap tamu di rumahku sendiri." Mendengar
keluh kesah Nabi Luth, lantas pemuda-pemuda itu memberitahu hal yang
sebenarnya, bahwa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai
manusia yang diutus oleh Allah untuk menurunkan azab dan siksa atas
rakyatnya karena segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Malaikat-malaikat itu menyuruh Nabi Luth membuka pintu rumahnya
seluas mungkin agar dapat memberi kesempatan bagi orang-orang yang haus
seks dengan lelaki itu masuk. Mereka pun menyerbu masuk. Namun malangnya
ketika pintu dibuka dan para penyerbu menginjakkan kaki mereka untuk
masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat
sesuatu pun. Malaikat-malaikat tadi telah membutakan mata mereka. Lalu,
diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka, ternyata mereka sudah menjadi
buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau
balau berbenturan satu dengan yang lain berteriak-teriak, bertanya-tanya
apa gerangan yang menjadikan mereka buta mendadak. Para malaikat
tersebut berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan
tersebut bersama keluarga dan pengikutnya, karena telah tiba waktunya
azab Allah ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan
keluarganya agar dalam perjalanan ke luar kota jangan ada seorang pun
dari mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya selepas tengah malam, bersama
keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat
menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sesuai dengan
petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi si isteri yang
menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tega meninggalkan
kaumnya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth berjalan
perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-hentinya
menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas
kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang
telah didengarnya sendiri. Dan begitu Nabi Luth beserta kedua puterinya
melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi
dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri
Nabi Luth yang munafik
itu. Getaran tersebut kemudian diikuti gempa bumi yang dahsyat disertai
angin yang kencang dan hujan batu yang menghancurkan kota Sadum
berserta semua penghuninya. Bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh
Allah SWT di kota Sodom, dan hancurlah kota tersebut. Namun, masih
ditinggalkan sisa-sisa kehancuran kota tersebut oleh Allah SWT, sebagai
peringatan kaum yang kemudian yang melalui bekas kota Sadum tersebut.
Demikianlah kebesaran dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi
pelajaran bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.
2.3. Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Luth yang berusaha menasihati kaumnya sebagaimana dalam Surat Asy-Syuaraa (26:160-173) berikut ini.
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka,
Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya
aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan
semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia,
dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu,
bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas." Mereka menjawab:
"Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu
termasuk orang-orang yang diusir." Luth berkata: "Sesungguhnya aku
sangat benci kepada perbuatanmu." (Luth berdoa): "Ya Tuhanku
selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang
mereka kerjakan." Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua,
kecuali seorang perempuan tua (isterinya), yang termasuk dalam golongan
yang tinggal. Kemudian kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka
dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang
yang telah diberi peringatan itu."
Kaum Luth membenci dan mengancam akan mengusir Nabi Luth karena
mengajak sebagian dari mereka untuk meninggalkan perbuatan mereka yang
tercela dan mengajak mereka beriman kepada Allah. Maka azab kehancuran dari Allah turun menimpa mereka, kisahnya seperti yang tercantum dalam Surah Al-A’raaf (7:80-84) berikut ini.
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di
dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini
adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya
mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu
ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan
diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya (yang
beriman) kecuali istrinya (istri Nabi Luth); dia termasuk orang-orang
yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan
(batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa
itu."
3. Referensi
- History of Islam by Professor Masudul Hasan
4. Pranala luar
- (Indonesia) Kisah Nabi Luth di Dzikir.org
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar