Set (bahasa Ibrani: bahasa Ibrani Standar Šet, Tiberias Šēṯ; bahasa Arab: شيث Syits; "ditempatkan; ditunjuk") adalah anak laki-laki dari Adam dan Hawa. Ia dilahirkan pada saat Adam berumur 130 tahun (Kejadian 5:3). Set merupakan saudara dari Kain dan Habel.
Dalam kitab Kejadian dari Kitab Suci Ibrani dan Alkitab, adalah salah satu anak (kemungkinan anak ketiga) dari Adam dan Hawa, dan merupakan adik dari Kain dan Habel.
Ia dilahirkan setelah Habel dibunuh oleh Kain. Nama Set disebut sepuluh
kali dalam Alkitab, tujuh kalinya di kitab Kejadian, sekali di kitab Bilangan, I Tawarikh, dan Lukas.
Set bagi Adam adalah seorang anak yang "menurut rupa dan gambarnya"[3]. Set diberikan oleh Allah sebagai pengganti Habel yang dibunuh. Ia mempunyai seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun [4] dan hidup hingga mencapai usia 912 tahun[5].
Melalui keturunan Set dilahirkanlah Nuh, Abraham, Daud, hingga akhirnya menurunkan Yesus[6].
Menurut Kitab Yobel, Set menikahi adik perempuannya, Azura dan umurnya 105 tahun ketika anaknya Enos dilahirkan. Ia meninggal pada usia 912 tahun. Dalam literatur rabinik, nama Set (bahasa Ibrani: Sheth)
dijelaskan berarti "dasar." Menurut tradisi ini, Set dianggap sebagai
"Dasar atau Fondasi Dunia," karena ia adalah leluhur pertama umat
manusia yang dilahirkan dari orang tua yang manusia. Dengan demikian,
seluruh umat manusia dianggap terkait dengan Set melalui keturunannya, Nuh. Banyak juga yang menganggap Yesus sebagai anak dari Yusuf, yang adalah juga keturunan Set.
Dalam teologi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Set ditahbiskan
oleh Adam pada usia 69 tahun. Tiga tahun sebelum kematian Adam, ia
memberkati Set agar keturunannya akan menjadi "pilihan Tuhan" dan bahwa
mereka "akan dipelihara hingga akhir zaman" (Doktrin dan Perjanjian 107:42). Lebih jauh, Set adalah "seorang yang sempurna, dan ia sangat mirip dengan ayahmya" (Doktrin dan Perjanjian 107:43). Set juga merupakan nama seorang suku Yared dalam Kitab Mormon (Ether).
Yosefus merujuk kepada Set sebagai salah satu anak Adam yang paling penting dalam Zaman Kuno bangsa Yahudi, dan melaporkan bahwa keturunannya membangun Tiang-tiang keturunan Set[r].
1.4. Cerita non-Alkitabiah
Menurut kitab Perjanjian Adam,
mengisahkan bahwa Adam, ketika mengetahui bahwa ajalnya telah dekat,
memanggil Set ke sisinya. Ia menyuruh Set kembali ke Taman Eden, masuk
dan mengambil tiga benih dari buah Pohon Kehidupan. Adam kemudian meminta Set kembali kepadanya dan menempatkan ketiga benih itu di mulutnya sebelum menguburkan jenazahnya.
Set melakukan apa yang diminta ayahnya dan pergi ke Taman Eden. Di gerbang taman itu berdirilah Penghulu Malaikat Mikail,
yang menanyakan tujuan Set. Set memberitahukannya, dan Mikail
mengizinkannya masuk, dan menunjukkan kepadanya pohon kehidupan itu. Set
mengumpulkan tiga benih dari buah pohon itu dan kemudian kembali,
melalui pintu gerbang, dan kembali ke ayahnya, yang saat ini telah
meninggal. Ia menggali kuburan untuk Adam, dan menguburkannya, setelah
menempatkan ketiga benih itu di mulutnya lalu menutup liang kuburnya.
Tiga pohon kemudian muncul dari kubur Adam, dan ketiga pohon inilah
yang kemudian ditebang untuk diambil kayunya untuk dijadikan tiga salib
di Golgota.[r]
1.5. Cerita Jawa (Java)
Keturunan Nabi Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syits
(Set, dalam bahasa Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syith
merupakan keturunan Adam yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan
kembar) diturunkan Yang Mahaesa sebagai pengganti anak Adam yang
terbunuh. Rupa Syith sangat mirip dengan rupa Adam dan menjadi
satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang
masa.
Begitu mengasihinya Adam meminta pada Yang Mahaesa supaya kelak
keturunan Syits diizinkan menjadi penguasa atas keturunan
saudara-saudaranya. Saat berdoa, Malaikat Ngajajil (Iblis)
ternyata mencuri dengar. Ngajazil paham, bila doa Adam akan selalu
didengar dan dikabulkan Yang Mahaesa. Seketika itu pula, tumbuh
keinginan Ngajazil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah
keturunan Syits.
Malaikat Ngajazil terus mengintai Syith dan menunggu kesempatan
mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syith menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat di-sirep, diambil Ngajazil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah,
yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Malaikat
Ngajazil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.
Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud
laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasat mata). Sore
harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah
yang berkilauan. Oleh Malaikat Ngajazil, gumpalan darah berkilauan itu
disatukan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan
itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. Anak Dewi Mulat diberi
nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.
Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan.
Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar
dalam asuhan Ngajazil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya
memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar
mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa.
Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang
siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan
keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan
untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah
sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah
Yang Mahaesa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi
Syith menerima kenyataan itu.
Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika
melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas
kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.
Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut
yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan
beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu
melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani.
Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih
pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata).
Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung
dengan para jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya.
Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin yang memilih
mengabdi padanya.
Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi,
raja para jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid
Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Orabu Nuradi
kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun
tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan menyerahkan
putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar
mendapatkan gelar Prabu Nurasa.
Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di
tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat diri
sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan
Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi
raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi (Tanah Jawa).
Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi
para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.
Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam,
keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris,
Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga
menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa
Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak
keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam,
juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa.
Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai
bangsa-bangsa lain di permukaan bumi.
Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas
telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang
membuat kehidupan mereka tumpang-tinduh. Ada keturunan Sayid Anwas yang
kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya,
tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek
moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur
mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid
Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang
membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya.[r]
2. Referensi
- Kamus Alkitab
- Abraham Park. D. Min.,D.D., Silsilah Di Kitab Kejadian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Hal.109 ISBN 9789790812352
- Kejadian 5:3
- Kejadian 5:6
- Kejadian 5:8
- Lukas 3:38 Silsilah Yesus dari Set
back to Nabi
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar