Mongondow adalah sebuah sukubangsa di Indonesia. dimana Suku Mongondow adalah merupakan penduduk Kerajaan Bolaang Mongdondow yang pada tahun 1958 Kerajaan Bolaang Mongdondow secara resmi bergabung dengan NKRI dan menjadi Kabupaten Bolaang Mongdondow Suku ini kebanyakan bermukim di Sulawesi Utara. 75% orang Mongondow beragama Islam dan sisanya beragama Kristen, Katolik atau Hindu.
Asal mula
Suku Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta
Tumotoibokol dan Tumotoibokat. Tempat tinggal mereka di gunung Komasaan (wilayah Bintauna). Makin lama turunan kedua keluarga itu semakin banyak, sehingga mereka mulai menyebar ke timur di Tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli', Ginolantungan. Ke pedalaman di tempat bernama Tudu in Passi, Tudu in Lolayan, Tudu in Sia', Tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Peristiwa perpindahan ini terjadi sekitar abad 8 dan 9. Pokok pencaharian adalah berburu, mengolah sagu hutan, atau mencari sejenis umbi hutan, menangkap ikan. Pada umumnya mereka belum mengenal cara bercocok tanam.
Perkembangan
Pada abad 16 penduduk Suku Mongondow bersatu membentuk suatu daerah yang diberi nama yang terdiri dari kata Bolaang dan Mongondow atau saat ini dikenal dengan Bolaang Mongondow.
Bolaang atau Golaang berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak
gelap karena terlindung oleh pepohonan yang rimbun. Dalam hutan rimba,
daun pohon rimbun, sehingga agak gelap. Sedangkan Mongondow dari kata Momondow yang berarti berseru tanda kemenangan.
Masa kerajaan
Pada abad ke 14 para bogani ( kepala kepala sub etnis mongondow)
bersatu dan mengangkat Mokodoludud seorang Bogani Molantud sebagai Raja
yang pada waktu itu raja dalam bahasa lokal adalah PUNU'.Pada abad 17
setelah Gugurnya Punu'/raja Mokoagow di Minahasa (peristiwa
Pingkan-Matindas) dalam beberapa tahun Kerajaan Bolaang Mongondow Kosong
Kekuasaan dan Pemerintahan di ambil alih oleh seorang Boggani Mulantud
yang bernama Dou', setelah Putra raja Mokoagow yang mengungsi ke Siau
telah dewasa, Beliau dilantik sebagai raja ke 7 Kerajaan Bolaang
Mongondow, Abo'(pangeran)ini bernama Tadohe /sadohe, ibunya adalah Putri
dari kerajaan Siau. di Zamannya lah sistem Pemerintahan Kerajaan
Bolaang Mongondow di tata Kembali. Pada tahun 1901, secara administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling Bolaang Mongondow yang didalamnya termasuk landschap Bintauna, Bolaang Uki, Kaidipang Besar dari Afdeling Manado.
Sub Suku
Suku Mongondow terdiri dari beberapa anak suku yang berdiam di wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo, yaitu Bolaang Mongondow, Bolaang Uki, Kaidipang Besar, dan Bintauna.
Bahasa
Suku Mongondow dalam kehidupan keseharian menggunakan bahasa Mongondow dan bahasa Melayu Manado.
Masuknya Agama dan Pendidikan
Raja Jakobus Manoppo ialah raja Bolaang Mongondow yang pertama memerintah setelah mengalami pendidikan di Hoofden School Ternate,
karena ia telah dibawa oleh pedagang V.O.C. sesudah melalui persetujuan
ayahnya raja Loloda Mokoagow (datu Binagkang). Jakobus Manoppo adalah
raja ke-10 yang memerintah pada tahun 1691-1720, yang diangkat oleh
V.O.C., walaupun pengangkatannya sebagai raja tidak direstui oleh
ayahnya. Jakobus Manoppo pada saat dilantik menjadi raja beragama Roma Katolik.
Pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16 (1832), agama Islam masuk daerah Bolaang Mongondow melalui Gorontalo yang dibawa oleh Syarif Aloewi, yang kawin dengan putri raja itu tahun 1866. Karena keluarga kerajaan sebelum raja Cornelius Manoppo memeluk agama Islam, maka agama itu dianggap sebagai agama raja, sehingga sebagian besar penduduk Bolaang Mongondow memeluk agama Islam juga telah turut memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat. Pada sekitar tahun 1867 seluruh penduduk dengan Bolaang Mongondow sudah menjadi satu penduduk dengan bahasa, adat dan kebiasaan yang sama (menurut N.P Wilken dan J.A.Schwarz).
- Over de Vorsten van Bolaang Mongondow 1949
- Een Mongondowsh verhaaal met vertaling en aanteekeningen 1911
- De voornaamwoorden in het Bolaang Mongondows
- Verhaal van een mensch en een slang 1919
- Spraakkunst van het Bolaang Mongondow 1930
- Verloven en trouwen in Bolaang Mongondow 1931
- De plechtigheid "waterscheppen" in Bolaang mongondow 1938
- Bolaang Mongondowsch Woordenboek 1951;dsb.
Pada tahun 1906 melalui kerja sama dan kesepakatan dengan raja Bolaang Mongondow, W.Dunnebier telah mengusahakan pembukaan beberapa sekolah rakyat yang dikelola oleh zending di beberapa desa di Bolaang Mongondow dengan tiga kelas. Guru-gurunya didatangkan dari Minahasa, antara lain :
- Di Nanasi, guru jeseya rondonuwu dan S. Sondakh
- Di Nonapan, guru H. Werung dan A. Rembet
- Di mariri lama, guru P.Assa dan Mandagi
- Di Kotobangon, guru J.Pandegirot dan tumbelaka
- Di Moyag, guru F.Tampemawa dan K. Palapa
- Di pontodon, guru J.Ngongoloi, M.Tombokan dan W.Tandayu
- Di pasi, guru Th.Kawuwung dan W. Wuisan
- Di Popo Mongondow, guru S. Saroinsong dan J. Mandagi
- Di Otam, guru J. Kodong dan S. supit
- Di Motoboi Besar, guru S. Mamesah, A. Kuhu dan K. Angkow
- Di Kopandakan, guru H. Lumanaw dan P. Kamasi
- Di Poyowa Kecil, guru D. Matindas dan Gumogar
- Di Pobundayan, guru Th. Masinambouw dan A. Supit.
Jumlah murid yang tertampug di sekolah-sekolah tersebut adalah 1605
orang (Sejarah Pendidikan daerah Sulawesi Utara oleh Drs.L.Th. Manus
dkk).
Pada tahun 1912 di Dumoga juga dibuka sekolah zending dengan guru
Jesaya Tumurang. Pada tahun 1926 sekolah-sekolah seperti itu juga dibuka
di Tabang, Tungoi, Poigar, Matali dan Lolak. Pada Tahun 1911 didirikan
sebuah sekolah berbahasa Belanda di Kotamobagu, Yaitu Holland Inlandshe
School (H.I.S) dengan Kepala sekolah Adrian van der Endt.
Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending, maka pada
sekitar tahun 1926 diusahakan pembukaan sekolah-sekolah rakyat yang
dikelola oleh Balai Pendidikan dan Pengajaran Islam (BPPI) yang berpusat
di desa Moliow. Guru-gurunya didatangkan dari Yogyakarta seperti antara
lain : Mohammad Safii Wirakusumah, Sarwoko, R. Ahmad Hardjodiwirdjo,
Sukirman, Sumarjo, Surjopranoto, Muhammad Djazuli Kartawinata dan
alin-lain. Juga ditambah dengan Ali Bakhmid dari Manado Usman Hadju dari
Gorontalo dan Mohammad Tahir dari Sangir Talaud (Sejarah Pendidikan
Daerah Sulawesi Utara oleh Drs.L.Th.Manus dkk. 1980).
Perkembangan pendidikan yang dikelola oleh BPPI demikian pesatnya
sehingga pada tahun 1931 dibuka sebuah H.I.S berbahasa Belanda di
Molinow. Untuk medidik guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah
yang dikelola oleh BPPI, maka pada tahun 1937 dibuka lagi sebuah sekolah
guru, yaitu Kweekschool di Molinow.
Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh zending dan BPPI, maka
usaha pihak swasta untuk membuka sekolah terlihat antara lain :
Particuliere Schakel School yang dibuka oleh A.C. Manoppo. Kemudian
sekolah seperti itu dibuka oleh A.E. Lewu, yaitu Neutrale Particuliere
School yang berlangsung sampai tahun 1941 sebelum bahas Jepang masuk
Indonesia karena perang dunia ke-2. Sebuah sekolah swasta seperti itu
juga pernah dibuka oleh Sumual pada tahun 1925, namun tidak berlanjut.
Pada tahun 1937 dibuka di Kotamobagu sebuah sekolah Gubernemen, yaitu
Vervolg School (sekolah sambungan) kelas 4 dan 5 yang menampung lepasan
sekolah rakyat 3 tahun, dengan kepala sekolahnya N. Ares.
Kotamobagu sebagai ibukota kabupaten Bolaang Mongondow, sebelumnya
terletak disalah satu tempat di kaki gunung Sia’ dekat Popo Mongondow
dengan nama Kotabaru. Karena tempat itu dianggap kurang strategis
sebagai tempat kedudukan controleur, maka diusahakan pemindahan ibukota
ke tempat yang sekarang ini, yaitu Kotamobagu, yang peresmiannya
diadakan pada bulan April 1911 oleh Controleur F. Junius yang bertugas
di Bolaang Mongondow tahun 1910-1915.
Kedudukan istana raja di desa Kotobangon, yang sebelumnya pada masa
pemerintahan raja Riedel Manoppo berkedudukan di desa Bolaang. Karena
raja Riedel Manuel Manoppo tidak mau menerima campur tangan pemerintah
oleh Belanda, maka Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja,
lalu bersama-sama denga Controleur Anthon Cornelis Veenhuizen dikawal
oleh sepasukan prajurit melalui Minahasa selatan masuk Bolaang Mongondow
dan mendirikan komalig (isatana raja) di Kotobangon pada tahun 1901.
Pada tahun 1911 didirikan seuah rumah sakit di ibukota yang baru
Kotamobagu. Rakyat mulai mengenal pengobatan modern, namun ada juga yang
masih mempertahankan dan melestarikan pengobatan tradisional melalui
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat.
Dengan masuknya agama dan pendidikan, maka sistem kehidupan sosial
budaya masyarakat turut mengalami perubahan, antara lain : tentang cara
pengelolaan tanah pertanian (mulai mengenal penanaman padi di sawah),
adat kebiasaan, pernikahan, kematian, pembangunan rumah, pengaturan
saran perhubungan, media komunikasi dan lain-lain sebgainya.
Sebagai informasi perlu disampaikan bahwa : rumah adat Bolaang
Mongondow yang diwujudkan dalam bentuk pavilyun Bolaang Mongondow di
Taman Mini Indonesia Indah jakarta (samping bangunan rumah adat Sulawesi
Utara), yang miniaturnya diminta oleh almarhum Alex Wetik dan dibawa ke
Manado tahun 1972 dan kemudian menjadi contoh pembangunan rumah adat
Bolaang Mongondow di TMII Jakarta.
Umumnya rumah tempat tinggal di Bolaang Mongondow berbentuk rumah
panggung dengan sebuah tangga di depan dan sebuah di belakang. Dengan
adanya pengaruh luar, maka bentuk rumahpun sudah berubah. Kehidupan
sosial budaya masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
pembangunan sekarang ini, banyak yang telah berubah. Namun budaya daerah
yang masih mengandung nilai-nilai luhur yang dapat menunjang
pembangunan fisik material dan mental spiritual, masih tetap dipelihara
dan dilestarikan.
Pada saat masyarakat mulai mengenal mengenal mata uang seperti real
dan doit sebagai alat penukar bahan keperluan hidup, maka penduduk mulai
menjual hasil pertanian tersebut seperti : sayur, buah-buahan dan
lain-lain. Hasil pertanian tersebut diletakkan di depan rumah dekat
jalan raya dan diatur setumpuk-setumpuk dengan harga satu doit
per-tumpuk. Pemilik tidak perlu menjaga bahan dagangannya. Sore hari,
pemilik akan mengambil uang harga jualannya. Bila habis terjual, maka di
tempat penjualan itu terletak uang harag bahan yang dijual dalam
keadaan utuh, tidak berkurang. Contoh seperti ini menunjukkan keluhuran
budi pekerti setiap anggota masyarakat yang masih jujur, serta menyadari
bahwa setiap perbuatan jahat itu tidak dikehendaki oleh Ompu Duata
(Yang Maha Kuasa). Pada saat itu mereka belum mengenal dusta, tipu
muslihat dan lain-lain sifat jahat yang dapat mengganggu ketertiban
masyarakat. Kerukunan hidup antar keluarga dan antar tetangga dimasa itu
belum tercemar oleh pengaruh luar.
Pemekaran Daerah
Karena wilayah Bolaang Mongondow memiliki luas 50,3% dari luas wilayah Sulawesi Utara sehingga Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow bersama tokoh masyarakat, tokoh adat dan agama sepakat melakukan pemekaran wilayah dengan menujuk Drs Djainudin Damopolii sebagai ketua pemekaran.
Dengan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat serta Pemkab Bolaang Mongondow panitia pemekaran berhasil meyakinkan pemerintah pusat dan DPR RI sehingga wilayah Bolaang Mongondow secara resmi mekar menjadi 5 dearah tingkat II yaitu :
- Kabupaten Bolaang Mongondow
- Kota Kotamobagu
- Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
- Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
- Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Referensi
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar