Lambang |
Moto: Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat)
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta. Di kota yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool, sekarang ITB)[2], menjadi ajang pertempuran pada masa kemerdekaan[3], serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955,[4] suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.[5]
Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah satu kota teraman di dunia berdasarkan survei majalah Time.[6]
Kota kembang
merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini
dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang
tumbuh disana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.[7] Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.
Kota Bandung Kota Kembang, Parijs Van Java dan "City Of Heritage" |
1. Geografi
Bendera Kota Bandung, berdasarkan Surat Keputusan DPRD Sementara Kota Besar Bandung nomor 9938/53 tanggal 8 Juni 1953. |
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa,[8]
secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa
Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut,
dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian
1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan
rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya
terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil
letusan Gunung Tangkuban Parahu.
Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu
juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian
selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan
bahan endapan tanah liat.
Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang
lembap dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata
200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.[9]
2. Sejarah
Pemandangan jalanan di Bandung (1908). |
Kata "Bandung" berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu
yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang
tua di Bandung mengatakan bahwa nama "Bandung" diambil dari sebuah
kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang
disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh
pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang
merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu,
lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan
cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda
tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sangkyang Tikoro.
Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah
Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat
berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk
pemukiman.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810
tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian
hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[11] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12]
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946,
sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian
dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.
3. Kependudukan
Tahun | Jumlah penduduk | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1941 | 226.877 | |||||||||||
1950 | 644.475 | |||||||||||
2005 | 2.315.895 | |||||||||||
2006 | 2.340.624 | |||||||||||
2007 | 2.364.312 | |||||||||||
2008 | 2.390.120 | |||||||||||
Sejarah kependudukan kota Bandung Sumber:[13] |
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, dan merupakan kota terbesar keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya dan Medan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila. Sekitar 76,53% penduduk Kota Bandung adalah etnis Sunda. Diikuti oleh suku Jawa (12,68%) yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah.[14] Orang-orang Sumatera, terutama orang Minang dan Batak merupakan etnis minoritas yang cukup besar di kota ini.[15]
Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan adanya sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia).[11] Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini[16] kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.[17]
4. Pemerintahan
Dalam administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh walikota. Sejak 2008, penduduk kota ini langsung memilih walikota beserta wakilnya dalam pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.
5. Pendidikan
Kota Bandung merupakan salah satu kota pendidikan, dan Soekarno, presiden pertama Indonesia, pernah menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda pada masa pergantian abad ke-20.
6. Kesehatan
Sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, kota Bandung memiliki sarana
pelayanan kesehatan yang paling lengkap di provinsi ini. Sampai tahun 2007, kota Bandung telah memiliki 30 unit rumah sakit dan 70 unit puskesmas yang tersebar di kota ini,[22]
di mana dari 17 unit rumah sakit tersebut diantaranya telah memiliki 4
pelayanan kesehatan dasar sedangkan selebihnya merupakan rumah sakit
khusus. Pelayanan kesehatan dasar tersebut meliputi pelayanan spesialis
bedah, pelayanan spesialis penyakit dalam, pelayanan spesialis anak
serta pelayanan spesialis kebidanan dan kandungan.
Dari jumlah tenaga medis yang tercatat di kota Bandung dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 86 orang tenaga medis untuk melayani 100.000 penduduk.
7. Perhubungan
Sampai pada tahun 2004, kondisi transportasi
jalan di kota Bandung masih buruk dengan tingginya tingkat kemacetan
serta ruas jalan yang tidak memadai, termasuk masalah parkir dan
tingginya polusi udara.[23]
Permasalahan ini muncul karena beberapa faktor diantaranya pengelolaan
transportasi oleh pemerintah setempat yang tidak maksimal seperti
rendahnya koordinasi antara instansi
yang terkait, ketidakjelasan wewenang setiap instansi, dan kurangnya
sumber daya manusia, serta ditambah tidak lengkapnya peraturan
pendukung.
7.1. Infrastruktur
Sampai tahun 2000
panjang jalan di kota Bandung secara keseluruhan baru mencapai 4.9 %
dari total luas wilayahnya dengan posisi idealnya mesti berada pada
kisaran 15-20 %.[24]
Pembangunan jalan baru, peningkatan kapasitas jalan dan penataan
kawasan mesti menjadi perhatian bagi pemerintah kota untuk menjadikan
kota ini menjadi kota terkemuka. Pada 25 Juni 2005, jembatan Pasupati resmi dibuka,[25] untuk mengurangi kemacetan di pusat kota,[26] dan menjadi landmark baru bagi kota ini. Jembatan dengan panjangnya 2.8 km ini dibangun pada kawasan lembah serta melintasi Ci Kapundung dan dapat menghubungkan poros barat ke timur di wilayah utara kota Bandung.
Kota Bandung berjarak sekitar 180 km dari Jakarta,[24] saat ini dapat dicapai melalui jalan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dengan waktu tempuh antara 1.5 jam sampai dengan 2 jam. Jalan tol ini merupakan pengembangan dari jalan Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi), yang sudah dibangun sebelumnya.
7.2. Angkutan kota dan Bus kota
Untuk transportasi di dalam kota, masyarakat Bandung biasanya menggunakan angkutan kota atau yang lebih akrab disebut angkot[27]. Selain itu, bus kota dan taksi juga menjadi alat transportasi di kota ini. Sedangkan sebagai terminal bus antarkota dan provinsi di kota ini adalah terminal Leuwipanjang untuk rute barat dan terminal Cicaheum untuk rute timur.
Pada 24 September 2009, TMB (Trans Metro Bandung) resmi beroperasi, walaupun sempat diprotes oleh sopir angkot setempat.[28]
TMB ini merupakan proyek patungan antara pemerintah kota Bandung dengan
Perum II DAMRI Bandung dalam memberikan layanan transportasi massal
dengan harga murah, fasilitas dan kenyamanan yang terjamin serta tepat
waktu ke tujuan.[29]
7.3. Pesawat
Kota Bandung memiliki sebuah pelabuhan udara yang bernama Bandar Udara Husein Sastranegara untuk menghubungkan kota ini dengan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Menado, Yogyakarta, Batam, Mataram, Makassar, Palembang, Pangkalpinang, Semarang, dan Medan. Sedangkan untuk rute luar negeri diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam.
7.4. Kereta api
Kota Bandung juga mempunyai stasiun kereta api yang setiap harinya melayani rute dari dan ke Jakarta, ataupun Semarang, Surabaya dan Yogyakarta, yaitu Stasiun Bandung untuk kelas bisnis dan eksekutif. Sedangkan Stasiun Kiaracondong melayani rute yang sama (kecuali Jakarta) untuk kelas ekonomi.
Selain 2 buah stasiun tersebut, terdapat 5 stasiun KA lain yang merupakan stasiun khusus peti kemas, yakni Gedebage, Cimindi, Andir, Ciroyom dan Cikudapateuh.
8. Pelayanan publik
Pada tahun 2008, pemerintah merencanakan pembangunan Pusat Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Gedebage[30], namun sempat diprotes warga setempat. Dan baru pada tahun 2010
wacana pembangunan PLTSa ini kembali digulirkan, dimana tendernya akan
dilakukan pada November 2010 dan proyek ini akan dimulai pada awal 2011 dan diperkirakan selesai pada akhir 2012.[31]
Sementara untuk melayani kebutuhan akan air bersih, pemerintah kota
melalui PDAM kota Bandung saat ini baru mampu memasok air untuk 66 %
dari total jumlah penduduknya.[32]
Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya debit air baku, baik sumber
air dalam tanah maupun mata air. Sementara itu penggunaan sumber air
dalam tanah di kota ini sudah memainkan penting dalam pemenuhan
kebutuhan air minum sejak dimulai pembangunan kota ini di akhir abad
ke-19, namun seiring dengan perkembangan kota terutama berkembangnya
industri serta ditambah kurangnya regulasi dalam konservasi sumber air
sehingga menjadikan masalah air minum semakin rumit dan perlu
penangganan khusus.[33]
Saat ini sebagian besar sumur artesis milik PDAM, tidak lagi
berfungsi termasuk andalan utama pasokan air baku dari Sungai Cisangkuy
yang berasal dari Sungai Cilaki melalui Situ Cipanunjang dan Situ
Cileunca.[34]
Selain itu pendistribusian air pada masyarakat kadangkala dilakukan
secara bergilir dan juga air yang didistribusikan kotor dan keruh pada
jam-jam tertentu.[35]
9. Perekonomian
Pada awalnya kota Bandung sekitarnya secara tradisional merupakan kawasan pertanian,
namun seiring dengan laju urbanisasi menjadikan lahan pertanian menjadi
kawasan perumahan serta kemudian berkembang menjadi kawasan industri
dan bisnis, sesuai dengan transformasi ekonomi kota umumnya. Sektor perdagangan dan jasa saat ini memainkan peranan penting akan pertumbuhan ekonomi kota ini disamping terus berkembangnya sektor industri. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2006,
35.92 % dari total angkatan kerja penduduk kota ini terserap pada
sektor perdagangan, 28.16 % pada sektor jasa dan 15.92 % pada sektor
industri. Sedangkan sektor pertanian hanya menyerap 0.82 %, sementara
sisa 19.18 % pada sektor angkutan, bangunan, keuangan dan lainnnya.[36]
Pada triwulan I 2010, kota Bandung dan sebagian besar kota lain di
Jawa Barat mengalami kenaikan laju inflasi tahunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.[37]
Sebagai faktor pendorong inflasi dapat dipengaruhi oleh kebijakan
moneter, yang berupa interaksi permintaan-penawaran serta ekspektasi
inflasi masyarakat. Walaupun secara keseluruhan laju inflasi pada kota
Bandung masih relatif terkendali. Hal ini terutama disebabkan oleh
deflasi pada kelompok sandang, yaitu penurunan harga emas perhiasan.
Sebaliknya, inflasi Kota Bandung mengalami tekanan yang berasal dari
kelompok transportasi, yang dipicu oleh kenaikan harga BBM non subsidi
yang dipengaruhi oleh harga minyak bumi di pasar internasional.
Sementara itu yang menjadi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) kota Bandung masih didominasi dari penerimaan hasil pajak daerah
dan retribusi daerah, sedangkan dari hasil perusahaan milik daerah atau
hasil pengelolaan kekayaan daerah masih belum sesuai dengan realisasi.
10. Pariwisata dan budaya
Jalan Asia-Afrika |
Trans Studio Bandung |
Center Bandung from Dago Highland |
Sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari Jakarta
sekitarnya. Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga
dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berarsitektur peninggalan
Belanda, diantaranya Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat, Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi gubernur provinsi Jawa Barat, Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds sekarang digunakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII Ditjen Pembendaharaan Bandung[38], Villa Isola sekarang digunakan Universitas Pendidikan Indonesia, Stasiun Hall atau Stasiun Bandung dan Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung.
Kota Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung pertunjukan dan galeri diantaranya Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955,[39] Museum Sri Baduga, yang didirikan pada tahun 1974 dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega,[40] Museum Geologi Bandung, Museum Wangsit Mandala Siliwangi, Museum Barli, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Gedung Indonesia Menggugat dahulunya menjadi tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan Belanda, Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) dan Rumentang Siang.
Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat diminati oleh masyarakat terutama pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang ini diresmikan pada tahun 1933 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari.[41] Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga,
kawasan Cihampelas, Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah
dengan pedagang tekstilnya. Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar
di kota Bandung, beberapa di antaranya Istana Plaza Bandung, Bandung Indah Plaza, Paris Van Java Mall, Cihampelas Walk, Bandung Supermal, Bandung Trade Center, Plaza Parahyangan, Balubur Town Square, Dago Plaza dan Metro Trade Centre. Terdapat juga pusat rekreasi modern dengan berbagai wahana seperti Trans Studio Resort Bandung yang terletak pada lokasi yang sama dengan Bandung Super Mall.
Sementara beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di
kota ini diantaranya Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi
kuliner khususnya tutug oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini.[42] Selain itu Cireng juga telah menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara Peuyeum sejenis tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi, secara luas juga dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa.
Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan
sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah
didirikan dalam memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut,
diantaranya Monumen Perjuangan Jawa Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy, Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Cikutra.
11. Olahraga
Masyarakat kota Bandung dan sekitarnya merupakan pengemar fanatik dengan sebutan bobotoh untuk Persib Bandung , yaitu sebuah klub sepak bola yang bermain di kompetisi Liga Super Indonesia, klub ini menggunakan Stadion Siliwangi sebagai markas dan tempat untuk laga kandang, namun pada pada musim kompetisi LSI 2009-2010 Stadion Si Jalak Harupat
juga digunakan klub ini untuk pertandingan kandang. Selain itu di kota
ini terdapat juga beberapa klub sepak bola lain yang bermain di
kompetisi Divisi 3 Liga Indonesia seperti Bandung Raya dan Saint Prima Bandung. Garuda Flexi merupakan sebuah klub basket yang bermarkas di kota ini dan bermain pada kompetisi IBL.
12. Kuliner
- Batagor
- Brownies Amanda
- Surabi
- Peuyeum
- Cendol
- Surabi
- Oncom
- Peuyeum Bandung
- Colenak
- Cireng
- Karedok
- Lotek
- Bandrek
- Bajigur
- Ketan Bakar
- Bandros
- Bala-bala (bakwan)
- Gehu (toge tahu)
- De Risol
- Comro (Oncom di Jero)
- Cireng (aci di goreng)
- Cimol (aci di gemol)
- Cilok (aci di colok)
13. Pers dan media
Pada masa awal kemerdekaan, sekitar bulan September 1945, para pemuda di kota Bandung mengambil alih dengan paksa sebuah surat kabar milik tentara pendudukan Jepang yang sebelumnya bernama Tjahaya dan kemudian menjadi Soeara Merdeka, surat kabar ini sempat terbit setiap hari 4 halaman sampai pada bulan Oktober 1945, sebelum pindah ke kota Tasikmalaya karena tekanan tentara Sekutu waktu itu[43].
Sekarang ini beberapa surat kabar yang masih menjadikan kota Bandung sebagai pusat penerbitannya diantaranya Pikiran Rakyat,[44] Galamedia,[45] Tribun Jabar,[46] Radar Bandung[47] dan Bandung Ekspres.[48]
Kota Bandung juga memiliki beberapa stasiun televisi diantaranya, TVRI Jawa Barat, Bandung TV, Parijz Van Java TV, CT Channel, IMTV, Paris Van Java TV, MQTV, Spacetoon dan STV Bandung.[49] Selain itu terdapat juga beberapa stasiun pemancar radio diantaranya RRI Bandung, dan sekitar 39 buah stasiun pemancar radio swasta yang tergabung dalam PRSSNI.[50]
14. Musik dan hiburan
Menurut beberapa pengakuan, Bandung memang merupakan gudangnya para
seniman Indonesia. Setiap waktu kota ini selalu melahirkan beberapa
seniman terkenal.
Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional masyarakat Sunda di kota ini dan Jawa Barat pada umumnya, alat musik ini terbuat dari bahan bambu.
Bandung banyak melahirkan penyanyi dan grup musik besar di tanah air.
Sejumlah grup musik besar yang dibentuk di Bandung antara lain Peterpan, The Titans, ST 12, Sm*sh, Cokelat, Burgerkill, The Sigit, Pas Band, Mocca, G-Pluck Band dan The Changcuters. Penyanyi dari Bandung antara lain: Sule, Nazril Irham alias Ariel, Nicky Astria dan Nike Ardilla. Dan masih banyak lagi musisi asal Bandung yang terkenal di kancah Nasional maupun Internasional.
15. Kota kembar
Kota-kota lain yang menjadi bagian dari proyek kota kembar dari kota Bandung adalah:- Fort Worth, Amerika Serikat
- Braunschweig, Jerman
- Bari, Italia
- New South Wales, Australia
- Bega Valley, Australia
- Hamamatsu, Jepang
- Yingko, Cina
- Luizhou, Cina
- Topolcianky, Slowakia
- Cebu, Filipina
- Suwon, Korea Selatan
16. Rujukan
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- Yat, H.Y., (1973), Development of higher education in Southeast Asia: problems and issues, Regional Institute of Higher Education and Development.
- Toer, K.S., Kamil, E., (1999), Kronik revolusi Indonesia, Vol. 1, Kepustakaan Populer Gramedia, ISBN 978-979-9023-27-8.
- Plummer, B.G., (2003), Window on freedom: race, civil rights, and foreign affairs, 1945-1988, UNC Press, ISBN 978-0-8078-5428-0.
- See, S.T., Acharya, A., (2009), Bandung Revisited: The Legacy of the 1955 Asian-African Conference for International Order, NUS Press, ISBN 978-9971-69-393-0.
- Rafael V. L., Mrázek R., (1990), Figures of criminality in Indonesia, the Philippines, and colonial Vietnam, SEAP Publications, ISBN 978-0-87727-724-8.
- Suherman, S.A., (2009), Made in Bandung, DAR! Mizan, ISBN 978-979-752-872-0.
- Suganda, Her, (2007), Jendela Bandung: pengalaman bersama Kompas, Penerbit Buku Kompas, ISBN 978-979-709-335-8.
- www.bandung.go.id Iklim dan Wilayah (diakses pada 14 Juli 2010)
- "Bandung Dalam Angka tahun 2003" (pdf). www.bandung.go.id. 3 April 2003. Diakses pada 15 Juli 2010.
- Edi Suhardi Ekajati, Sobana Hardjasaputra, Ietje Mardiana, (1985), Sejarah Kota Bandung, 1945-1979, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
- www.ar.itb.ac.id Bandung Colonial City Revisited (diakses pada 14 Juli 2010)
- jabar.bps.go.id Jumlah Penduduk Kota Bandung
- Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore, 2003
- Mely G. Tan, Budi Suradji; Ethnicity and fertility in Indonesia; Singapura, 1985
- Oey E., (2001), Java, Tuttle Publishing, ISBN 962-593-244-5
- Sariyun, Y., Martodirdjo, H.S., (1993), Pembinaan disiplin di lingkungan masyarakat kota di Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
- us.bandung.detik.com Anggota DPRD Kota Bandung (diakses pada 16 Juli 2010)
- www.infoanda.com 45 Anggota DPRD Kota Bandung Dilantik (diakses pada 16 Juli 2010)
- www.lintasberita.com Anggota DPRD Kota Bandung Dilantik (diakses pada 16 Juli 2010)
- nisn.jardiknas.org Data Siswa
- www.depkes.go.id Profil kesehatan kota Bandung (diakses pada 15 Juli 2010)
- Sihombing, J., (2004), Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kinerja pelaksanaan administratif Badan Koordinasi Transportasi Jalan (Bakortrans Jalan) kota Bandung, Skripsi, Departemen Teknik Planologi, ITB.
- Kartajaya, Hermawan, (2005), Attracting tourists, traders, investors: strategi memasarkan daerah di era otonomi, Gramedia Pustaka Utama, ISBN 978-979-22-1284-6.
- diskimrum.jabarprov.go.id Jalan Layang Pasupati Belum Atasi Kemacetan (diakses pada 22 Juli 2010)
- pustaka.pu.go.id Jembatan Layang Pasopati (diakses pada 22 Juli 2010)
- Berkmoes, R.V., (2010), Lonely Planet Indonesia, Lonely Planet, ISBN 978-1-74104-830-8
- metrotvnews.com Trans Metro Bandung Dioperasikan (diakses pada 22 Juli 2010)
- Polisi Kawal Operasi Perdana Trans Metro Bandung (diakses pada 22 Juli 2010)
- www.antaranews.com Menristek Canangkan Pembangunan PLTSa Gedebage (diakses pada 15 Juli 2010)
- www.apeksi.or.id PLTSa Gedebage Baru Selesai 2012 (diakses pada 15 Juli 2010)
- www.pambdg.co.id Cakupan Layanan (diakses pada 15 Juli 2010)
- Chilton J., (1999), Groundwater in the Urban Environment: Selected city profiles, Taylor & Francis, ISBN 978-90-5410-924-2.
- www.bandung.go.id PDAM Kota Bandung Upayakan Pelestarian Kawasan Sumber Air Baku (diakses pada 15 Juli 2010)
- www.pikiran-rakyat.com PDAM Kota Bandung Terkendala Mata Air (diakses pada 15 Juli 2010)
- jabar.bps.go.id Tenaga Kerja (diakses pada 16 Juli 2010)
- www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2010 (diakses pada 16 Juli 2010)
- www.perbendaharaan.go.id Kanwil XII Ditjen PBN Bandung (diakses pada 16 Juli 2010)
- www.asianafrican-museum.org Gedung Merdeka (The Venue of the Asian African Conference) (diakses pada 16 Juli 2010)
- www.museum-indonesia.net Museum Sri Baduga (diakses pada 20 Juli 2010)
- www.bandungtourism.com Yayasan Margasatwa Tamansari (Jubileumpark), Museum & Pendidikan (diakses pada 20 Juli 2010)
- www.klik-galamedia.com Week-end Frestival Kembangkan Potensi Kuliner Kota Bandung (diakses pada 20 Juli 2010)
- Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia, Jurnal sejarah: pemikiran, rekonstruksi, persepsi, Yayasan Obor Indonesia, ISSN 1858-2117.
- www.pikiran-rakyat.com Pikiran Rakyat
- www.klik-galamedia.com Galamedia
- www.tribunjabar.co.id Tribun Jabar
- radarbandung.co.id Radar Bandung
- bandungekspres.com Bandung Ekspres
- www.bandung.go.id Media elektronik (diakses pada 16 Juli 2010)
- PRSSNI Cab. Jabar (diakses pada 16 Juli 2010)
17. Terkait
- Wilayah Metropolitan Bandung
18. Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi kota Bandung
- (Indonesia) Situs web resmi Dinas Pariwisata Kota Bandung
- (Indonesia) Bandung di situs web SundaNet
- (Indonesia) Twitter Info Bandung di Twitter
- (Indonesia) Akomodasi - Properti Bandung
- (Indonesia) Informasi terpadu kawasan Bandung Utara
- (Indonesia) Informasi jadwal kereta api di stasiun Bandung
- (Inggris) Situs web wisata Bandung berbahasa Inggris
Walikota
E.A. Maurenbrecher (1906–1907) • R.E. Krijboom (1907–1908) • J.A. van Der Ent (1909–1910) • J.J. Verwijk (1910–1912) • C.C.B. van Vlenier (1912–1913) • B. van Bijveld (1913–1920) • Bertus Coops (1920–1921), (1928–1934) • S.A. Reitsma (1921–1928) • Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr (1929–1935) • Mr. J.M. Wesselink (1936–1941) • R. Ating Atmadinata (1941–1945) • R. Sjamsurizal (1945–1947) • Ir. Oekar Bratakoesoemah (1947–1949 ) • R. Enoch (1949–1957) • R. Priatna Kusumah (1957–1966) • R. Didi Djukardi (1966–1968) • R. Hidayat Sukarmadidjaja (1968–1970) • R. Otje Djoendjoenan Setiakusumah (1971–1976) • H.Utju Djoenaedi (1976–1978) • R. Husen Wangsaatmadja (1978–1983) • H. Ateng Wahyudi (1983–1988–1993) • H. Wahyu Hamidjaja (1993–1998) • H. Aa Tarmana (1998–2003) • H. Dada Rosada (2003–2008, 2008–2013)
HOTEL:
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar