Shaleh (Bahasa Arab صالح, Al Kitab: Shelah) (sekitar 2150-2080 SM) adalah salah seorang nabi dan rasul dalam agama Islam yang diutus kepada Kaum Tsamūd. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Dia telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang dikeluarkan dari celah batu dengan izin Allah
yakni bagi menunjukkan kebesaran Allah kepada kaum Tsamud. Malangnya
kaum Tsamud masih mengingkari ajaran Shaleh, mereka membunuh unta betina
tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang amat dahsyat yaitu dengan satu tempikan dari Malaikat Jibril yang menyebabkan tubuh mereka hancur berai.
1. Etimologi
Nama Shaleh kemungkinan besar berasal dari sejarah Petra Se'lah yang berarti "batu" dalam bahasa Ibrani, yang lain meyakini bahwa namanya berasal dari bahasa Arab "صالح" (Sali'h) yang berarti "orang baik".
2. Genealogi
Salleh bin Ubaid bin 'Ashif bin Masih bin 'Abid bin Hazir bin Samud bin Amir bin Irim bin Syam bin Nuh. Saleh merupakan anak tertua dan memiliki dua orang adik yang bernama Aanar dan Ashkol.
3. Kisah Shaleh
Tsamud adalah suku yang merupakan bagian dari bangsa Arab oleh ahli sejarah dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam kaum Yahudi. Kaum ini tinggal di dataran bernama "Al Hijr" terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai oleh suku Aad yang telah binasa karena dilanda angin topan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Hud.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu
dimiliki dan dinikmati oleh suku Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang
perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah,
bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang rata dan
dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram,
sejahtera, dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alam dan
mengaku bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak
keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala
yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berkorban, tempat mereka
meminta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan
kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan
lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan pancaindera.
3.1. Dakwah kepada kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan
hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya
pesuruh di sisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar
dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak
akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mereka
diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang
yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku
pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh
seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga
yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik,
pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatutnya mereka
sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka,
menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur yang
menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta
binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan
dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan
kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka
sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu
gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi
mereka dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada
mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah.
Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan
dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi
mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal
yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia
menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan
apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah
yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa
hidup dan sesudah mereka mati di akhirat kelak. Dia berharap yang
kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan bersungguh-sungguh apa yang dia
serukan dan anjurkan agar mereka segera meninggalkan penyembahan kepada
patung berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya
bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik
yang selama ini telah mereka lakukan. Allah maha dekat kepada mereka
dengan mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada yang
bersalah apabila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi
mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari
saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaknya ajakan Nabi
Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu
seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat
serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat
tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan
dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang
rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi
kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi
krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan
kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu
dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup
kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar
kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan
dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup
kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya kerana seruanmu
dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai
cakap-cakap kosongmu bahkan meragui kenabianmu. Kami tidak akan
mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan
mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar
mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka
rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada
mereka kisah kaum-kaum yang mendapat seksaan dan azab dari Allah kerana
menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu
dapat terjadi ke atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya
dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur
sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak
mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia
hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah
yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan
dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari
orang-orang yang berkedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh
dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya
mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras
kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari
kenabiannya dan berkata kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahawa engkau
telah dirasuk syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting
dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau
sehingga engkau tidak sedar yang engkau telah mengeluarkan kata-kata
yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya.
Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi
dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau
dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih
patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau.
Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar
kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.
Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan mengaku bahwa
engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu
itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca
penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti
jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua
kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu
bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai balasan
atas usahaku memberi penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah
atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku
lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku
harapkan balasan dan ganjaran untuk itu dan bagaimana aku dapat
mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal
aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.
Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah
Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk
melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang
akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian?
Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan
seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan
dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutnya dan
berpihak kepadanya, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak
membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian
terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka
menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan
suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang
berada di luar kekuasaan manusia.
3.2. Allah memberi mukjizat kepada Saleh
Nabi Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti
daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan
pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama
para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka.
Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka
apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa
mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikuti
Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud
berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat
untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan
perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia
memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina
dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi
sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha
Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari
perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu
besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: " Inilah dia unta Allah,
janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di
atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan
kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi
ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya
apabila kamu mengganggu binatang ini." Kemudian berkeliaranlah unta di
ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan dan
ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang
diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari
giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain
berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa
adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan
laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka
tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan
kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya
telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan
banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka
pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan
adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun
mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
3.3. Unta Nabi Saleh dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk
mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh dan selagi orang masih
dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh apabila
untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk
melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba
seorang janda bangsawan yang kaya raya yang akan menyerah dirinya kepada
siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang
wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan
menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang
berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping
hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda'
bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan
pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan
pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi
Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat dimana
biasanya dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia
minum dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah
betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan
pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke
ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat
sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin
seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan
yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh:" Wahai Saleh!
Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau
katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau
betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan
terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang
Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah
menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji
Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan bersenang-senang
selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada
hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat
ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya,
Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan,
kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta
beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi
bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat
datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
3.4. Turunnya azab Allah yang dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di
atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama
bila mereka terbangun dari tidur, wajah mereka menjadi kuning dan akan
berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan
pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum
kelompok sembilan orang yaitu kelompok pembunuh unta merancang
melakukan pembunuhan ke atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab
yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah
bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di
saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah
oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai
pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui
dan didengar oleh siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan
jahatnya di malam yang gelap-gelita dan sunyi-senyap jatuhlah di atas
kepala mereka batu-batu besar yang datang dari langit
dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak
bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari
perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu,
dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin
pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
4. Kisah Nabi Saleh dalam al-Quran
Kisah Nabi Saleh telah diceritakan dengan 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79, surah Hud'" ayat 61 hingga ayat 68 dan surah Al-Qamar'" ayat 23 hingga ayat 32.
5. Pengajaran dari kisah Nabi Saleh a.s.
Pengajaran yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini
ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok
kecil warga masyarakat yang negatif dapat membinasakan masyarakat itu
seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur, bahkan tersapu
bersih di atas bumi kerana dosa dan pelanggaran perintah Allah yang
dilakukan oleh beberapa orang pembunuh unta Nabi Saleh. Di sinilah
letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf, nahi
mungkar. Ini kerana dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang
menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil
mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan perlindungan
kita, kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui
perbuatan mungkar itu.
Bersikap acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku
di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan
terhadap perbuatan mungkar itu.
6. Kesamaan dengan kisah Injil
Ketidak jelasan dalam hipotesa periode waktu dan kesamaan dari nama,
telah membuat orang memiliki opini bahwa Shaleh adalah seorang nabi yang
bernama Shelah dalam Injil; Sedangkan kontroversinya adalah sejak tidak
adanya kesamaan kisah di antara kisah Shaleh di Al Qur'an dan kisah
Shelah di Injil.
Banyak cendikiawan muslim menyamakan kisah kaum Tsamud dengan sejarah Petra, sesuai dengan kisah mereka yang hidup di dalam batu-batuan cadas untuk dijadikan tempat tinggal.
7. Terkait
- Daftar topik agama Islam
- Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah
- Nabi. Dalam pengertian agama samawi, nabi adalah manusia yang memperoleh wahyu dari Tuhan tentang agama dan misinya. Lebih khusus lagi terdapat istilah rasul yang dalam agama Islam dibedakan bahwa rasul memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran yang diterima dari Tuhan.
- Nabi Islam. Nabi dalam agama Islam adalah laki-laki yang diberi oleh Allah wahyu dan tidak wajib disampaikan kepada umatnya. Dikatakan bahwa, jumlah nabi ada 124 ribu orang, sebagaimana disebutkan di dalam hadits Muhammad.
8. Pranala luar
- (Melayu) Kaum yang dibinasakan : Kaum Nabi Salleh (Thamut)
- (Indonesia) dzikir.org
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar