Zakariya (Arab: زكريا, Ibrani זְכַרְיָה Zakharia, Perjanjian Baru: Zechariah/ Zacharias) (sekitar 100 - 20 SM)[1][2] adalah salah seorang nabi yang disebut di dalam Al Kitab dan Qur'an. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 2 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 8 kali di dalam Al-Quran. Ia memiliki 1 orang anak dan wafat di Syam.
1. Genealogi
Zakaria bin Dan bin Muslim dari keturunan Rahbaam bin Sulaiman. Zakaria bersaudara kandung dengan Imran, ia menikah dengan seorang wanita bernama Elisabeth. Dalam situs web lain dikatakan bahwa nama istrinya adalah al-Yashbi' masih keturunan dengan Harun [3]
2. Biografi
Nabi Zakariya adalah keturunan Nabi Sulaiman.
Ia diutus pada kaum Bani Israil. Sudah sejak lama Nabi Zakariya
mendambakan seorang anak. Namun keinginannya belum juga terpenuhi walau
ia sudah tua.
Suatu hari datanglah janda Imron menyerahkan bayi perempuannya
(Maryam) pada Nabi Zakariya untuk diasuh dan dibesarkan sesuai dengan
nazarnya. Nabi Zakariya dan para imam Baitul Maqdis terkejut akan hal
itu, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya tidak mungkin memperoleh
anak. Namun setelah mendapat penjelasan dari janda Imron bahwa
kehamilannya ialah kehendak Allah SWT, merekapun mengerti.
Setelah itu timbul persoalan, siapakah yang berhak mengurus Maryam.
Untuk pemecahannya, mereka mengundi dengan melemparkan pena ke air.
Barangsiapa yang penanya mengapung, dialah yang berhak mengurus Maryam.
Ternyata pena Nabi Zakariya-lah yang mengapung sehingga beliau berhak
menjadi ayah asuh Maryam. Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi
Zakariya. Namun kemudian rasa sayang Nabi Zakariya pada Maryam berubah
menjadi rasa takjub. Suatu hari saat menengok Maryam, beliau melihat ada
buah-buahan di dekat Maryam, Ada juga buah-buahan yang bukan musimnya.
Maryam menjelaskan bahwa semua itu berasal dari Allah.
Nabi Zakariya takjub dan tergetar. Ia ingin mendapat kemuliaan dari
Allah SWT. Maka ia bermunajat kepada-Nya, memohon dikaruniai anak. Allah
SWT berfirman melalui malaikat Jibril bahwa Nabi Zakariya akan akan
dikaruniai anak bernama Yahya, dengan tanda tak bisa bicara selama 3
hari 3 malam.
Setelah itu istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki dan diberi nama Yahya. Seperti ayahnya, Yahya juga seorang nabi.
Pada suatu ketika Nabi Yahya terbunuh karena perintah Raja Herodus.
Kaum Bani Israil berharap pada Nabi Zakariya, hal itu menyebabkan Raja
Herodus marah dan memerintahkan untuk membunuh Nabi Zakariya. Nabi
Zakariya sendiri langsung pergi dari kejaran prajurit Herodus.
2.1. Zakaria Mendambakan Anak
Nabi Zakaria a.s., yaitu ayah Nabi Yahya sadar banyak anggota keluarganya dari Bani Israil
merupakan orang yang tidak beradab dan gemar bermaksiat karena
kedangkalan iman mereka. Ia khawatir bila tiba ajal dan tidak mempunyai
keturunan yang dapat memimpin kaumnya, sehingga mereka akan semakin
merajalela dan sangat mungkin mengadakan perubahan-perubahan di dalam
kitab suci Taurat dan menyalahgunakan hukum agama.
Kecemasan itu mengusik pikiran Zakaria, dan ia sedih karena belum
juga mempunyai keturunan walau telah berusia 90 tahun. Ia agak terhibur
ketika mengasuh Maryam yang dianggap sebagai anak kandungnya sendiri.
Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya untuk memperoleh keturunan
timbul kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan di mihrab
Maryam. Ia berfikir di dalam hatinya bhawa tidak ada yang mustahil bagi
Allah.
Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri
dan tidak berdaya. Allah pasti berkuasa memberinya keturunan bila
dengan kehendak-Nya walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah
penuh uban.
2.2. Zakaria Berdoa Kepada Allah
Pada suatu malam yang telah larut, Zakaria duduk di mihrabnya
mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta berdoa dengan
khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut dia berdoa: "Ya
Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi
sebahagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan
tuntunanku kepada Bani Isra'il. Aku cemas sepeninggalku nanti
anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila
aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku. Ya
Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban,
sedang isteriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaanmu tidak
terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengkaruniakan seorang anak
yang shaleh dan Engkau ridhoi padaku.
2.3. Allah Mengabulkan doa Zakaria
Kemudian Allah menjawab doa Zakaria dan berfirman : “Wahai Zakaria,
kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak
laki-laki bernama Yahya yang shaleh dan membenarkan kitab-kitab Allah,
menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri dari nafsu dan godaan
syaitan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi.” Kemudian Zakaria berkata:
“Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku
seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia.” Allah berfirman: “Hal
demikian itu adalah mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu,
sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali.”
3. Zakaria dalam Qur'an
Kisah Nabi Zakaria dalam Al-Qur’an ada di dalam Surah Maryam : 1 -15
- Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad
- (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,
- yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
- Ia berkata:”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.
- Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
- yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’kub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku seorang yang diridhai”.
- Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.
- Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada seorang anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”.
- Allah berfirman :“Demikianlah”. Tuhan berfirman : “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”.
- Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat”.
- Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
- Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
- dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,
- dan seorang yang berbakti kepada dua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
- Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
4. Catatan
Pada masa hidup Isa Al-Masih, para rahib Yahudi masih melanjutkan tugas mereka memimpin upacara kebaktian atau peribadatan di Bait Allah yang didirikan oleh Daud
(masjid Daud). Ada 24 giliran kebaktian, setiap giliran disebut sesuai
dengan nama-nama keturunan Harun. Setiap rahib mendapat giliran bertugas
selama seminggu dalam setiap enam bulan. Jadi 24 giliran kebaktian
tersebut diselesaikan dalam 24 minggu, dan setahun 48 giliran dalam 48
minggu.
Giliran pertama disebut Jehoiarib yang dimulai hari Sabat
(Sabtu) pada bulan Nisan menurut kalender Yahudi. Bulan Nisan
bersamaaan dengan musim semi (spring), sedangkan Maaziah merupakan
giliran ke-24 atau giliran terakhir pada pertengahan pertama tiap tahun.
Dengan mengetahui pembagian giliran kebaktian agama Yahudi itu, dapat diketahui kapan lahirnya Yahya bin Zakaria (yang lebih dulu enam bulan dari kelahiran Isa Al-Masih).
Pada saat Zakariya (Zacharias) berada di Bait Allah, malaikat Jibril
datang kepadanya menyampaikan kabar gembira tentang anak yang akan lahir
dari kandungan isterinya. Injil Lukas 1:5 menyatakan : Pada zaman Herodes, raja negeri Yudea, salah seorang imam namanya Zakaria, yaitu bagian daripada Abia, dan ia mempunyai seorang isteri keturunan Harun, namanya Elisabeth".
Ungkapan "bagian Abia" dalam ayat ini mendapat penjelasan dalam Kitab 1 Tawarikh 24:10 bahwa Abia atau Abijah adalah giliran ke-8. ini berarti memasuki minggu ke-9 setelah awal bulan pertama, Nisan. Jadi, Zakaria bertugas antara tanggal 27 Iyar sampai dengan tanggal 15 Sivan menurut kalender Yahudi (1 sampai 8 Juni) setelah dihitung dari 6 April tahun 5 SM yang bertepatan dengan Sabat pada bulan Nisan.
Diketahui bayi biasanya berada dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari.
Jika diperhitungkan sejak waktu Zakaria menerima kabar gembira tentang
kehamilan isterinya sampai lahirnya Yahya, akan ditemukan tanggal 27
Maret (1 Nisan) sebagai hari kelahiran Yahya.
5. Referensi
6. Pranala luar
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar