Pemandangan Kota Ternate dengan latar Gunung Gamalama |
SUKU TERNATE
Suku Ternate bertempat tinggal di Pulau Ternate. Pulau ini termasuk di dalam wilayah propinsi Maluku Utara dengan ibukotanya Kota Ternate. Selain berdiam di pulau asalnya, orang Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di pulau Bacan dan pulau Obi yang termasuk wilayah kabupaten Halmahera Tengah, serta wilayah lain di dalam dan di luar Propinsi Maluku Utara.
1. Bahasa Ternate
Orang Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para
ahli berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera
Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia.
2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan. Dalam bidang
pertanian mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu,
dan ubi jalar. Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkeh, kelapa
dan pala. Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai
sejarah panjang di Ternate. Cengkeh merupakan daya tarik yang mengundang
kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini. Selain itu, orang-orang Ternate
juga dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung.
3. Pola Pemukiman
Pemukiman penduduk umumnya membentang di sepanjang garis pantai.
Rumah-rumah mereka dibangun di sepanjang jalan-jalan dan sejajar dengan
garis pantai di daerah perkotaan. Struktur bangunannya beraneka ragam
sesuai dengan gaya para pendatang dari luar Halmahera di perdesaan. Di
pedesaan, rumah-rumah penduduk terbuat dari rumput ilalang.
3. Agama
Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam
kelompok-kelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku
Ternate dipimpin oleh mamole. Seiring dengan masuknya Islam. mamole ini
bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian,
setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah
menjadi kesultanan. Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan
teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan
agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur
kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula
lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun
hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan Ternate
tampak bangkit kembali.
Umumnya orang Ternate beragama Islam. Di masa lalu kesultanan
merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Indonesia
bagian Timur. Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam
modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah ini
yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga
bidang utama bagi orang Ternate. Selama ini, dari tiga kekuatan utama
tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran.
Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya
seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan
lain-lain. Hal ini menjadi sektor pariwisata sangat potensial untuk
dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun
akomodasi yang memadai.
Pulau Ternate adalah sebuah kecamatan di Kota Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
Pemandangan pulau Ternate di tahun 1880-an (litografi |
KOTA TERNATE
Kota Ternate adalah sebuah kota yang berada dibawah kaki gunung api Gamalama pada sebuah Pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara, Indonesia.
Ternate menjadi satu kota otonom sejak 4 Agustus 2010, dan menjadi Ibukota sementara Provinsi Maluku Utara sampai Sofifi yang menjadi ibukotanya di Pulau Halmahera siap secara infrastruktur.
1. Sejarah
Sejarah kota ini bermula dengan adanya Kesultanan Ternate yang berdiri sekitar abad ke-13 di Pulau Ternate, yang menjadikan kawasan kota ini sebagai pusat pemerintahannya.
Kornelis Matelief de Jonge pada tahun 1607 membangun sebuah benteng pada kawasan kota ini, yang dinamakan Fort Oranje dan sebelumnya bernama Malayu.[2]
2. Geografi
Kota Ternate merupakan kota kepulauan yang memiliki luas wilayah 547,736 km², dengan 8 pulau. Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau, dan Pulau Tifure merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida merupakan pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.
Kondisi topografi Kota Ternate dengan sebagian besar daerah bergunung
dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang dengan
kondisi jenis tanah Rogusal ( Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan Rensika
(Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida).
Kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman
ketinggian dan permukaan laut antara 0-700 m dpl.
Iklim Kota Ternate sangat dipengaruhi oleh iklim laut dan memiliki
dua musim yang seringkali diselingi dengan dua kali masa pancaroba
disetiap tahunnya.
3. Kependudukan
Tahun 1829 - 36.000 jiwa
Tahun 1885 - 71.934 jiwa
Tahun 2004 - 151.758 jiwa
Tahun 2005 - 163,166 jiwa
Tahun 2010 -
4. Pariwisata
Beberapa tempat wisata alam yang menarik, antara lain Pantai Sulamadaha, Danau Laguna, Danau Tolire, Pantai Bobane Ici, Batu Angus. Keraton kesultanan Ternate juga berdiri kokoh di kota ini, terletak di Salero menghadap ke arah timur berhadapan dengan pulau Halmahera.
Pusat tempat makanan di kota ini terletak di Swering,
tepat berada di lapangan di depan Kantor Gubernur Provinsi Maluku
Utara, namun hanya beraktivitas selepas sore hingga tengah malam.
5. Perhubungan
Bandar Udara Sultan Babullah
merupakan sarana transportasi udara di Kota Ternate. Beberapa maskapai
penerbangan yang melayani jalur ini antara lain Garuda Indonesia,
Sriwijaya Air, Batavia Air, Wings Air (Group Lion Air), Merpati Airlines, Express Air dan Trigana Air. Penerbangan melalui kota Makassar, Manado maupun Sorong.
Kota ini juga memiliki pelabuhan laut A. Yani dengan jalur pelayaran yang dilalui kapal Pelni dua kali perminggu. Dua perusahaan ekspedisi kapal angkutan adalah Mentari dan Tanto.
Transportasi darat di kota ini menggunakan angkutan penumpang dengan mobil Suzuki Carry. Sejak akhir tahun 2005 telah mulai beroperasi armada taksi milik swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit.
Untuk menyeberang ke pulau-pulau sekitar seperti Halmahera, Tidore, Hiri, Moti, Meitara, dapat menggunakan perahu kecil dari fiberglass yang umum di sebut Speed dengan tarif mulai Rp.8.000,-
6. Khas daerah
Maluku Utara memiliki berbagai makanan khas daerah antara lain popeda (sagu), ketam kenari, halua kenari, bagea serta hasil olahan ikan seperti ikan asap (ikan Fufu), gohu ikan, Ikan garu rica dan lain-lain.
Perhiasan dari daerah ini adalah mutiara laut dan batu bacan.
7. Rujukan
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- www.sil.si.edu Ternate
- www.ternatekota.go.id Demografi
Rumah di pulau Ternate (tahun 1910-an) |
Benteng Tolukko di pulau Ternate (tahun 1930-an) |
Rumah Belanda di Ternate di sekitar tahun 1920-an |
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar