arifuddinali.blogspot.com - Bagaimana nasib Fatin Shidqia Lubis bila tak ada Twitter; Facebook; YouTube; dan, tentu saja, Tempo.co atau portal berita lainnya? Suara khas siswi SMA Negeri 97 Jakarta itu mungkin tak akan bertahan lama di acara X Factor Indonesia.
Benar, suara Fatin mirip penyanyi Cindy Lauper. Saat ia menyanyikan lagu Grenade milik Bruno Mars, banyak yang kelepek-kelepek karena terhipnotis oleh suaranya. “Bahaya itu suara. Mampus deh yang lain,” kata Mulan Jameela, juri babak audisi acara itu. Bahkan, video Fatin itu dipasang di situs resmi Bruno Mars. Betul juga, Rossa, sang mentor, pintar memoles suara Fatin. Dia juga cerdik memilihkan lagu yang cocok dengan suara Fatin yang sulit menjangkau nada tinggi.
Semua itu jelas besar artinya bagi Fatin. Namun, tetap tak segede makna banjir dukungan di Twitter, Facebook, dan YouTube. Lihatlah video Fatin di YouTube. Lima videonya masing-masing ditonton lebih dari sejuta kali. Videonya saat menyanyikan lagu Grenade, contohnya, ditonton 1.994.133 kali. Padahal video ini belum lama diunggah, yakni pada 18 Januari 2013. Bahkan, video yang sama, yang diunggah ulang pada 31 Januari 2013 dan digabungkan dengan gambar Bruno Mars, ditonton 2.112.346 kali. Selain itu, video Fatin saat membawakan lagu Pumped Up Kicks dilihat 1.371.755 kali, video Diamonds (Rihanna) tayang 1.204.108 kali, dan video lagu Pudar ditonton 1.066.111 kali.
Itu sebabnya dalam sembilan minggu ini Fatin bertahan di acara X Factor Indonesia. Padahal dia sempat melakukan beberapa kesalahan, seperti lupa lirik lagu.
Zaman memang berubah. Dulu artis hanya bisa terkenal bila bersuara bagus dan punya jam terbang tinggi. Kini, di era Twitter dan YouTube, orang bisa mendadak menjadi artis. Sekarang orang menonton televisi ditemani oleh BlackBerry, iPhone, atau ponsel Android di tangan. Saat ada acara menarik, mereka langsung mengirimkan pesan lewat Twitter. Dan lahirlah efek viral, yakni saat sebuah video menyebar di YouTube. Portal berita juga segera menyambarnya dan membuat liputan yang berlimpah. Tak aneh, dalam waktu yang pendek-Fatin hanya butuh sembilan minggu-nama artis baru terkerek.
Sebuah studi yang dilakukan Nielsen dan SocialGuide telah mencatat fenomena seperti Fatin. Ramainya percakapan di Twitter, kata dua lembaga itu, akan mendongkrak rating acara di televisi. “Kami melihat korelasi yang erat antara Twitter dan rating televisi,” kata Andrew Somosi, CEO SocialGuide.
Berdasarkan riset Nielsen dan SocialGuide, setiap kali ada sebuah acara TV ramai dibicarakan, rating acara itu meroket. Jika volume pembicaraan tentang sebuah acara meningkat 8,5 persen, rating pun naik 1 persen. Hal itu berlaku untuk penonton muda berusia 18-24 tahun. Bagi penonton dewasa berumur 35-49 tahun, setiap kali volume pembicaraan meningkat 14 persen, rating acara akan naik 1 persen.
Fenomena Fatin dan banjir “artis Twitter” seperti ini akan terus menghiasi layar kaca kita.(*)
Benar, suara Fatin mirip penyanyi Cindy Lauper. Saat ia menyanyikan lagu Grenade milik Bruno Mars, banyak yang kelepek-kelepek karena terhipnotis oleh suaranya. “Bahaya itu suara. Mampus deh yang lain,” kata Mulan Jameela, juri babak audisi acara itu. Bahkan, video Fatin itu dipasang di situs resmi Bruno Mars. Betul juga, Rossa, sang mentor, pintar memoles suara Fatin. Dia juga cerdik memilihkan lagu yang cocok dengan suara Fatin yang sulit menjangkau nada tinggi.
Semua itu jelas besar artinya bagi Fatin. Namun, tetap tak segede makna banjir dukungan di Twitter, Facebook, dan YouTube. Lihatlah video Fatin di YouTube. Lima videonya masing-masing ditonton lebih dari sejuta kali. Videonya saat menyanyikan lagu Grenade, contohnya, ditonton 1.994.133 kali. Padahal video ini belum lama diunggah, yakni pada 18 Januari 2013. Bahkan, video yang sama, yang diunggah ulang pada 31 Januari 2013 dan digabungkan dengan gambar Bruno Mars, ditonton 2.112.346 kali. Selain itu, video Fatin saat membawakan lagu Pumped Up Kicks dilihat 1.371.755 kali, video Diamonds (Rihanna) tayang 1.204.108 kali, dan video lagu Pudar ditonton 1.066.111 kali.
Itu sebabnya dalam sembilan minggu ini Fatin bertahan di acara X Factor Indonesia. Padahal dia sempat melakukan beberapa kesalahan, seperti lupa lirik lagu.
Zaman memang berubah. Dulu artis hanya bisa terkenal bila bersuara bagus dan punya jam terbang tinggi. Kini, di era Twitter dan YouTube, orang bisa mendadak menjadi artis. Sekarang orang menonton televisi ditemani oleh BlackBerry, iPhone, atau ponsel Android di tangan. Saat ada acara menarik, mereka langsung mengirimkan pesan lewat Twitter. Dan lahirlah efek viral, yakni saat sebuah video menyebar di YouTube. Portal berita juga segera menyambarnya dan membuat liputan yang berlimpah. Tak aneh, dalam waktu yang pendek-Fatin hanya butuh sembilan minggu-nama artis baru terkerek.
Sebuah studi yang dilakukan Nielsen dan SocialGuide telah mencatat fenomena seperti Fatin. Ramainya percakapan di Twitter, kata dua lembaga itu, akan mendongkrak rating acara di televisi. “Kami melihat korelasi yang erat antara Twitter dan rating televisi,” kata Andrew Somosi, CEO SocialGuide.
Berdasarkan riset Nielsen dan SocialGuide, setiap kali ada sebuah acara TV ramai dibicarakan, rating acara itu meroket. Jika volume pembicaraan tentang sebuah acara meningkat 8,5 persen, rating pun naik 1 persen. Hal itu berlaku untuk penonton muda berusia 18-24 tahun. Bagi penonton dewasa berumur 35-49 tahun, setiap kali volume pembicaraan meningkat 14 persen, rating acara akan naik 1 persen.
Fenomena Fatin dan banjir “artis Twitter” seperti ini akan terus menghiasi layar kaca kita.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar