Kehidupan (bdk. biota) adalah ciri yang membedakan objek yang memiliki isyarat dan proses penopang diri (organisme hidup) dengan objek yang tidak memilikinya,
baik karena fungsi-fungsi tersebut telah mati atau karena mereka tidak
memiliki fungsi tersebut dan diklasifikasikan sebagai benda mati.[3][4] Ilmu yang berkaitan dengan studi tentang kehidupan adalah biologi.
Organisme hidup mengalami metabolisme, mempertahankan homeostasis, memiliki kapasitas untuk tumbuh, menanggapi rangsangan, bereproduksi, dan—melalui seleksi alam—beradaptasi
dengan lingkungan mereka dalam generasi berturut-turut. Organisme hidup
yang lebih kompleks dapat berkomunikasi melalui berbagai cara. Sebuah susunan beragam dari organisme hidup (bentuk kehidupan) dapat ditemukan di biosfer di bumi, dan sifat-sifat umum dari organisme ini—tumbuhan, hewan, fungi, protista, archaea, dan bakteri—adalah bentuk sel berbasis karbon dan air, dengan organisasi kompleks dan informasi genetik yang bisa diwariskan.
Dalam filsafat dan agama,
konsepsi kehidupan dan sifatnya bervariasi. Keduanya menawarkan
interpretasi mengenai bagaimana kehidupan berkaitan dengan keberadaan
dan kesadaran, dan keduanya menyentuh isu-isu terkait, termasuk sikap
hidup, tujuan, konsep tuhan atau dewa, jiwa atau kehidupan setelah kematian.
1. Definisi
Untuk mendefinisikan "kehidupan" dalam istilah yang tegas masih merupakan tantangan bagi para ilmuwan dan filsuf. Mendefinisikan "kehidupan" adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses, bukan substansi murni.
Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh kehidupan yang
dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum, sehingga, dengan itu,
ilmuwan tidak akan melewatkan kehidupan yang mungkin secara mendasar
berbeda dari kehidupan di bumi.
1.1. Biologi
Karena tidak ada definisi tegas dari kehidupan, pemahaman saat ini
bersifat deskriptif: kehidupan merupakan ciri organisme yang menunjukkan
semua atau sebagian besar dari fenomena berikut, yaitu:
- Homeostasis: Pengaturan kondisi internal untuk mempertahankan keadaan konstan, misalnya, konsentrasi elektrolit atau mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu.
- Organisasi: Secara struktural terdiri dari satu atau lebih sel, yang merupakan satuan dasar kehidupan.
- Metabolisme: Transformasi energi dengan mengubah bahan kimia dan energi menjadi komponen selular (anabolisme) dan mengurai bahan organik (katabolisme). Makhluk hidup membutuhkan energi untuk mempertahankan organisasi internal (homeostasis) dan untuk menghasilkan fenomena lain yang terkait dengan kehidupan.
- Pertumbuhan: Pemeliharaan tingkat yang lebih tinggi dari katabolisme dan anabolisme. Organisme yang tumbuh bertambah dalam ukuran di semua bagian-bagiannya, bukan hanya sekadar mengumpulkan materi.
- Adaptasi: Kemampuan untuk berubah selama periode waktu dalam menanggapi lingkungan. Kemampuan ini merupakan hal mendasar untuk proses evolusi dan ditentukan oleh perwarisan watak organisme maupun komposisi zat yang di-metabolisme, dan berbagai faktor eksternal.
- Respon terhadap rangsangan: respon dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dari kontraksi organisme uniseluler terhadap bahan kimia eksternal, sampai dengan reaksi kompleks yang melibatkan semua indera organisme multiseluler. Tanggapan sering dinyatakan dengan gerak, misalnya, daun tanaman berbalik ke arah matahari (fototropisme) dan oleh kemotaksis.
- Reproduksi: Kemampuan untuk menghasilkan organisme individu baru, baik secara aseksual dari organisme orang tua tunggal, atau secara seksual dari dua organisme induk.
1.1.1. Usulan
Untuk mewakili fenomena minimum yang diperlukan, beberapa definisi biologis lain telah diusulkan, antara lain:
- Sebuah jaringan umpan balik negatif rendah (mekanisme regulasi) yang berada di bawah umpan balik positif yang lebih tinggi (potensi ekspansi, reproduksi)
- Definisi sistemik kehidupan adalah bahwa makhluk hidup bersifat mengorganisir diri dan autopoiesis (memproduksi sendiri). Variasi dari definisi ini mencakup definisi Stuart Kauffman sebagai agen otonom atau sistem multi-agen yang mampu mereproduksi dirinya sendiri atau diri mereka sendiri, dan menyelesaikan setidaknya satu siklus kerja termodinamika.
- Hidup adalah sistem kimia mandiri yang mampu menjalani evolusi Darwin.
- Hal-hal yang memiliki kemampuan untuk metabolisme dan pergerakan.
- Hidup adalah penundaan pembauran atau penyebaran spontan energi internal dari biomolekul menuju kondisi mikro yang lebih potensial.
- Makhluk hidup adalah sistem termodinamika yang memiliki struktur molekul yang terorganisir.
1.1.2. Virus
Virus influensa. |
Virus
lebih sering dianggap sebagai replikator daripada sebagai bentuk
kehidupan. Mereka telah digambarkan sebagai "organisme di tepi
kehidupan," karena mereka memiliki gen, berevolusi dengan seleksi alam, dan mereplikasi dengan menciptakan beberapa salinan dari diri mereka sendiri melalui perakitan diri. Namun, virus tidak bermetabolisme
dan memerlukan sel induk untuk membuat produk baru. Perakitan diri
virus dalam sel induk memiliki implikasi untuk studi asal usul
kehidupan, karena dapat mendukung hipotesis bahwa kehidupan dapat dimulai dari molekul organik yang bersifat merakit diri.
1.2. Biofisika
Ahli biofisika juga berkomentar tentang sifat dan kualitas dari bentuk-bentuk kehidupan—terutama bahwa mereka berfungsi pada entropi negatif. Secara lebih rinci, menurut fisikawan seperti John Bernal, Erwin Schrödinger, Eugene Wigner, dan John Avery, kehidupan adalah anggota dari kelas fenomena yang terbuka atau terus-menerus mampu menurunkan entropi internal mereka, dengan mengorbankan substansi atau energi bebas yang diambil dari lingkungan dan kemudian ditolak dalam bentuk terdegradasi.
1.3. Teori sistem kehidupan
Dalam beberapa dekade terakhir, sejumlah ilmuwan telah mengusulkan
beberapa teori sistem kehidupan yang bersifat umum yang diperlukan untuk
menjelaskan sifat dari kehidupan.Teori umum semacam itu, yang muncul dari ilmu ekologi dan biologi,
berupaya untuk memetakan prinsip-prinsip umum untuk bagaimana semua
sistem yang hidup bekerja. Alih-alih memeriksa fenomena dengan mencoba
memilah-milah berbagai hal ke dalam bagian-bagian komponennya, teori
sistem kehidupan yang umum menyelidiki fenomena dalam hal pola dinamis
dari hubungan organisme dengan lingkungan mereka.
1.3.1. Hipotesis Gaia
Gagasan bahwa bumi hidup sudah ada sejak dahulu, tetapi gagasan tersebut baru dikemukakan sebagai fakta ilmiah oleh ilmuwan Skotlandia, James Hutton, pada tahun 1785. Ia menyatakan bahwa bumi adalah superorganisme, dan bahwa penelitian yang tepat harus fisiologis. Hutton dikenang sebagai bapak geologi, tetapi gagasan tentang bumi yang hidup dilupakan dalam reduksionisme kuat dari abad ke-19. Hipotesis Gaia, yang awalnya diusulkan pada tahun 1960 oleh ilmuwan James Lovelock,
merupakan gagasan bahwa kehidupan di bumi berfungsi sebagai organisme
tunggal yang benar-benar mendefinisikan dan memelihara kondisi
lingkungan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.
1.3.2. Ketidakterpecahan
Robert Rosen
(1991) membuat asumsi bahwa kekuatan penjelas dari pandangan dunia
mekanistik tidak dapat membantu memahami sistem kehidupan. Salah satu
klarifikasi penting yang ia buat adalah untuk mendefinisikan komponen
sistem sebagai "sebuah satuan organisasi;. Bagian dengan fungsi, yaitu,
hubungan pasti antara bagian dan keseluruhan." Dari konsep ini dan
konsep awal lainnya, ia mengembangkan sebuah "teori relasional dalam
sistem" yang mencoba untuk menjelaskan sifat-sifat khusus dari
kehidupan. Secara khusus, ia mengidentifikasi "komponen
ketidakterpecahan dalam organisme" sebagai perbedaan mendasar antara
sistem kehidupan dan "mesin biologis."
1.3.3. Kehidupan sebagai sifat ekosistem
Sebuah pandangan sistem terhadap kehidupan memperlakukan alur
lingkungan dan alur biologi bersama-sama sebagai "timbal balik
pengaruh",
dan hubungan timbal balik dengan lingkungan ini bisa dibilang penting
untuk memahami kehidupan sebagaimana untuk memahami ekosistem.
Sebagaimana Harold J. Morowitz (1992) menjelaskan, kehidupan adalah
lebih berupa sifat dari sebuah sistem ekologi daripada suatu organisme
tunggal atau spesies.
Dia berpendapat bahwa definisi ekosistem dari kehidupan adalah lebih
dipilih untuk bidang biokimia atau fisika. Robert Ulanowicz (2009) juga
menggarisbawahi mutualisme sebagai kunci untuk memahami sistem,
menghasilkan perilaku kehidupan dan ekosistem.
2. Teori awal mengenai kehidupan
Pohon baobab di Madagaskar. |
Orang utan di Sumatra. |
Escherichia coli. |
2.1. Materialisme
Beberapa teori paling awal mengenai kehidupan bersifat materialis,
menyatakan bahwa semua yang ada adalah materi, dan bahwa semua
kehidupan pada dasarnya adalah bentuk atau pengaturan yang kompleks dari
materi. Empedokles
(430 SM) berpendapat bahwa setiap hal di alam semesta terdiri dari
kombinasi empat "elemen" abadi atau "akar dari semua": bumi, air, udara,
dan api. Semua perubahan dijelaskan oleh pengaturan dan penataan ulang
dari empat elemen tersebut. Berbagai bentuk kehidupan disebabkan oleh
campuran yang tepat dari unsur-unsur. Misalnya, pertumbuhan tanaman
disebabkan oleh gerakan ke bawah secara alami unsur bumi dan gerakan ke
atas secara alami dari api.
Demokritos (460 SM), murid Leukippos, berpikir bahwa karakteristik penting dari kehidupan adalah memiliki jiwa (psyche).
Sama seperti dengan penulis kuno lainnya, ia juga menggunakan istilah
tersebut untuk mengartikan prinsip makhluk hidup yang menyebabkan mereka
berfungsi sebagai makhluk hidup. Dia berpikir bahwa jiwa terdiri dari
atom api, karena hubungan nyata antara hidup dan panas, dan karena api
bergerak.
Dia juga menyatakan bahwa manusia pada awalnya hidup seperti binatang,
secara bertahap mengembangkan masyarakat untuk membantu sesama, memulai
bahasa, dan mengembangkan kerajinan dan pertanian. Dalam revolusi ilmiah abad ke-17, ide-ide mekanistik dihidupkan kembali oleh filsuf seperti René Descartes.
2.2. Hylemorfisme
Hylemorfisme adalah teori yang berasal dari Aristoteles
(322 SM) yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah kombinasi dari
materi dan bentuk. Aristoteles adalah salah satu penulis kuno pertama
yang melakukan pendekatan pada subjek hidup dengan cara ilmiah. Biologi
adalah salah satu minat utamanya, dan terdapat bahan biologi yang
ekstensif dalam tulisan-tulisannya. Menurut dia, segala sesuatu di alam
semesta material memiliki unsur materi dan bentuk. Bentuk dari suatu
makhluk hidup adalah jiwanya (dalam bahasa Yunani, psyche , Latin anima). Menurut Aristoteles, terdapat tiga macam jiwa, yaitu:
- "jiwa vegetatif" tanaman, yang menyebabkan mereka untuk tumbuh dan membusuk dan memelihara diri mereka sendiri, tetapi tidak menyebabkan gerakan dan sensasi
- "jiwa hewan" yang menyebabkan hewan untuk bergerak dan merasa;
- jiwa rasional yang merupakan sumber kesadaran dan penalaran yang (Aristoteles yakini) hanya ada pada manusia.
Setiap jiwa yang lebih tinggi memiliki semua atribut dari jiwa yang
lebih rendah. Aristoteles percaya bahwa walau materi bisa ada tanpa
forma, forma tidak bisa ada tanpa materi, sehingga jiwa tidak bisa ada
tanpa tubuh.
Penjelasan yang selaras dengan hylemorfisme adalah penjelasan teleologis
mengenai kehidupan. Sebuah penjelasan teleologis menjelaskan mengenai
fenomena dalam maksud atau arah tujuan dari fenomena tersebut. Maka,
warna putih beruang kutub dijelaskan dengan tujuan kamuflase. Arah
sebab-akibat semacam ini bersifat berlawanan dengan ilmu pengetahuan
materialistik, yang menjelaskan akibat dari penyebab sebelumnya. Ahli
biologi modern sekarang menolak pandangan fungsional ini dari segi
materi dan sebab-akibat: ciri biologis harus dijelaskan bukan dengan
melihat ke depan untuk hasil yang optimal di masa depan, tetapi dengan
melihat mundur ke masa lalu sejarah evolusi suatu spesies, yang mengarah
kepada seleksi alam dari objek yang dipertanyakan.
2.3. Vitalisme
Vitalisme adalah keyakinan bahwa prinsip-kehidupan pada dasarnya tidak material. Gagasan ini berasal dari Georg Ernst Stahl (abad ke-17), dan bertahan hingga pertengahan abad ke-19.. Vitalisme menjadi daya tarik bagi filsuf seperti Henri Bergson, Friedrich Nietzsche, Wilhelm Dilthey, ahli anatomi seperti Marie François Xavier Bichat, dan ahli kimia seperti Justus Liebig.
Vitalisme menyokong ide pemisahan fundamental antara bahan organik
dan anorganik, dan keyakinan bahwa materi organik hanya dapat berasal
dari makhluk hidup. Hal ini dibantah pada tahun 1828 ketika Friedrich Wöhler menyiapkan urea dari bahan anorganik. Sintesis Wöhler
tersebut dianggap sebagai titik awal kimia organik modern. Hal tersebut
merupakan peristiwa bersejarah, karena untuk pertama kalinya suatu
senyawa organik yang dihasilkan dari reaktan anorganik.
Kemudian, Hermann von Helmholtz, didahului oleh Julius Robert von Mayer,
menunjukkan bahwa tidak ada energi yang hilang dalam gerakan otot, yang
menunjukkan bahwa tidak ada "kekuatan vital" yang diperlukan untuk
menggerakkannya. Pengamatan empiris ini menyebabkan diabaikannya teori
vitalistik dalam sains, meskipun keyakinan ini tetap hidup dalam
teori-teori non-ilmiah seperti homeopati, yang menafsirkan bahwa berbagai penyakit disebabkan oleh gangguan pada kekuatan vital atau kekuatan hidup.
3. Asal-usul
Bukti menunjukkan bahwa kehidupan di bumi telah ada sekitar 3,7 miliar tahun.
Semua bentuk kehidupan yang dikenal punya mekanisme molekuler dasar,
dan berdasarkan pengamatan ini, teori-teori tentang asal-usul kehidupan
berupaya menemukan mekanisme yang menjelaskan pembentukan satu sel
organisme primordial dari mana semua kehidupan berasal. Ada berbagai
hipotesis yang berbeda tentang jalan yang dilalui dari molekul organik
sederhana melalui kehidupan pra-selular menuju protosel dan
metabolisme. Banyak model jatuh ke dalam kategori "gen pertama" atau
kategori "metabolisme-pertama", tetapi tren terbaru adalah munculnya
model hibrida yang menggabungkan kedua kategori.
Tak ada konsensus ilmiah mengenai bagaimana kehidupan bermula dan
semua teori yang diusulkan sangatlah spekulatif. Bagaimanapun juga,
kebanyakan model ilmiah yang diterima dibangun dengan satu atau lain
cara di atas hipotesis-hipotesis sebagai berikut:
- Percobaan Miller-Urey dan karya Sidney W. Fox yang menyatakan bahwa kondisi bumi yang primitif mungkin lebih mendukung reaksi-reaksi kimia yang menyintesiskan sebagian asam amino dan senyawa organik lainnya dari prekursor non-organik.
- Fosfolipid secara spontan membentuk lipid bilayer, struktur dasar dari membran sel.
Kehidupan seperti yang kita kenal sekarang ini menyintesis protein, yang merupakan polimer dari asam amino menggunakan instruksi yang dikodekan oleh gen-gen seluler—yang merupakan polimer dari asam deoksiribonukleat (DNA). Sintesis protein juga memerlukan perantara polimer asam ribonukleat (RNA). Salah satu kemungkinan adalah bahwa gen muncul pertama dan kemudian protein. Kemungkinan lain adalah bahwa protein muncul lebih dulu
dan lalu gen. Namun, karena gen diperlukan untuk membuat protein, dan
protein juga diperlukan untuk membuat gen, mempertimbangkan masalah yang
mana yang muncul lebih dulu seperti mempermasalahkan ayam atau telur.
Kebanyakan ilmuwan telah mengadopsi hipotesis bahwa karena DNA dan
protein berfungsi bersama-sama dengan intim, tampak tidak mungkin bahwa
mereka muncul secara independen. Oleh karena itu, banyak ilmuwan mempertimbangkan kemungkinan, yang tampaknya pertama kali diusulkan oleh Francis Crick,[46] bahwa kehidupan pertama berbasis pada perantara DNA-protein: RNA. Bahkan, RNA memiliki sifat penyimpanan informasi dan replikasi dan sifat katalitik dari beberapa protein yang mirip DNA. Crick dan ilmuwan lainnya mendukung hipotesis RNA-pertama bahkan sebelum sifat katalitik RNA telah ditunjukkan oleh Thomas Cech.
Sebuah masalah yang penting dalam hipotesis RNA-pertama adalah bahwa
eksperimenyang dirancang untuk menyintesis RNA dari prekursor sederhana
belum seberhasil seperti percobaan Miller-Urey yang menyintesis molekul
organik lainnya dari prekursor anorganik. Salah satu alasan dari
kegagalan membuat RNA di laboratorium adalah bahwa prekursor RNA sangat
stabil dan tidak bereaksi satu sama lain dalam keadaan ambien. Namun,
sintesis molekul RNA tertentu yang berhasil dalam keadaan yang diduga
sama seperti saat sebelum kehidupan muncul di Bumi telah dicapai dengan
menambahkan prekursor alternatif dalam urutan tertentu dengan prekursor fosfat dihadirkan selama reaksi. Penelitian ini membuat hipotesis RNA-pertama lebih masuk akal bagi banyak ilmuwan.
Percobaan terbaru telah menunjukkan evolusi Darwin sejati dari enzim RNA unik (ribozim) terdiri dari dua komponen katalitik terpisah yang mereplikasi satu sama lain secara in vitro. Dalam menjelaskan hal ini dari laboratoriumnya, Gerald Joyce menyatakan: "Ini adalah contoh pertama, di luar biologi, dari adaptasi evolusioner dalam sistem genetika molekuler." Percobaan tersebut membuat kemungkinan adanya dunia RNA primordial menjadi lebih menarik bagi banyak ilmuwan.
4. Kondisi kehidupan
Cyanobacteria mengubah komposisi bentuk kehidupan di Bumi dengan merangsang keanekaragaman hayati dan hampir memunahkan organisme-organisme yang tidak memerlukan oksigen. |
Keanekaragaman kehidupan di Bumi saat ini adalah hasil dari interaksi
dinamis antara kesempatan genetis, kemampuan metabolisme, tantangan
lingkungan, dan simbiosis. Hampir selama keberadaannya, lingkungan Bumi yang dapat dihuni telah didominasi oleh mikroorganisme dan berada di bawah metabolisme mereka dan evolusi. Sebagai akibat dari aktivitas mikroba tersebut pada skala waktu geologis, lingkungan fisik-kimia di Bumi telah berubah, sehingga menentukan jalan evolusi kehidupan berikutnya. Sebagai contoh, pelepasan oksigen molekular oleh cyanobacteria sebagai hasil tambahan fotosintesis
menyebabkan perubahan global. Lingkungan yang berubah menimbulkan
tantangan evolusi baru untuk organism yang ada saat itu, yang akhirnya
menagkibatkan pembentukan hewan dan tumbuhan di planet kita. Oleh sebab
itu "ko-evolusi" antara organisme dan lingkungan mereka tampaknya
merupakan ciri yang melekat dari sistem kehidupan.
4.1. Jangkauan ketahanan
Komponen lembam dari ekosistem adalah faktor fisis dan kimia yang
diperlukan untuk kehidupan—energi (sinar matahari atau energi kimia),
air, suhu, atmosfer, gravitasi, nutrisi, dan perlindungan dari radiasi matahari.
Dalam kebanyakan ekosistem kondisi-kondisi yang ada bervariasi
sepanjang hari dan sering berubah dari satu musim ke musim berikutnya.
Untuk hidup dalam banyak ekosistem , maka, organisme harus mampu
bertahan dalam berbagai kondisi, yang disebut "jangkauan ketahanan."
Di luar itu adalah "zona stres fisiologis," tempat kelangsungan hidup
dan reproduksi masih dimungkinkan tetapi tidak optimal. Di luar zona ini
adalah "zona ketidaktahanan," yang tidak memungkinkan organisme
tersebut untuk hidup. Telah ditentukan bahwa organisme yang memiliki
jangkauan ketahanan lebih luas akan lebih menyebar daripada organisme
dengan jangkauan ketahanan yang sempit.
4.2. Ekstremofili
Deinococcus radiodurans dapat bertahan dari paparan radiasi. |
Untuk bertahan hidup, beberapa mikroorganisme dapat mengambil bentuk yang memungkinkan mereka untuk tahan terhadap pembekuan, pengeringan mutlak, kelaparan,
tingkat paparan radiasi yang tinggi, dan tantangan fisik atau kimia
lainnya. Selain itu, beberapa mikroorganisme dapat bertahan terhadap
paparan kondisi seperti itu selama hitungan minggu, bulan, tahun, atau
bahkan abad.
Ekstremofili adalah bentuk-bentuk kehidupan mikroba yang berkembang di
luar rentang kehidupan yang biasa ditemukan. Mereka juga unggul dalam
pemanfaatan sumber energi yang tak biasa. Sementara semua organisme
tersusun dari molekul yang hampir identik, evolusi telah memungkinkan
mikroba tersebut untuk mengatasi berbagai kondisi fisik dan kimia yang
luas ini. Karakterisasi struktur dan keragaman metabolisme dari
komunitas mikroba di lingkungan yang ekstrem tersebut terus berlangsung.
Pemahaman tentang kegigihan dan fleksibilitas dari kehidupan di Bumi,
sebagaimana pemahaman tentang sistem molekuler yang dimanfaatkan
beberapa organisme untuk bertahan hidup di kondisi ekstrem, akan
memberikan landasan yang penting untuk mencari kehidupan di luar Bumi.
4.3. Unsur kimia yang diperlukan
Semua bentuk kehidupan membutuhkan unsur kimia tertentu yang diperlukan untuk fungsi biokimia. Unsur ini meliputi karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, fosfor, dan sulfur—makronutrisi untuk semua organisme Bersama, unsur-unsur ini membentuk asam nukleat, protein dan lipid, bagian besar dari materi hidup.
Hipotesis alternatif biokimia telah diajukan dengan menghilangkan
satu atau lebih dari unsur-unsur, dengan menukar suatu unsur dengan
unsur lain yang tidak ada dalam daftar, atau mengubah keulinan yang diperlukan atau sifat kimia lainnya.
5. Klasifikasi kehidupan
Delapan tingkat taksonomi dalam hierarki klasifikasi biologi, yang merupakan contoh dari definisi oleh genus dan differentia. Kehidupan dibagi menjadi domain-domain, yang dibagi dalam kelompok-kelompok lebih lanjut. Peringkat kecil menengah tidak ditampilkan. |
Secara tradisional, manusia telah membagi organisme ke dalam kelas
tumbuhan dan hewan, yang didasarkan terutama pada kemampuan mereka untuk
bergerak. Upaya pertama yang diketahui untuk mengklasifikasikan
organisme dilakukan oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM). Ia
menglasifikasikan semua organisme hidup yang dikenal saat itu sebagai
tanaman dan binatang. Aristoteles membedakan hewan dengan darah dari
hewan tanpa darah (atau setidaknya tanpa darah merah), yang bisa
dibandingkan dengan konsep vertebrata dan invertebrata. Ia membagi hewan berdarah ke dalam lima kelompok: hewan berkaki empat yang melahirkan (mamalia), burung, hewan berkaki empat yg bertelur (reptil dan amfibi), ikan dan paus. Hewan-hewan tanpa darah juga dibagi menjadi lima kelompok: cephalopoda, crustacea, serangga (yang juga termasuk laba-laba, kalajengking, dan kelabang, selain apa yang sekarang kita definisikan sebagai serangga), hewan bercangkang (seperti moluska dan kebanyakan echinodermata) dan "zoofit."
Meskipun karya Aristoteles dalam zoologi bukan tanpa kesalahan, itu
adalah sintesis biologis terbesar saat itu dan tetap menjadi otoritas
tertinggi selama berabad-abad setelah kematiannya.
Penjelajahan benua Amerika
mengungkapkan sejumlah besar tanaman dan hewan baru yang memerlukan
deskripsi dan klasifikasi. Di akhir abad ke-16 dan awal abad 17,
penelitian terhadap hewan dimulai dan secara bertahap diperluas sampai
membentuk bidang pengetahuan yang cukup untuk berfungsi sebagai dasar
anatomi bagi klasifikasi.
Pada akhir tahun 1740-an, Carolus Linnaeus memperkenalkan metodenya, yang masih digunakan, untuk merumuskan nama ilmiah dari setiap spesies.
Linnaeus berupaya untuk memperbaiki komposisi dan mengurangi panjang
dari nama yang terdiri dari banyak kata dengan menghapuskan retorika
yang tidak perlu, memperkenalkan ketentuan deskriptif baru dan
mendefinisikan maknanya dengan presisi yang belum pernah ada. Dengan
konsisten menggunakan sistem itu, Linnaeus memisahkan nomenklatur dari taksonomi. Konvensi penamaan untuk spesies ini disebut sebagai nomenklatur binomial.
Jamur pada awalnya dianggap sebagai tanaman. Untuk jangka pendek Linnaeus telah menempatkan mereka di kelompok Vermes dalam Animalia. Ia kemudian menempatkan mereka kembali di Plantae. Herbert Copeland menglasifikasikan jamur dalam Protoctista, sehingga menghindari masalah tetapi mengakui status khusus mereka. Masalah itu akhirnya dipecahkan oleh Robert Whittaker, ketika ia memberi mereka kerajaan sendiri dalam sistem lima kerajaannya. Ternyata, jamur lebih erat dengan hewan daripada tumbuhan.
Sebagaimana penemuan baru memungkinkan kita untuk mempelajari sel dan
mikroorganisme, kelompok baru kehidupan ditemukan, dan bidang ilmu biologi sel dan mikrobiologi diciptakan. Organisme baru ini awalnya dijelaskan secara terpisah dalam protozoa seperti hewan dan protofita / thalofita sebagai tumbuhan, tetapi dipersatukan oleh Ernst Haeckel dalam kerajaannya protista, kemudian kelompok prokariota dipisahkan dalam kerajaan Monera, dan akhirnya kerajaan ini akan dibagi dalam dua kelompok terpisah, bakteri dan Archaea, yang mengarah ke sistem enam kerajaan dan akhirnya ke sistem tiga domain saat ini.[64] Klasifikasi eukariota masih kontroversial, dan taksonomi protista masih bermasalah.
Sebagaimana mikrobiologi, biologi molekuler dan virologi dikembangkan, agen reproduksi non-selular ditemukan, seperti virus dan viroid.
Kadang-kadang entitas ini dianggap hidup tetapi ada yang berpendapat
bahwa virus bukan organisme hidup karena mereka tidak memiliki
karakteristik seperti membran sel, metabolisme
dan tidak tumbuh atau merespon lingkungan mereka. Namun Virus dapat
digolongkan menjadi "spesies" yang didasarkan pada biologi dan genetika,
tetapi banyak aspek dari klasifikasi tersebut tetap kontroversial.
Sejak tahun 1960 tren yang disebut kladistika muncul, yang mengatur taksa dalam pohon evolusi atau filogenetika. Tidak jelas, apakah hal ini harus diimplementasikan, bagaimana kode yang berbeda akan hidup berdampingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar