Bendera |
(Bahasa Jawa: Mengalir dalam hembusan alam)
Lambang |
Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menyebabkan sering terjadinya penyingkatan nomenkaltur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah Istimewa ini sering diidentikkan dengan kota Yogyakarta sehingga secara kurang tepat disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Walaupun memiliki luas terkecil kedua setelah Provinsi DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional dan internasional. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali. Selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi daerah terparah akibat bencana gempa pada tanggal 27 Mei 2006 dan erupsi Gunung Merapi pada medio Oktober-November 2010.
1. Asal Usul (Origins)
Yogyakarta sebelum tahun 1945 dengan enklave-enklave Surakarta dan Mangkunagaran |
Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Zelfbestuurlandschappen/Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755,
sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo
(saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I
pada tahun 1813. Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan dan
Pakualaman sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri
yang dinyatakan dalam kontrak politik. Kontrak politik yang terakhir
Kasultanan tercantum dalam Staatsblaad 1941 Nomor 47, sedangkan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad
1941 Nomor 577. Eksistensi kedua kerajaan tersebut telah mendapat
pengakuan dari dunia internasional, baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris, maupun Jepang.
Ketika Jepang meninggalkan Indonesia, kedua kerajaan tersebut telah
siap menjadi sebuah negara sendiri yang merdeka, lengkap dengan sistem
pemerintahannya (susunan asli), wilayah dan penduduknya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggungjawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
- Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
- Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (dibuat secara terpisah).
- Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).
Dalam perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan DIY sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 (sebelum perubahan) diatur dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah. Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini
masih berlaku. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan DIY meliputi
Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten
Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah,
dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui, sebagaimana dinyatakan
terakhir dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.
Dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), DIY mempunyai peranan yang penting. Terbukti pada tanggal 4 Januari 1946 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949[7] pernah dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia. Tanggal 4 Januari inilah yang kemudian ditetapkan menjadi hari Yogyakarta Kota Republik pada tahun 2010. Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paku Alam IX, yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.
2. Visi dan Misi
Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana,
sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan
masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan.
2.1. Visi DIY 2020
Terwujudnya pembangunan Regional sebagai wahana menuju pada kondisi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2020 sebagai pusat pendidikan, budaya
dan Daerah tujuan wisata terkemuka, dalam lingkungan masyarakat yang
maju, mandiri, sejahtera lahir batin didukung oleh nilai-nilai kejuangan
dan pemerintah yang bersih dalam pemerintahan yang baik dengan
mengembangkan Ketahanan Sosial Budaya dan sumberdaya berkelanjutan.
2.2. Visi antara 2009-2013
Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat yang mandiri
berbasis kekuatan ekonomi lokal dan sumberdaya manusia yang profesional
dan beretika.
2.3. Misi antara 2009-2013
- Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional, humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung.
- Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan menuju masyarakat yang sejahtera.
- Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis Good Governance.
- Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.
3. Kondisi Geografi
Rupa bumi yang berbentuk gunung api |
DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa,
secara geografis terletak pada 7o3’-8o12’ Lintang Selatan dan
110o00’-110o50’ Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat
dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi
Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Karts mendominasi struktur rupa bumi di wilayah Gunungkidul bagian selatan |
Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional
(pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai
karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil.
Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.
Dataran Pantai Parangtritis |
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran
penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial
ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang
timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi
Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi
dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga
merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.
4. Perekonomian
Pasar tradisional sebagai pusat perekonomian yang berbasis kerakyatan |
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi sektor
Investasi; Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM; Pertanian;
Ketahanan Pangan; Kehutanan dan Perkebunan; Perikanan dan Kelautan;
Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Pariwisata.
4.1. Penanaman Modal dan Industri
Penanaman Modal di DIY dilaksanakan melalui program peningkatan
promosi dan kerjasama investasi serta program peningkatan iklim
investasi dan realisasi investasi. Capaian investasi total pada tahun
2010 mencapai Rp 4.580.972.827.244,00 dengan rincian PMDN sebesar Rp 1.884.925.869.797,00 dan PMA sebesar 2.696.046.957.447,00 [9].
Unit usaha di DIY di tahun 2010 ada sekitar 78.122 unit dengan
penyerapan tenaga kerja sebesar 292.625 orang dan nilai investasi
sebesar Rp. 878.063.496.000,00 [10].
4.2. Perdagangan dan UKM
Varian produk ekspor DIY andalan meliputi produk olahan kulit, tekstil dan kayu. Pakaian jadi tekstil
dan mebel kayu merupakan produk yang mempunyai nilai ekspor tertinggi.
Namun demikian secara umum ekspor ke mancanegara didominasi oleh
produk-produk yang dihasilkan dengan nilai seni dan kreatif tinggi yang
padat karya (labor intensive). Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM
di DIY, salah satunya adalah memberdayakan usaha mikro dan kecil dan
menengah yang disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah
pusat. Salah satu upaya pembinaan UKM adalah melalui kelompok (sentra)
karena upaya ini lebih efektif dan efisien, di samping itu dengan sentra
akan banyak melibatkan usaha mikro dan kecil. Pada 2010 tercatat
koperasi aktif sebanyak 1.926 koperasi dan UKM tercatat 13.998 unit
usaha[12].
4.3. Pertanian dan kehutanan
Pertanian tetap menjadi andalan |
Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di Provinsi DIY
yang diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP) NTP dapat menjadi salah satu
indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu
wilayah. Pada 2010 NTP sebesar 112,74% [14]. Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak asasi manusia.
Secara umum ketersediaan pangan di Provinsi DIY cukup karena berkaitan
dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan distribusi oleh
pemerintah. Pemenuhan kebutuhan ikan
di DIY dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk
perikanan tangkap dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan Sadeng dan Glagah.
Produksi perikanan budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton dan
perikanan tangkap mencapai 4.906 ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06
kg/kap/tahun[15].
Hutan di Provinsi DIY didominasi oleh hutan produksi, yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Persentase luas hutan di DIY pada tahun 2010 sebesar 5,87% dengan rehabilitasi lahan kritis sebesar 9,93% dan kerusakan kawasan hutan sebesar 4,94% [16]. Sektor perkebunan, dari segi produksi tanaman perkebunan yang potensial di DIY adalah kelapa dan tebu. Kegiatan perkebunan diprioritaskan dalam rangka pengutuhan tanaman memenuhi skala ekonomi serta peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk tanaman untuk meningkatkan pendapatan petani.
4.4. ESDM
Sumber daya mineral atau tambang yang ada di DIY adalah Bahan Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu gamping, kalsit, kaolin, dan zeolin serta breksi batu apung. Selain bahan galian Golongan C tersebut, terdapat bahan galian Golongan A yang berupa Batu Bara. Batu bara ini sangat terbatas jumlahnya, begitu pula untuk bahan galian golongan B berupa Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn), Barit (Ba), dan Emas (Au) yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo . Dalam bidang ketenagalistrikan, khususnya listrik, minyak dan gas di Provinsi DIY dipasok oleh PT. PLN dan PT Pertamina
4.5. Pariwisata
Museum Hamengku Buwono IX di dalam kompleks Keraton Yogyakarta, sebuah tujuan wisata |
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya obyek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan,
baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada 2010
tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian
152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang dari nusantara[19]. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran.
Tercatat ada 37 hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY
pada 2010. Adapaun penyelenggaraan MICEsebanyak 4.509 kali per tahun
atau sekitar 12 kali per hari[20].
Keanekaragaman upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta
didukung oleh kreatifitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat
DIY mampu menciptakan produk-produk budaya dan pariwisata yang
menjanjikan. Pada tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan 51
diantaranya yang layak dikunjungi. Tiga desa wisata di kabupaten Sleman
hancur terkena erupsi gunung Merapi sedang 14 lainnya rusak ringan [21].
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi obyek wisata yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.
5. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain
meliputi Kependudukan; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Kesejahteraan
Sosial; Kesehatan; Pendidikan; Kebudayaan; dan Keagamaan
5.1. Kependudukan dan tenaga kerja
Aktifitas penduduk |
Laju
pertumbuhan penduduk di DIY antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau
kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH)
penduduk di DIY menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun
pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi
distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin
meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun.
Proporsi distribusi peduduk berdasarkan usia produktif memiliki akibat pada sektor tenaga kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 71,41%[23]. Di sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor pertanian kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Sektor yang potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan dan industri terutama industri kecil menengah serta kerajinan. Pengangguran di DIY menjadi problematika sosial yang cukup serius karena karakter pengangguran DIY menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional dengan tingkat pendidikan tinggi.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah kependudukan dan ketenagakerjaan adalah dengan mengadakan program transmigrasi. Pelaksanaan pemberangkatan transmigran asal DIY sampai pada tahun 2008 melalui program transmigrasi sejumlah 76.495 Kk atau 274.926 Jiwa. Ditinjau dari pola transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat, melalui Transmigrasi Umum (TU), Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM). Untuk pensebarannya sudah mencakup hampir seluruh Provinsi. Rasio jumlah tansmigran swakarsa mandiri pada 2010 mencapai 20% dari total transmigran yang diberangkatkan[24].
5.2. Kesejahteraan dan kesehatan
Sebagai
salah satu aspek yang penting dalam kehidupan, pembangunan kesehatan
menjadi salah satu instrumen di dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Tahun 2007 jumlah keluarga miskin sebanyak 275.110 RTM dan
menerima bantuan raskin dari pemerintah pusat (meningkat 27 persen
dibanding periode tahun 2006 sebanyak 216.536 RTM). Penduduk DIY menurut
tahapan kesejahteraan tercatat bahwa pada tahun 2007 kelompok pra
sejahtera 21,12%; Sejahtera I 22,70%; Sejahtera II 23,69%; Sejahtera III
26,83%; dan Sejahtera III plus 5,66% . Tingkat kesejahteraan pada tahun
2010 meningkat dengan penurunan persentase penduduk miskin menjadi
16,83%[26].
Arah pembangunan kesehatan di DIY secara umum adalah untuk mewujudkan Provinsi DIY yang memiliki status kesehatan masyarakat yang tinggi tidak hanya dalam batas nasional tetapi memiliki kesetaraan di tataran internasional khususnya Asia Tenggara dengan mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan serta menjadikan DIY sebagai pusat mutu dalam pelayanan kesehatan, pendidikan pelatihan kesehatan serta konsultasi kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010 menempatkan DIY sebagai provinsi dengan indikator kesehatan terbaik dan paling siap dalam mencapai MDG’s[27].
Pada tahun 2010 capaian indikator kesehatan untuk umur harapan hidup berada pada level usia 74,20 tahun. Angka kematian balita sebesar 18/1000 KH, angka kematian bayi sebesar 17/1000 KH, dan angka kematian ibu melahirkan sebesar 103/100.000 KH. Prevalensi gizi buruk sebesar 0.70%, Cakupan Rawat Jalan Puskesmas 16% sedangkan Cakupan Rawat Inap Rumah Sakit sebesar 1,32%[28].
Dari 118 Puskesmas, 20% puskesmas telah menerapkan sistern manajemen mutu melalui pendekatan ISO 9001:200; 7% rumah sakit telah menerapkan ISO 9001:200; 25% rumah sakit di DIY telah terakreditasi dengan 5 standar; 17% RS terakreditasi dengan 12 standar; dan 5% RS telah terakreditasi dengan 16 standar pelayanan. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat meningkat menjadi 40% dan RS dengan pelayanan kesehatan jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun demikian cakupan rawat jalan tahun 2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) sementara untuk rawat inap 1,2% (nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%. Rasio dokter umum per 100.000 penduduk menunjukkan tren meningkat sebesar 39,64 pada tahun 2006. Adapun program jamkesos tahun 2010 dianggarkan Rp. 34.978.592.000,00[29].
Penyakit jantung dan stroke telah menjadi pembunuh nomor satu di DIY sementara faktor risiko penyakit jantung penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Rumah tangga di DIY yang tidak bebas asap rokok sebesar 56%, sedangkan remaja yang perokok aktif sebesar 9,3%. Sebanyak 52% penduduk DIY kurang melakukan aktifitas olahraga dan hanya 19,8% penduduk DIY yang mengkonsumsi serat mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir angka obesitas pada anak-anak di DIY meningkat hampir 7%.
5.3. Pendidikan
Penyebaran sekolah untuk jenjang SD/MI
sampai Sekolah Menengah sudah merata dan menjangkau seluruh wilayah
sampai ke pelosok desa. Jumlah SD/MI yang ada di Provinsi DIY pada tahun
2008 adalah sejumlah 2.035, SMP/MTs/SMP Terbuka sejumlah 529, dan SMA/MA/SMK
sejumlah 381 sekolah negeri maupun swasta. Ketersediaan ruang belajar
dapat dikatakan sudah memadai dengan rasio siswa per kelas untuk SD/MI :
22, SMP/MTs : 33, SMA/MA/SMK : 31. Sedangkan tingkat ketersediaan guru
di Provinsi DIY juga cukup memadai dengan rasio siswa per guru untuk
SD/MI: 13, SMP/MTs: 11, SMA/MA/SMK: 9. Untuk tahun 2010 pembinaan guru
jenjang SD/MI sebanyak 3.900 guru telah memenuhi kualifikasi dari total
24.093 guru. Jenjang SMP/MTs sebanyak 3.939 guru telah memenuhi
kualifikasi dari total 12.971 guru. Dan untuk SMA/MA sebanyak 4.826 guru
telah memenuhi kualifikasi dari total 15.067 guru[31].
Para lulusan jenjang SD/MI pada umumnya dapat melanjutkan ke SMP/MTs, sejalan kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dicanangkan pemerintah. Pada tahun 2010, angka kelulusan SD/MI mencapai 96,47%, SMP/MTs mencapai 81,84% dan SMA/MA/SMK sebesar 88,98%. Sedangkan angka putus sekolah di tahun yang sama sebesar 0,07% untuk SD/MI; 0,17% untuk SMP/MTs; dan 0,44% untuk SMA/MA/SMK[32]. Sementara itu jumlah perguruan tinggi di Provinsi DIY baik negeri, swasta maupun kedinasan seluruhnya sebanyak 136 institusi dengan rincian 21 universitas, 5 institut, 41 sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi yang diasuh oleh 9.736 dosen.
5.4. Kebudayaan
Wujud cagar budaya yang masih dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu Indonesia |
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible
(non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar
budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible
seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau
perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua diantaranya yaitu museum Ullen Sentalu dan museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%[34].
5.5. Keagamaan
Penduduk
DIY mayoritas beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, selebihnya beragama
Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sarana ibadah terus mengalami
perkembangan, pada tahun 2007 terdiri dari 6214 masjid, 3413 langgar, 1877 musholla, 218 gereja, 139 kapel, 25 kuil/pura dan 24 vihara/klenteng. Jumlah pondok pesantren
pada tahun 2006 sebanyak 260, dengan 260 kyai dan 2.694 ustadz serta
38.103 santri. Sedangkan jumlah madrasah baik negeri maupun swasta
terdiri dari 148 madrasah ibtidaiyah, 84 madrasah tsanawiyah dan 35 madrasah aliyah. Aktivitas keagamaan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2007 terdapat 3.064 jamaah haji.
6. Tata Ruang dan Infrastruktur
Tugu Pal Putih, salah satu landmark tertua yang menandai tata ruang DIY, Gunung Merapi-Tugu-Keraton-Panggung Krapyak-Laut selatan |
Kondisi bentang alam DIY yang beragam dan aspek filosofi kebudayaan
mempengaruhi pengembangan tata ruang/wilayah dan pembangunan
infrastruktur di DIY.
6.1. Tata ruang
Model yang digunakan dalam tata ruang wilayah DIY adalah corridor development
atau disebut dengan “pemusatan intensitas kegiatan manusia pada suatu
koridor tertentu” yang berfokus pada Kota Yogyakarta dan jalan koridor
sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian dan pengarahan
pembangunan dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas, terhadap
kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan
oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung
aksesibilitas global wilayah DIY, maka diarahkan pengembangan
pusat-pusat pelayanan antara lain Pusat Kegiatan Nasional (PKN)/Kota
Yogyakarta, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sleman, PKW Bantul, dan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW
Prov DIY 2009-2029 mengatur pengembangan tata ruang di DIY. Penataan
ruang ini juga memiliki keterkaitan dengan mitigasi bencana di DIY.
6.2. Prasarana
Prasarana jalan yang tersedia di Provinsi DIY tahun 2007 meliputi Jalan Nasional (168,81 Km), Jalan Provinsi (690,25 Km), dan Jalan Kabupaten
(3.968,88 Km), dengan jumlah jembatan yang tersedia sebanyak 114 buah
dengan total panjang 4.664,13 meter untuk jembatan nasional dan 215 buah
dengan total panjang 4.991,3 meter untuk jembatan provinsi. Di wilayah
perkotaan, dengan kondisi kendaraan bermotor yang semakin meningkat
(rata-rata tumbuh 13% per tahun), sedangkan kondisi jalan terbatas, maka
telah mengakibatkan terjadinya kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas
dan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terus meningkat setiap tahun.
6.3. Transportasi
Salah satu transportasi yang dikembangkan di DIY |
Pelayanan angkutan kereta api pemberangkatan dan kedatangan berpusat di Stasiun Kereta Api Tugu untuk kelas eksekutif dan bisnis, sedangkan Stasiun Lempuyangan
untuk melayani angkutan penumpang kelas ekonomi dan barang. Saat ini
untuk meningkatkan layanan jalur Timur-Barat sudah dibangun jalur ganda (double track) dari Stasiun Solo Balapan sampai Stasiun Kutoarjo.
Berkaitan dengan keselamatan lalulintas, permasalahan yang berkaitan
dengan layanan angkutan kereta api antara lain masih banyak perlintasan
yang tidak dijaga. Selain kerata api, Pemprov DIY mengembangkan layanan
Bus Trans Jogja yang menjadi prototipe layanan angkutan massal di masa
mendatang.
Untuk angkutan sungai, danau dan penyeberangan, Waduk Sermo yang terletak di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki luas areal 1,57 km2 dan mempunyai keliling ± 20 km menyebabkan terpisahnya hubungan lintas darat antara desa di sisi waduk dengan desa lain di seberangnya. Di sektor transportasi laut di Provinsi DIY terdapat Tempat Pendaratan Kapal (TPK) yang berfungsi sebagai pendaratan kapal pendaratan pencari ikan dan tempat wisata pantai. Terdapat 19 titik TPK yang dilayani oleh ± 450 kapal nelayan.
Di sektor transportasi udara, Bandara Adisutjipto yang telah menjadi bandara internasional sejak 2004 menjadi pintu masuk transportasi udara bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, baik domestik maupun internasional. Keterbatasan fasilitas sisi udara dan darat yang berada di Bandara Adisutjipto menyebabkan fungsi Bandara Adisutjipto sebagai gerbang wilayah selatan Pulau Jawa tidak dapat optimal. Status bandara yang “enclave civil” menyebabkan landas pacu yang ada dimanfaatkan untuk dua kepentingan yakni penerbangan sipil dan latihan terbang militer.
7. Mitigasi Bencana
Korban harta benda di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi |
Terkait
dengan potensi bencana alam, penanggulangan bencana memegang peranan
yang sangat penting, baik pada saat sebelum, saat, dan sesudah
terjadinya bencana. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bencana dapat dilihat sebagai interaksi antara ancaman bahaya
dengan kerentanan masyarakat dan kurangnya kapasitas untuk
menangkalnya. Penanggulangan bencana diarahkan pada bagaimana mengelola
risiko bencana sehingga dampak bencana dapat dikurangi atau dihilangkan
sama sekali.
Secara geologis DIY merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap bencana alam. Potensi bencana alam yang berkaitan dengan bahaya geologi yang meliputi:
- Bahaya alam Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;
- Bahaya gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon Progo yang mengancam di wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat, serta pada lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur wilayah Kabupaten Bantul.
- Bahaya banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
- Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian selatan, khususnya pada kawasan bentang alam karst;
- Bahaya tsunami, berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul, khususnya pada pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari permukaan air laut.
- Bahaya alam akibat angin berpotensi terjadi di wilayah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah-daerah Kabupaten Sleman bagian utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta;
- Bahaya gempa bumi, berpotensi terjadi di wilayah DIY, baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi tektonik berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan dengan kawasan tumbukan lempeng (subduction zone) di dasar Samudra Indonesia yang berada di sebelah selatan DIY. Selain itu secara geologi di wilayah DIY terdapat beberapa patahan yang diduga aktif. Wilayah dataran rendah yang tersusun oleh sedimen lepas, terutama hasil endapan sungai, merupakan wilayah yang rentan mengalami goncangan akibat gempa bumi.
8. Pemerintahan Daerah Istimewa
Daerah Istimewa Yogyakarta 1945 |
8.1. Asal Usul (Origins)
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan metamorfosis dari Pemerintahan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintahan Negara Kadipaten Pakualaman, khususnya bagian Parentah Jawi yang semula dipimpin oleh Pepatih Dalem untuk Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pepatih Pakualaman untuk Negara Kadipaten Pakualaman. Oleh karena itu Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki hubungan yang kuat dengan Keraton Yogyakarta maupun Puro Paku Alaman. Sehingga tidak mengherankan banyak pegawai negeri sipil daerah yang juga menjadi Abdidalem Keprajan
Keraton maupun Puro. Walau demikian mekanisme perekrutan calon pegawai
negeri sipil daerah tetap dilakukan sesuai mekanisme peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8.2. Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa
Menurut UU Nomor 22 Tahun 1948 (yang juga menjadi landasan UU Nomor 3
Tahun 1950 mengenai pembentukan DIY), Kepala dan Wakil Kepala Daerah
Istimewa diangkat oleh Presiden[40] dari keturunan keluarga yang berkuasa di daerah itu[41],
di zaman sebelum Republik Indonesia, dan yang masih menguasai
daerahnya; dengan syarat-syarat kecakapan, kejujuran dan kesetiaan, dan
dengan mengingat adat istiadat di daerah itu. Dengan demikian Kepala
Daerah Istimewa, sampai tahun 1988, dijabat secara otomatis oleh Sultan
Yogyakarta yang bertahta dan Wakil Kepala Daerah Istimewa, sampai tahun
1998, dijabat secara otomatis oleh Pangeran Paku Alam yang bertahta.
Nomenklatur Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa baru
digunakan mulai tahun 1999 dengan adanya UU Nomor 22 Tahun 1999. Adapun
daftar Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa sebagai berikut:
1. | ISKS Hamengku buwono IX | 17 Agust 1945 | 1 Okt 1988 | Masa jabatan seumur hidup, pegawai negara dengan NIP 010000001. |
2. | KGPAA Paku Alam VIII | 1 Okt 1988 | 3 Okt 1998 | Wakil Gubernur, melaksanakan tugas Gubernur dalam jabatan Penjabat Gubernur, Masa jabatan seumur hidup, pegawai negara dengan NIP 010064150. |
3. | ISKS Hamengku buwono X | 3 Okt 1998 | 2003 | Masa jabatan pertama. |
4. | ISKS Hamengku buwono X | 2003 | 2008 | Masa jabatan kedua. |
5. | ISKS Hamengku buwono X | 2008 | 2011 | Perpanjangan masa jabatan kedua. |
8.3. Birokrasi dan kelembagaan
Dari sini-lah keistimewaan DIY berasal |
Di bidang pengembangan kelembagaanPemerintah Provinsi DIY telah menetap Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Provinsi DIY, Perda Nomor 6
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi DIY,
Perda Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi DIY; serta menerapkannya mulai tahun 2009.
Perangkat daerah di DIY antara lain terdiri atas:
- Sekretariat Daerah
- Sekretariat DPRD
- Dinas Kebudayaan
- Dinas Kehutanan Dan Perkebunan
- Dinas Kelautan Dan Perikanan
- Dinas Kesehatan
- Dinas Pariwisata
- Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Dan Energi Sumber Daya Mineral
- Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset
- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
- Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
- Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah
- Dinas Pertanian
- Dinas Sosial
- Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
- Inspektorat
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
- Badan Kepegawaian Daerah
- Badan Kerjasama Dan Penanaman Modal
- Badan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat
- Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan
- Badan Lingkungan Hidup
- Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat
- Badan Pendidikan Dan Pelatihan
- Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah
- Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
- Rumah Sakit Grhasia
- Satuan Polisi Pamong Praja
Selain itu di DIY dibentuk Ombudsman Daerah sejak tahun 2004 dengan keputusan Gubernur.
8.4. Lembaga Perwakilan Rakyat
Lembaga Perwakilan Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta dirintis dengan pembentukan KNI Daerah Yogyakarta di tahun 1945[44]. Pada Mei 1946 KNI Daerah Yogyakarta dibubarkan dan dibentuk Parlemen Lokal pertama di Indonesia dengan nama Dewan Daerah[45].
Walaupun anggotanya tidak dipilih melalui pemilihan umum, parlemen ini
tetap bekerja mewakili rakyat sampai tahun 1948 saat Invasi Belanda ke
Kota Yogyakarta. Pada 1951, setelah melalui pemilihan umum bertingkat[46] terbentuklah parlemen lokal yang lebih permanen dengan nama "Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta" [47].
Saat ini, DPRD DI Yogyakarta hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari sepuluh partai, dengan perincian sebagai berikut
Partai | Kursi | % |
---|---|---|
PDI-P | 11 | - |
Partai Demokrat | 10 | - |
PAN | 8 | - |
Partai Golkar | 7 | - |
PKS | 7 | - |
PKB | 5 | - |
Partai Gerindra | 3 | - |
PPP | 2 | - |
Partai Hanura | 1 | - |
PKPB | 1 | - |
Total | 55 | 100,0 |
9. Bentuk keistimewaan
Bentuk keistimewaan bagi Pemerintahan DI Yogyakarta saat ini masih menjadi ranah politik
di DPR Pusat. Namun menurut UU Nomor 22 Tahun 1948 (yang juga menjadi
landasan UU Nomor 3 Tahun 1950 mengenai pembentukan DIY), Pemerintahan
di Daerah Istimewa
tidak berbeda dengan daerah biasa. Yang berbeda/yang menjadikan
istimewa adalah mengenai pengangkatan kepala daerahnya dan juga boleh
memiliki wakil kepala daerah jika daerah istimewa tersebut merupakan
gabungan dari dua daerah atau lebih. Sebab pada saat itu daerah biasa
tidak dapat memiliki wakil kepala daerah. Hanya itulah satu-satunya
bentuk keistimewaan dan tidak ada yang lain.
Adapun alasan keistimewaan Yogyakarta diakui oleh pemerintahan RI menurut UU Nomor 22 Tahun 1948 (yang juga menjadi landasan UU Nomor 3 Tahun 1950 mengenai pembentukan DIY), adalah Yogyakarta mempunyai hak-hak asal-usul dan di jaman sebelum Republik Indonesia sudah mempunyai pemerintahan sendiri yang bersifat Istimewa (zelfbestuure landschappen).
10. Pemerintahan Kabupaten dan Kota
Daerah Istimewa Yogyakarta 2007 |
10.1. Asal-Usul (Origins)
Kabupaten
dan Kota yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta juga
merupakan metamorfosis dari Kabupaten-kabupaten Kesultanan Yogyakarta
dan Kadipaten Pakualaman. Kabupaten-kabupaten tersebut merupakan
kabupaten administratif tanpa ada perwakilan rakyat. Kabupaten-kabupaten
tersebut adalah:
- Kabupaten Kabupaten Kota Kasultanan dengan bupatinya KRT Hardjodiningrat,
- Kabupaten Bantul dengan bupatinya KRT Joyodiningrat,
- Kabupaten Gunungkidul dengan bupatinya KRT Suryodiningrat,
- Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Sentolo dengan bupatinya KRT Secodiningrat.
- Kabupaten Kota Pakualaman dengan bupatinya KRT Brotodiningrat,
- Kabupaten Adikarto yang beribukota di Wates, dengan bupatinya KRT Suryaningprang.
10.2. Pemerintahan Kabupaten dan Kota
Kabupaten dan Kota yang berada di wilayah DIY sekarang ini dibentuk pada kurun waktu 1950-1951 dan 1957-1958.
Tidak ada perbedaan antara pemerintahan kabupaten dan kota yang berada
di wilayah DIY dengan di Indonesia pada umumnya. Adapun daftar kabupaten
dan kota di wilayah DIY sebagai berikut:
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota | |
---|---|---|---|
1 | Kabupaten Bantul | Kecamatan Bantul | |
2 | Kabupaten Gunung Kidul | Kecamatan Wonosari | |
3 | Kabupaten Kulon Progo | Kecamatan Wates | |
4 | Kabupaten Sleman | Kecamatan Sleman | |
5 | Kota Yogyakarta | Kecamatan Umbulharjo |
11. Kerjasama
Prefektur Kyoto, sebuah kerjasama sister province yang telah berjalan lebih dari 25 tahun |
Sampai tahun 2010. Pemprov DIY memiliki kerjasama dengan daerah lain
yang dituangkan dalam tiga puluh perjanjian kerjasama yang masih
berlaku. Dua puluh satu buah kerjasama dengan daerah lain di dalam
negeri dan sembilan sisanya dengan daerah lain di luar negeri[54], seperti program Sister Province dengan prefektur Kyoto Jepang[55] dan Negara Bagian California Amerika Serikat[56].
Perjanjian kerjasama yang baru mulai 2010 dilakukan dengan delapan
daerah di dalam negeri dan dua kesepakatan dengan daerah lain di luar
negeri[57].
Sedangkan kerjasama dengan pihak ketiga (swasta), Pemprov DIY memiliki lima puluh satu perjanjian kerjasama yang masih berlaku. Empat puluh enam dengan pihak ketiga dalam negeri dan lima sisanya dengan pihak ketiga luar negeri. Sementara itu di tahun 2010 ini Pemprov membuat empat perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga dalam negeri dan satu perjanjian dengan pihak ketiga luar negeri[58].
12. Daftar Beberapa Pendidikan Tinggi Negeri
- Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan universitas tertua yang didirikan oleh Negara Indonesia.
- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
- Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
- Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta)
- Akademi Angkatan Udara (AAU) adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Udara
- Akademi Kulit Kemenperin
- Poltekes Kemenkes
13. Daftar Pendidikan Tinggi Swasta
- Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
- Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY)
- Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (UCY)
- Universitas Islam Indonesia (UII) yang merupakan universitas swasta tertua di Indonesia
- Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)
- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
- Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, AMIKOM,
- Universitas PGRI Yogyakarta (UPY)
- Universitas Sanata Dharma (USD)
- Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)
- Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta (STTKD)
- STTA (Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto)
- Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS Yogyakarta),
- STIE YKPN
- STMIK Akakom,
- Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"
- STIE SBI
- AA YKPN
- POLISENI
- POLTEKES
14. Daftar Objek Wisata dan Kuliner
- Malioboro
- Kebun Binatang Gembira Loka
- Istana Air Taman Sari
- Monumen Jogja Kembali
- Museum Keraton Yogyakarta
- Museum Sonobudoyo
- Lereng Merapi
- Pemakaman Imogiri
- Kaliurang
- Pantai Parangtritis
- Pantai Baron
- Pantai Samas
- Goa Selarong
- Candi Prambanan
- Candi Kalasan
- Kraton Ratu Boko
- Pasar Seni gabusan Bantul
- Kerajinan kulit Manding Bantul
- angkringan dengan menu khas mahasiswa,
- Bakmi godhog di Pojok Beteng,
- sate kelinci di Kaliurang plus jadah Mbah Carik,
- sate karang Kotagedhe,
- sego abang Njirak Gunung Kidul.
- Sate Klathak Wonokromo.
- Bakmi Pundong atau mie Jawa
- Bakmi pak Mo Code Bantul
- Bakmi Gilang Bantul
15. Provinsi Kembar
- Prefektur Kyoto, Jepang,
- Negara Bagian California, Amerika Serikat.
Terkait
- Banten
- Jawa Barat
- DKI Jakarta
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Daerah Istimewa Yogyakarta
16. Pranala luar
- Situs resmi pemerintah provinsi
- Situs Pemerintah Kota Yogyakarta
- Profil Demografi Yogyakarta
- Profil Ekonomi Yogyakarta
- Profil Wisata Yogyakarta
- Ekonomi Regional Yogyakarta
- Statistik Regional Yogyakarta*
- Yogyakarta, Surga Wisatawan di Pulau Jawa
- Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya
17. Referensi
- lebih tepat disebut sebagai filosofi
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- Sensus Penduduk 2010
- Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 16 Oktober 2003.
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009) dan keterangan Sri Sultan Hamengkubuwono di depan Komisi II DPR RI pada saat RDP RUU Keistimewaan DIY
- Penetapan tanggal ini adalah yang sering dipergunakan secara umum, walaupun sebenarnya baru dimulai pada 6 Januari 1946 dan berakhir pada 15 Agustus 1950 sore hari. Kedua tanggal yang terakhir ini jarang digunakan dan jarang yang merujuk. Namun jika kita melihat dan membandingkan berbagai dokumen yang ada, maka akan terlihat dua tanggal yang terakhir inilah yang dipergunakan.
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- bukan dipilih
- dinasti/keluarga kerajaan (bersifat turun temurun/ascribed status)
- Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)
- situs resmi Pemprov DIY
- Amanat 30 Oktober 1945
- Maklumat Nomor 18 Tahun 1946
- P.J. Suwarno. (1994) Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974: sebuah tinjauan historis. Yogyakarta: Kanisius
- Nomenklatur yang diberikan oleh UU Nomor 3 Tahun 1950
- 10 Parpol di DPRD DIY. Kompas Daring. Edisi 18-05-2009.
- Artikel ini dibuat berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1948 tentang UU Pokok Pemerintahan Daerah berikut dengan Penjelasannya
- Artikel terdahulu
- Pembentukan Kabupaten dengan UU Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta jo UU Nomor 18 Tahun 1951 Perubahan Undang-undang Nr 15 tahun 1950 Republik Indonesia Untuk Penggabungan Daerah-daerah Kabupaten Kulon-Progo dan Adikarto dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo. UU Nomor 15 Tahun 1950 diberlakukan dengan PP Nomor 32 Tahun 1950
- Pembentukan Kota dengan UU Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta. UU Nomor 16 Tahun 1950 diberlakukan dengan PP Nomor 32 Tahun 1950.
- Wilayah enklave Provinsi Jawa Tengah yang berada di dalam wilayah DIY dilepaskan dari Provinsi Jawa Tengah dan dimasukkan ke dalam wilayah DIY pada kabupaten yang melingkungi wilayah enclave tersebut dengan UU Darurat Nomor 5 Tahun 1957 yang ditetapkanmenjadi UU Nomor 15 Tahun 1958
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- Kyoto prefecture List of Friendly and Sister City
- BILL NUMBER: SCR 23 CHAPTERED
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
- ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar