Taoisme adalah sebuah aliran filsafat yang berasal dari Cina. Taoisme
sudah berumur ribuan tahun, dan akar-akar pemikirannya telah ada
sebelum masa Konfusiusme. Hal ini dapat disebut sebagai tahap awal dari
Taoisme. Bentuk Taoisme yang lebih sistematis dan berupa aliran filsafat
muncul kira-kira 3 abad SM. Selain aliran filsafat, Taoisme juga muncul
dalam bentuk agama rakyat, yang mulai berkembang 2 abad setelah
perkembangan filsafat Taoisme.
Laozi yang dilukiskan sebagai seorang MAHA DEWA atau Manifestasi TAO |
1. Taoisme sebelum Dinasti Qin
Setelah berakhirnya Zaman Chunqiu, Disaat Zaman Berperangan
yang menjadikan Cina terbagi-bagi menjadi beberapa kerajaan yang
berbeda-beda, sehingga Shihuangdi menyatukan semua kerajaan
tersebut dan membentuk Dinasti Qin. Sebelum Dinasti Qin, Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi, tapi bukan sebuah agama. Taoisme yang mementingkan kesehatan,
pernah mendiskusikan “hidup abadi” dalam konteks ajarannya, Taoisme
dijadikan dasar perkembangan kepercayaan manusia untuk menjadi dewa dalam mencapai keabadian. [1].
2. Agama Dao dan Daojia
Pada zaman dulu, tidak adanya perbedaan antara agama Dao dengan
Daojia. Saat ini, agama Dao tidak dibedakan dengan Daojia,
kedua-duanya berarti Taoisme.
Pada era sekarang ini, agama Dao merupakan ajaran-ajaran
Laozi-Zhuangzi yang berkembang menjadi agama yang memiliki banyak
penganut. Agama Dao bertujuan agar mengarahkan manusia mencapai TAO
yaitu suatu keadaan dimana Manusia mencapai Kesempurnaan, agama ini
lebih bersifat kemanusiaan, dan berpotensi memenuhi keperluan rohaniah
manusia. Dalam agama Dao, Laozi didewakan sebagai Taishanglaojun;
kitab-kitab Daode Jing dan Zhuangzi menjadi kitab suci dalam agama Dao.
Daojia adalah pusat pengkajian filsafat tentang Daode Jing dan Zhuangzi,
ajaran ini mengandung unsur mistisme yang tidak mendewakan apa-apa.
Daojia digolongkan kepada tiga generasi yaitu “Daojia sebelum Qin,”Qin-Han Daojia” , dan ”Wei-Jin Daojia” .
Setelah generasi Wei-Jin, Daojia tidak lagi berupa agama tersendiri,
tetapi digabungkan dalam ajaran agama Dao. Saat ini, ajaran tersebut
dikenal sebagai Taoisme. [2]
3. Tokoh Sentral
Tokoh sentral dari Taoisme adalah Laozi. Mengenai biografinya,
terdapat sebuah pertanyaan mengenai kebenaran historis Laozi. Ada
berbagai pihak yang memperdebatkan mengenai hal ini. Ada pihak yang
menyatakan Laozi hanya tokoh rekaan, karena cerita-cerita mengenai
dirinya banyak yang tidak masuk akal. Di pihak lain, ada yang menerima
semua cerita dan tradisi mengenai Laozi. Akan tetapi, ada juga pihak
yang tidak terlalu memperdebatkan mengenai Laozi. Mereka menerima tokoh
Laozi benar-benar ada, namun hal itu tidak terlalu penting untuk
dibicarakan. Mereka lebih suka membahas kitabnya dan isi pengajaran
Taoisme.[3]
Sumber mengenai kehidupan Laozi dapat dilihat dalam Shi Ji yang
merupakan catatan sejarah dari Sima Qian yang hidup pada abad pertama
sebelum Masehi.[4]
Meskipun Sima Qian mengetahui ada konflik historis di dalan cerita
tersebut, namun ia tetap menulis apa adanya, karena ia tidak mengetahui
mana yang benar atau tidak.[4]
Ia hanya menuliskannya dalam 248 huruf Tionghoa dan diterjemahkannya
melalui kisah dari mulut ke mulut dalam lingkungan menganut Tao.
Menurut tradisi Laozi lahir kira-kira tahun 640 SM di negara Chu (provinsi Honan).[5] Nama Laozi dapat diterjemahkan sebagai “Putra Tua”, “Sahabat Tua”, ataupun “Sang Guru Tua”.[5] Sebutan ini merupakan suatu gelar kecintaan dan penghormatan.[5]
Menurut legenda, ia dilahirkan tanpa dosa sama sekali oleh sebuah
meteor; dan dikandung oleh ibunya selama delapan puluh dua tahun.[5] Pekerjaannya adalah pemelihara arsip, dan bahwa dengan pekerjaannya itu ia hidup secara sederhana dan tidak banyak tuntutan.[5] Kepribadiannya, hampir seluruhnya didasarkan pada sebuah buku kecil yang dianggap ditulis oleh beliau sendiri.[5]
Sedih karena kecenderungan orang mengambil manfaat dari kebaikan yang
diajarkannya, serta berusaha mencari kedamaian pribadi yang lebih besar
pada usianya yang semakin lanjut, akhirnya Laozi menunggang seekor
kerbau dan pergi ke arah Barat, yaitu yang sekarang disebut Tibet
(Lembah Hankao).[5]
Sebelum pergi, ada seorang penjaga gerbang yang berusaha menahannya
agar tidak pergi. Karena usahanya gagal, ia meminta Laozi untuk
meninggalkan suatu catatan mengenai pandangan Laozi.[5]
Kemudian Laozi tinggal selama tiga hari, dan setelah itu ia kembali
dengan sebuah buku kecil yang berisi ± 5000 huruf Cina berjudul Dao De
Jing.[5]
Laozi juga dikatakan hidup satu zaman dengan Konfusius. Akan tetapi
dengan menyelidiki kitab Daode Jing, dapat disimpulkan bahwa hal
tersebut tidak mungkin, karena ada beberapa gagasan yang tidak mungkin
dikenal umum pada masa Konfusius.[5] Kebanyakan ahli masa kini menyatakan Laozi hidup ± 2 abad setelah Konfusius.[5]
4. Ajaran Taoisme
4.1. Dao
Inti pengajaran Taoisme adalah "Dao" (道) yang berarti tidak
berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua
benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De
(德). Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan
landasan kealamian. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat
lembut seperti air, dan bersifat abadi. Keabadian manusia terwujud
disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan
menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai
kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang , dalam Daode Jing Bab 42:
Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yinyang
saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan
tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam
semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung Yinyang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.
Secara terminologi, Yin dan Yang diterjemahkan sebagai negatif dan positif.
Setiap benda bersifat dualisme yang terdiri dari unsur positif dan
unsur negatif. Benda yang tidak memiliki unsur negatif dan positif, itu
bermakna kosong dan hampa. Seperti halnya magnet, magnet mempunyai unsur
positif dan negatif, kedua-duanya bersifat saling melengkapi. Magnet
tanpa unsur positif, maka tidak terwujudnya unsur negatif. Itu bermakna
bahwa magnet tidak akan terwujud jika tidak memiliki kedua unsur
tersebut.
Kemudian Taoisme memiliki penekanan kuat terhadap keselarasan manusia
dengan Dao dan alam semesta. Dao dipandang mengatasi segala hal, baik
manusia maupun alam, dan sekaligus juga tersebar di dalam alam ini.[6]
Dalam Taoisme dikatakan bahwa manusia harus hidup menurut tata cara
alam (Dao), memahami hakikatnya, dan hidup selaras dengannya.[6]
Dao sebenarnya tidak dapat diberi nama, dan ia juga tidak dapat
dijelaskan dengan kata-kata. Dao yang sesungguhnya hanya dapat dipahami
dengan melalui kesadaran rohani manusia.[6] Akan tetapi, untuk dapat memudahkan orang mengerti akan Dao ini, maka Dao harus dijelaskan dengan kata-kata.[6] Dao secara harafiah dapat dikatakan sebagai "jalan setapak" atau "jalan".[6] Untuk dapat lebih memahami "jalan" ini, maka ada tiga makna yang dapat dipelajari:
1. Tao adalah Jalan dari Kenyataan Terakhir Dao tidak dapat ditangkap
karena melampaui jangkauan panca indera. Dao melampaui segala pikiran
dan khayalan. Oleh sebab itu, kata-kata tidak akan dapat menjelaskan Dao
yang sesungguhnya.[5]
Dao adalah yang maha besar dan merupakan azas totalitas segala benda
dan kehidupan. Dao adalah substansi yang mewujudkan segala benda,
termasuk makhluk hidup, juga merupakan sumber asal dari setiap awal dan
setiap akhir.[6]
Makna Dao yang pertama dan terdasar ini dapat diketahui, hanya melalui
kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.[5]
2. Tao adalah Jalan Alam Semesta Dao memiliki sifat transenden tetapi
juga imanen. Dao menjadi penggerak dari alam semesta ini, yaitu sebagai
kaidah, irama, dan kekuatan pendorong seluruh alam, dan juga sebagai
asas penata yang berada di belakang semua yang ada. Dao adalah roh yang
mendiami seluruh alam, sehingga ia menjadi “benda” dan bersifat imanen.[5]
3. Tao adalah Jalan Manusia Menata Hidupnya Dao juga memberikan
petunjuk kepada manusia mengenai kehidupan yang seharusnya dijalani oleh
manusia supaya selaras dengan cara bekerja alam semesta ini.[5] Hal ini berkaitan dengan ajaran-ajaran dan etika Taoisme lainnya.
4.2. Lambang Yin Yang
Lambang Yin Yang |
Lambang Yin Yang yang paling populer adalah lambang Xiantian Taiji atau Yinyang Yu diperkenalkan oleh Lai Zhide; tahun 1525~1604). Sejarah
pengkajian dan perkembangan lambang Yinyang dimulai pada masa Dinasti Song
hingga abad ke-15. Lambang Taoisme yang lainnya adalah Chentuan
dan Chou Dunyi , popularitas kedua lambang ini kedudukannya setelah
popularitas lambang Xiantian Taiji . Lambang asli dari Taoisme adalah
lambang Wuji oleh Chentuan pada awal Dinasti Song, kemudiannya
dimajukan oleh Chou Dunyi yang memperkenalkan lambang Taiji .
4.3. Pandangan tentang Wu Wei
Wu-wei dapat secara harafiah diterjemahkan dengan ‘tidak mempunyai kegiatan’ atau ‘tidak berbuat’.[7]
Istilah ini sesungguhnya tidak berarti sama sekali tidak ada kegiatan,
atau sama sekali tidak berbuat apapun, melainkan berarti berbuat tanpa
dibuat-buat dan tidak semau-maunya.[7] Karena wu-wei adalah sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam semesta.[7] Bersikap dibuat-buat dan semau-maunya berlawanan dengan sikap kodrati atau sikap yang wajar.[7]
Menurut teori Wu-wei, seseorang hendaknya membatasi
kegiatan-kegiatannya pada apa yang diperlukan dan apa yang kodrati atau
wajar.[7] Seperti dalam mencapai tujuan tertentu, jangan sampai berbuat berlebihan atau melakukan upaya semau-maunya.[7]
Dalam melakukan perbuatan ini, hendaknya orang mengambil kesederhanaan
sebagai prinsip hidup yang membimbingnya, sebab umat manusia mempunyai
terlampau banyak keinginan dan terlalu banyak pengetahuan.[7]
Mereka mencari kebahagiaan dengan cara memenuhi keinginan mereka. Akan
tetapi, ketika mereka berusaha memenuhi terlampau banyak keinginan,
mereka memperoleh hasil yang sebaliknya.[7]
Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan.[5]
Wu-wei merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan,
kesederhanaan, dan kebebasan; suatu kemampuan yang efektif, yang murni
di mana tidak ada gerak yang dihambur-hambur sekedar untuk dipamerkan ke
luar.[5] Jika Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah memaksa dan tidak pernah terlihat tegang.[5] Rahasianya terletak pada cara mencari ruang kosong dalam hidup dan alam, dan bergerak melaluinya.[5]
Chuang Tzu menjelaskan hal ini dengan ceritanya tentang seorang pejagal
yang pisaunya tidak pernah tumpul selama dua puluh tahun. Sewaktu
didesak untuk menjelaskan rahasianya, pejagal itu menjawab, “Dari antara
tulang-tulang pada setiap persendian selalu ada suatu ruang.[5]
Jika tidak demikian, tentu tidak akan ada gerakan. Dengan mencari ruang
ini dan meingisinya di situ, maka pisau saya dapat melalui
tulang-tulang itu tanpa menyentuhnya.”[5]
Gejala alam yang paling mirip dengan Tao dalam pandangan para penganut Taoisme adalah air.[5]
Mereka kagum dengan cara air yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dan mencari tempat-tempat yang terletak paling
rendah.[5] Air juga mempunyai kekuatan yang mampu meluluhkan batu karang dan menghanyutkan bukit-bukit.[5] Sifat luwes tak berhingga namun kokoh tanpa bandingan.[5] Itulah kebajikan air dan demikian juga kebajikan dari Wu-wei.[5]
Ciri yang terakhir adalah kejernihannya di saat ia tenang. Namun,
kejernihan hanya dapat tertangkap oleh mata batin jika kehidupan manusia
itu mencapai ketenangan yang diam dari suatu telaga yang dalam dan
hening.[5]
4.4. Pandangan tentang Manusia
Menurut pandangan Taoisme, hidup manusia sudah digariskan oleh ‘langit’.[6]
Manusia sudah memiliki jalannya masing-masing. Yang harus dilakukan
manusia hanya meneliti jalan itu dan mengikuti jejak itu tanpa coba
memaksakan pandangannya yang sempit, serta tanpa kehendak ingin
menyelewangkan diri dari yang alamiah demi keuntungan pribadi.[6] Sikap semacam itulah yang disebut dengan Wu Wei, yang artinya tidak mencampuri.[6] Wu-wei dapat juga diartikan ‘tidak berkeinginan’.[6]
Manusia dalam pandangan Taoisme, harus menghilangkan keinginannya, dan
mengikuti jalannya proses alam tanpa mencampuri proses itu.[6]
Menurut Taoisme, apabila manusia menjadi sombong dan melakukan hal di
luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat
membuatnya berduka atau menderita.[8]
Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan
memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan
padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya.[8]
Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus
menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai
ketentraman batin.[8]
Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut.
Apabila harta dibuang namun masih ada kemelekatan terhadapa harta
tersebut, maka sia-sia saja.[8] Karena itu buanglah kemelekatan terhadap harta dari diri manusia, dan harta benda harus digunakan untuk kepentingan sosial.[8]
Dengan demikian manusia tidak akan merasakan penderitaan akibat
kehilangan harta. Seperti tertulis dalam Daode Ching Bab 2 ayat 11b:
“…Oleh karena tidak mempunyai apa-apa, maka dia tidak pernah kehilangan
apa-apa.”[8]
Manusia yang mengikuti Dao tidak mencampuri hidup orang lain, dalam
arti ia tidak memaksakan orang lain membutuhkan, ia menolong mereka
menjadi bebas dengan mengikuti Dao.[6] Manusia yang baik adalah yang mampu mengikuti jalannya alam semesta sesuai dengan Dao.[6]
Jika manusia telah berhasil mengikuti jalan Dao, maka ia tidak perlu takut akan kematian.[6]
Kematian adalah sebuah proses alam dan manusia tidak dapat melawan
alam, oleh karena itu manusia tidak perlu taku atau cemas terhadap
kematian. Kematian hanya mengembalikan manusia kepada Dao.[6]
4.5. Etika Taoisme
Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur.[6]
Kehidupan yang alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang
memicu munculnya tiga buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam
kehidupannya, yaitu lemah lembut, rendah hati, dan menyangkal diri.[6] Kelemah-lembutan merupakan teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari kematian.[6] Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya saja.[6]
Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk yang lebih besar
daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada
selalu ingin memiliki.”[6]
Kemudian menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia
hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia.[6]
Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang
dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam
semesta.[6]
4.6. Perkembangan ajaran yang berdasarkan paham Taoisme
Bidang-bidang yang berkembang berdasarkan paham Taoisme, antara lain:
Taiji, Qigong, bidang kesehatan, Kimia, musik, dsb. Salah satu
perkumpulan Taoisme di Cina memiliki kumpulan kitab-kitab hasil kajian
Taoisme. Kitab-kitab tersebut berisikan rangkuman tentang ajaran asli
Taoisme, peraturan Taoisme, Qigong, kajian-kajian tentang kesehatan,
Kimia, musik dsb. [9]
5. Aliran-aliran Taoisme
Sebuah kuil Taoisme yang berarsitektur Cina di Cho Lon, Ho Chi Minh, Vietnam |
Perkembangan Taoisme selama 2000 tahun ini, telah berkembang menjadi beberapa aliran Taoisme. Aliran-aliran tersebut adalah:
- Wudoumi Dao
- Qingshui Dao
- Tianxing Pai
- Fulu Pai
- Qingwei Pai
- Lijia Dao
- Shangqing Pai
- Zhongxuanxie Pai
- Jingming Dao
- Taiyi Jiao
- Xuan Jiao
- Wudang Pai
- Zhong Pai
- Xi Pai
- Danding Pai atau , Jindan Daojiao)
- Yujun Dao
- Bojia Dao
- Lingbao Pai
- Donghua Pai
- Louguan Dao
- Lushan Pai
- Shengxiao Pai
- Dadao Jiao
- Yuxian Pai
- Quanzhen Dao
- Nanwu Pai
- Longmen Pai
- Pidong Zhong
- Dong Pai
6. Lihat
- Agama
- I Kuan Tao
- Zhuangzi
7. Referensi
- http://www.gb.taoism.org.hk/general-taoism/origin&formation-of-taoism/pg1-1-1-5.htm
- http://www.gb.taoism.org.hk/general-taoism/origin&formation-of-taoism/pg1-1-1-6.htm
- H.G. Creel. 1990. Alam Pikiran Cina: Sejak Confucius sampai Mao Zedong. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Hal. 103.
- Diane Morgan. 2001. The Best Guide to Eastern Philosophy and Religion. Los Angeles: Renaissance Books. Hal. 223-224.
- Huston Smith. 1999. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan OBOR.
- Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur. Yogyakarta: Jalasutra.
- Fung Yu-Lan. 1990. Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confucius sampai Han Fei Tzu. Yogyakarta: Liberty.
- Sutradharma Tj. Sudarman. 1998. Menjalani Kehidupan Buddhisme, Confuciusme dan Taoisme. Jakarta: Sunyata. Hal. 180-181.
- http://www.taoist.org.cn/jingdian
8. Pranala luar
- Diskusi Taoisme Indonesia
- Riwayat Lao Zi
- Pengkajian tempat lahir Laozi
- Laozi dan Gunung Laozi
- Tokoh-tokoh Taoisme
- Laozi
- Diskusi tentang Laozi
- Penemuan Daode Jing
- Laman Laozi
- Budaya Taoisme
- Cerita semasa Laozi meninggalkan Chuguo
- Taoisme
- Asal unsur Taoisme
- Taoisme sebelum Dinasti Qin
- Pemahaman tentang Agama Dao dan Daojia
- Belajar Daode
- Kitab-kitab Taoisme
- Penerangan Daode Jing
- Penerangan Maha Dewi Yao Chi
back to agama
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar