Satu Dusun Tertimbun Tanah Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah
Hujan deras di
kawasan Provinsi Jawa Tengah sejak hari Kamis lalu telah menimbulkan
bencana di berbagai kawasan. Yang terparah terjadi di Kabupaten
Banjarnegara, dimana satu dusun diterjang tanah longsor.
Tanah longsor menyapu dusun Jemblung, Banjarnegara, 12 Desember 2014 |
arifuddinali.blogspot.com - BANJARNEGARA, JAWA TENGAH — Bencana tanah longsor terjadi pada hari Jumat malam (12/12). Dusun Jemblung, di Kabupaten Banjarnegara berada di sebuah lembah kecil, dengan perbukitan di belakangnya.
Hujan yang terus turun selama dua hari menyebabkan bukit itu longsor dan menyapu dusun yang berpenduduk lebih dari 300 orang itu. Sekitar 200 orang dapat menyelamatkan diri.
Sisanya dinyatakan hilang sampai saat ini, di tengah upaya pencarian oleh tim gabungan dari TNI, Polri, Badan Sar, PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan sejumlah organisasi masyarakat di bidang kebencanaan.
Muhammad Najib, salah satu petugas di posko Kecamatan Karangkobar mengatakan kepada VOA, data korban yang masih hilang sulit ditentukan dengan pasti, karena data jumlah penduduk yang belum jelas. Namun dipastikan lebih dari 100 orang yang masih tertimbun longsoran.
“Kalau jumlahnya pastinya dari beberapa sumber belum bisa memastikan, tetapi kurang lebih yang tertimbun sekitar 100, ada 35 rumah, terdiri dari sekitar 82 kepala keluarga. Lokasinya, karena itu ada di jurang, kendaraan sulit masuk kesana. Dari jalan, lokasi longsornya sekitar 50 meter di bawah jalan utama. Jadi memang jalan desanya juga tertimbun, sehingga kendaraan tidak bisa masuk kesana,” kata Muhammad Najib.
Sampai pukul 14.00 hari Sabtu, tim gabungan yang melakukan pencarian korban telah menemukan 12 korban meninggal. Pencarian terkendala oleh cuaca dan medan berat, karena akses jalan terputus oleh longsoran tanah.
Menurut koordinator tim gabungan, Letkol Inf. Edy Rohmatullah, ada 600 personel di tim ini. Untuk membantu mencari korban, tim telah menggunakan peralatan life locator dan acoustic device untuk mendeteksi detak jantung maupun gerakan di bawah longsoran tanah.
Kepala Markas Palang Merah Indonesia, Kabupaten Banjarnegara, Edi Purwanto kepada VOA mengatakan, konsentrasi kini juga diberikan untuk penanganan korban selamat. Sekitar 40 korban luka tengah dalam perawatan dan sekitar 400 orang mengungsi di lima titik pengungsian.
“Secara umum kita melakukan pelayanan, baik untuk korban selamat maupun untuk yang cedera. Kita ada personil di lapangan tetapi juga fokus untuk membantu korban yang sekarang menjadi pengungsi,” kata Edi Purwanto.
Banjarnegara adalah Kabupaten yang memiliki kawasan pegunungan dengan resiko tanah longsor cukup tinggi. Pada hari Kamis (11/12) dan Jumat (12/12) kemarin, setidaknya terjadi tanah longsor di 25 lokasi meski dalam skala kecil.
Longsor di dusun Jemblung adalah yang terbesar. Korban dikhawatirkan jauh lebih besar dari perkiraan, karena tidak hanya berasal dari warga setempat, tetapi juga pemakai jalan lintas antarkabupaten yang melewati kawasan itu. Setidaknya, dua korban meninggal ditemuan dari sebuah mobil yang saat itu sedang melintas disana.(voaindonesia.com - 17122014)
Setelah melakukan perjalanan darat sekitar 45 menit, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang didampingi Ibu Negara Iriana langsung meninjau lokasi longsor di Desa Sampang,Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (14/12) siang.
Sejumlah petugas terlihat memberi penjelasan kepada Presiden terkait musibah tanah longsor yang merenggut korban jiwa 20 orang lebih itu. Presiden tampak memberikan semangat kepada para relawan dan TIM SAR yang terus berjuang melakukan pencarian para korban.
Setelah beberapa menit di lokasi bencana, Presiden Jokowi menuju ke tempat penampungan pengungsi. Presiden yang ditemani oleh Ibu Negara Iriana Widodo sambil duduk lesehan tampak menyimak satu persatu keluhan, unek-unek dan cerita yang disampaikan para pengungsi.
“Yang paling penting sekarang evakuasi dulu. Saya sudah pesan tadi, dirampungkan dulu evakuasinya, kita tidak akan bicara yang lain, konsentrasi evakuasi,” kata Presiden kepada wartawan di Banjarnegara.
Presiden melanjutkan, nanti kalau jalannya sudah didorong, sudah bisa dibuka, ekskavator masuk. Ia memperkirakan besok ekskavator masuk karena memang kondisinya seperti itu.
Saat ditanya mengenai batas waktu evakuasi, Presiden mengatakan bahwa hal itu akan dilihat berdasarkan kondisi di lapangan.
Presiden mengakui titik-titik rawan longsor di Jawa Tengah banyak sekali dan mengimbau warga waspada, terutama yang berada di daerah rawan longsor.
Saat meninjau lokasi tanah longsor, Presiden menyempatkan diri turun ke permukiman yang tertimbun tanah longsor untuk melihat lebih dekat proses evakuasi.
Selain itu, Presiden juga memberikan bantuan uang Rp20 juta kepada Kepala Dusun Jemblung untuk memenuhi keperluan pengungsi selama beberapa hari.
Menurut Purwanto, di Dusun Jemblung ada 82 keluarga yang terdiri atas 253 orang. “Jumlah warga kami yang tertimbun sekitar 100 orang,” katanya.
Berdasarkan data sementara Posko Induk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, sudah ada 32 jenazah korban yang ditemukan, tujuh di antaranya belum teridentifikasi. Sementara jumlah pengungsi secara keseluruhan mencapai 649 jiwa yang tersebar di 12 lokasi pengungsian. Para pengungsi tidak hanya berasal dari Dusun Jemblung, tetapi juga dusun lainnya yang terancam bencana tanah longsor.
Sumber: setkab.go.id - 14 Desember 2014
Hujan yang terus turun selama dua hari menyebabkan bukit itu longsor dan menyapu dusun yang berpenduduk lebih dari 300 orang itu. Sekitar 200 orang dapat menyelamatkan diri.
Sisanya dinyatakan hilang sampai saat ini, di tengah upaya pencarian oleh tim gabungan dari TNI, Polri, Badan Sar, PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan sejumlah organisasi masyarakat di bidang kebencanaan.
Muhammad Najib, salah satu petugas di posko Kecamatan Karangkobar mengatakan kepada VOA, data korban yang masih hilang sulit ditentukan dengan pasti, karena data jumlah penduduk yang belum jelas. Namun dipastikan lebih dari 100 orang yang masih tertimbun longsoran.
“Kalau jumlahnya pastinya dari beberapa sumber belum bisa memastikan, tetapi kurang lebih yang tertimbun sekitar 100, ada 35 rumah, terdiri dari sekitar 82 kepala keluarga. Lokasinya, karena itu ada di jurang, kendaraan sulit masuk kesana. Dari jalan, lokasi longsornya sekitar 50 meter di bawah jalan utama. Jadi memang jalan desanya juga tertimbun, sehingga kendaraan tidak bisa masuk kesana,” kata Muhammad Najib.
Sampai pukul 14.00 hari Sabtu, tim gabungan yang melakukan pencarian korban telah menemukan 12 korban meninggal. Pencarian terkendala oleh cuaca dan medan berat, karena akses jalan terputus oleh longsoran tanah.
Menurut koordinator tim gabungan, Letkol Inf. Edy Rohmatullah, ada 600 personel di tim ini. Untuk membantu mencari korban, tim telah menggunakan peralatan life locator dan acoustic device untuk mendeteksi detak jantung maupun gerakan di bawah longsoran tanah.
Kepala Markas Palang Merah Indonesia, Kabupaten Banjarnegara, Edi Purwanto kepada VOA mengatakan, konsentrasi kini juga diberikan untuk penanganan korban selamat. Sekitar 40 korban luka tengah dalam perawatan dan sekitar 400 orang mengungsi di lima titik pengungsian.
“Secara umum kita melakukan pelayanan, baik untuk korban selamat maupun untuk yang cedera. Kita ada personil di lapangan tetapi juga fokus untuk membantu korban yang sekarang menjadi pengungsi,” kata Edi Purwanto.
Banjarnegara adalah Kabupaten yang memiliki kawasan pegunungan dengan resiko tanah longsor cukup tinggi. Pada hari Kamis (11/12) dan Jumat (12/12) kemarin, setidaknya terjadi tanah longsor di 25 lokasi meski dalam skala kecil.
Longsor di dusun Jemblung adalah yang terbesar. Korban dikhawatirkan jauh lebih besar dari perkiraan, karena tidak hanya berasal dari warga setempat, tetapi juga pemakai jalan lintas antarkabupaten yang melewati kawasan itu. Setidaknya, dua korban meninggal ditemuan dari sebuah mobil yang saat itu sedang melintas disana.(voaindonesia.com - 17122014)
BNPB: Longsor Banjarnegara akibat Ulah Manusia
"Tidak ada terasering pada lereng tersebut.”
Senin, 15 Desember 2014
Tim SAR gabungan beserta yang sedang mencari warga yang terkena longsor di desa Sampang, Banjarnegara, Minggu (14/12/2014). |
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) merilis hasil penyelidikan terhadap kawasan longsor di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa
Tengah.
Menurut BNPB, longsor adalah salah satu bencana hidrometeorologi. Faktor dominan penyebabnya adalah antropogenik atau ulah manusia. Di kawasan Dusun Jemblung, Desa Sampang, banyak anaman di atas bukit adalah tanaman semusim (palawija) dan tahunan yang tidak rapat.
“Budidaya pertanian dengan tidak mengindahkan konservasi tanah dan air, di mana tidak ada terasering pada lereng tersebut,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta, Senin, 15 Desember 2014.
Terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurukan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang.
Kecamatan Karangkobar itu, kata Sutopo, adalah satu dari 20 kecamatan di Banjarnegara yang memiliki potensi longsor pada tingkat sedang sampai tinggi. Di Dusun Jemblung, material penyusun Bukit Telagalele adalah endapan vulkanik tua sehingga solum tanah tebal dan ada pelapukan.
“Kemiringan lereng lebih 60 persen. Sebelumnya terjadi hujan deras pada 10 sampai 11 Desember 2014 sehingga tanah jenuh dengan air. Longsor berlangsung sekitar kurang dari lima menit,” ujar Sutopo.
Dari data yang dihimpun BNPB, Dusun Jemblung dihuni 308 jiwa. Sebanyak 200 orang berhasil menyelematkan diri, sedangkan 108 jiwa diperkirakan tertimbun longsor. "Hingga kini korban yang tewas mencapai 51 jiwa, dan 57 jiwa belum ditemukan," ujarnya. (nasional.news.viva.co.id)
Menurut BNPB, longsor adalah salah satu bencana hidrometeorologi. Faktor dominan penyebabnya adalah antropogenik atau ulah manusia. Di kawasan Dusun Jemblung, Desa Sampang, banyak anaman di atas bukit adalah tanaman semusim (palawija) dan tahunan yang tidak rapat.
“Budidaya pertanian dengan tidak mengindahkan konservasi tanah dan air, di mana tidak ada terasering pada lereng tersebut,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta, Senin, 15 Desember 2014.
Terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurukan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang.
Kecamatan Karangkobar itu, kata Sutopo, adalah satu dari 20 kecamatan di Banjarnegara yang memiliki potensi longsor pada tingkat sedang sampai tinggi. Di Dusun Jemblung, material penyusun Bukit Telagalele adalah endapan vulkanik tua sehingga solum tanah tebal dan ada pelapukan.
“Kemiringan lereng lebih 60 persen. Sebelumnya terjadi hujan deras pada 10 sampai 11 Desember 2014 sehingga tanah jenuh dengan air. Longsor berlangsung sekitar kurang dari lima menit,” ujar Sutopo.
Dari data yang dihimpun BNPB, Dusun Jemblung dihuni 308 jiwa. Sebanyak 200 orang berhasil menyelematkan diri, sedangkan 108 jiwa diperkirakan tertimbun longsor. "Hingga kini korban yang tewas mencapai 51 jiwa, dan 57 jiwa belum ditemukan," ujarnya. (nasional.news.viva.co.id)
Tinjau Lokasi Bencana, Presiden Jokowi Minta Evakuasi Korban Longsor Banjarnegara Diselesaikan
Presiden Jokowi meninjau lokasi bencana longsor di Banjarnegara, Jateng, Minggu (14/12) siang |
Setelah melakukan perjalanan darat sekitar 45 menit, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang didampingi Ibu Negara Iriana langsung meninjau lokasi longsor di Desa Sampang,Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (14/12) siang.
Sejumlah petugas terlihat memberi penjelasan kepada Presiden terkait musibah tanah longsor yang merenggut korban jiwa 20 orang lebih itu. Presiden tampak memberikan semangat kepada para relawan dan TIM SAR yang terus berjuang melakukan pencarian para korban.
Setelah beberapa menit di lokasi bencana, Presiden Jokowi menuju ke tempat penampungan pengungsi. Presiden yang ditemani oleh Ibu Negara Iriana Widodo sambil duduk lesehan tampak menyimak satu persatu keluhan, unek-unek dan cerita yang disampaikan para pengungsi.
Presiden Jokowi bersama Ibu Negara Iriana duduk lesehan mendegarkan unek-unek pengungsi korban longsor di Banjarnegara |
Prioritaskan Evakuasi
Menanggapi keluhan dan unek-unek pengungsi itu, Presiden Joko Widodo meminta evakuasi korban tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, segera diselesaikan.“Yang paling penting sekarang evakuasi dulu. Saya sudah pesan tadi, dirampungkan dulu evakuasinya, kita tidak akan bicara yang lain, konsentrasi evakuasi,” kata Presiden kepada wartawan di Banjarnegara.
Presiden melanjutkan, nanti kalau jalannya sudah didorong, sudah bisa dibuka, ekskavator masuk. Ia memperkirakan besok ekskavator masuk karena memang kondisinya seperti itu.
Saat ditanya mengenai batas waktu evakuasi, Presiden mengatakan bahwa hal itu akan dilihat berdasarkan kondisi di lapangan.
Presiden mengakui titik-titik rawan longsor di Jawa Tengah banyak sekali dan mengimbau warga waspada, terutama yang berada di daerah rawan longsor.
Saat meninjau lokasi tanah longsor, Presiden menyempatkan diri turun ke permukiman yang tertimbun tanah longsor untuk melihat lebih dekat proses evakuasi.
Bantu Pengungsi
Sementara itu Kepala Desa Sampang Purwanto mengemukakan, dalam kunjungan ke lokasi bencana longsor dan menemui para pengungsi itu, Presiden Jokowi memberikan bantuan uang untuk setiap keluarga korban tanah longsor, terutama yang rumahnya tertimpa longsoran.Selain itu, Presiden juga memberikan bantuan uang Rp20 juta kepada Kepala Dusun Jemblung untuk memenuhi keperluan pengungsi selama beberapa hari.
Menurut Purwanto, di Dusun Jemblung ada 82 keluarga yang terdiri atas 253 orang. “Jumlah warga kami yang tertimbun sekitar 100 orang,” katanya.
Berdasarkan data sementara Posko Induk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, sudah ada 32 jenazah korban yang ditemukan, tujuh di antaranya belum teridentifikasi. Sementara jumlah pengungsi secara keseluruhan mencapai 649 jiwa yang tersebar di 12 lokasi pengungsian. Para pengungsi tidak hanya berasal dari Dusun Jemblung, tetapi juga dusun lainnya yang terancam bencana tanah longsor.
Sumber: setkab.go.id - 14 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar