Jantung adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang.
DAFTAR
- Seks yang Aman Setelah Serangan Jantung
- Adakah Hubungan Kopi dan Serangan Jantung?
- Berhenti Merokok Alangkah Sulitnya
- Obesitas Terkait Langsung Penyakit Jantung
- Begini Cara Sinar Matahari Cegah Serangan Jantung
- Wanita Sakit Jantung Lebih Mungkin Lahirkan Bayi Perempuan
- Tak Terbukti, Radang Gusi Picu Sakit Jantung
- Bersikap Optimistis Bikin Jantung Sehat
- Suplemen Omega-3 Tak Cegah Serangan Jantung
- 10 Pekerjaan Berbahaya Bagi Jantung
- Pedasnya Cabai Sehatkan Jantung
- Penyakit Jantung dan Diabetes Ancam Bayi Gemuk
- Kurang dan Kelebihan Tidur Dapat Merusak Jantung
- Inilah Bakteri Mulut Penyebab Sakit Jantung
- Ngorok Perlu Diobati Agar Jantung Pulih
- Sulit Tidur Pada Pasien Jantung
- Mendengkur Bisa Membunuh Diam-diam
- Keluhan Sesak Belum Tentu Sakit Jantung
- Jantung Kuat Berkat Rutin Naik Tangga
- 5 Tanda Jantung Anda Bermasalah
- 5 Fakta tentang Kesehatan Jantung Wanita
- Menggoreng dengan Minyak Zaitun Aman bagi Jantung
- Si Jangkung Beresiko Rendah Gagal Jantung
1. Seks yang Aman Setelah Serangan Jantung
Aktivitas seksual bukanlah larangan bagi mereka yang pernah terkena
serangan jantung. Menurut para ahli, pasien yang aktif secara seksual
sebelum menderita serangan jantung masih dapat melakukan hubungan seks
dengan aman apabila menerima saran dan arahan yang benar dari tenaga
medis (dokter) sebelum meninggalkan rumah sakit.
Riset di Amerika Serikat menunjukkan, banyak pria dan wanita yang takut melakukan hubungan seks pascaserangan jantung. Sehingga tidak mengherankan bila frekuensi aktivitas seksual cenderung menurun tajam, terutama selama setahun setelah mengalami serangan jantung atau infark miokard akut (AMI).Penelitian menunjukkan, banyak pasien yang mengaku tidak mendapatkan saran atau nasihat medis mengenai akitivitas seks dari dokter sebelum pulang dari rumah sakit. Alhasil, mereka pun ragu apakah perlu menahan diri untuk tidak dulu melakukan hubungan seks dengan pasangan.
Dalam sebuah survei terhadap 1.879 pasien serangan jantung, kurang dari 50 persen pasien pria dan sepertiga pasien wanita yang mengaku mendapat instruksi dari dokter tentang kapan mereka dapat melanjutkan aktivitas seksual sepulangnya dari rumah sakit. Bahkan, hanya 41 persen pria dan 24 persen wanita pasien yang melaporkan pernah berdiskusi dengan dokter tentang seks setelah mengalami serangan jantung.
Setahun pascaserangan jantung, lebih dari dua pertiga pasien pria melakukan aktivitas seksual, dan sekitar 40 persen wanita kembali melakukan hubungan seks. Pasien wanita tercatat lebih sering ketimbang pria melaporkan kehilangan aktivitas seksual setahun pascaserangan jantung jika tidak mendapatkan informasi tentang kapan mereka dapat kembali berhubungan seks.
Hasil dari penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Cardiology ini sejalan dengan temuan awal yang disajikan pada konferensi American Heart Association (AHA) pada tahun 2010. Penulis, Stacy Tessler Lindau, MD, associate professor kebidanan dan ginekologi di University of Chicago Medicine mengatakan, penelitian ini menggarisbawahi bahwa dokter perlu untuk mengatasi problem seksual sebagai bagian penting dari fungsi fisik secara keseluruhan, bahkan setelah peristiwa yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.
"Dokter perlu memahami secara signifikan bagaimana cara membantu pasien serangan jantung untuk menghindari rasa takut dan tidak perlu khawatir tentang risiko kambuh atau bahkan kematian akibat kembali ke aktivitas seksual," kata Lindau.
"Para ahli jantung harus mengetahui lebih rinci tentang kondisi pasien mereka dengan memberi perawatan dan saran tentang keamanan dalam melakukan aktivitas fisik, termasuk hubungan seks," jelasnya,
Beberapa studi menunjukkan, melakukan hubungan seks justru dapat mengurangi ketegangan pada jantung, dan hal ini bertolak belakang dengan pemahaman publik selama ini. Informasi yang dramatis dan berita sensasional diduga semakin memperkuat kesalahpahaman masyarakat. Pada kenyataannya, hanya sekitar 1 persen dari semua serangan jantung terjadi saat berhubungan seks, dan kurang dari 1 persen korban serangan jantung meninggal karena hubungan seksual, menurut penelitian lainnya.
"Kami menunjukkan bahwa mengatasi kesehatan seksual dapat membuat perbedaan untuk hasil jangka panjang," kata penulis studi, Harlan Krumholz, MD, profesor kedokteran dan epidemiologi dan kesehatan masyarakat di Yale University School of Medicine.
Pedoman saat ini dikembangkan oleh kelompok ahli jantung terkemuka, termasuk Krumholz, menyatakan bahwa pasien jantung yang kondisinya stabil tanpa komplikasi dapat melanjutkan aktivitas seksual dengan pasangan mereka. Laporan ini semakin diperkuat aturan lama yang menyatakan, apabila pasien dapat melakukan olahraga ringan - seperti menaiki tangga - mereka umumnya cukup sehat untuk melakukan hubungan seks.
Riset di Amerika Serikat menunjukkan, banyak pria dan wanita yang takut melakukan hubungan seks pascaserangan jantung. Sehingga tidak mengherankan bila frekuensi aktivitas seksual cenderung menurun tajam, terutama selama setahun setelah mengalami serangan jantung atau infark miokard akut (AMI).Penelitian menunjukkan, banyak pasien yang mengaku tidak mendapatkan saran atau nasihat medis mengenai akitivitas seks dari dokter sebelum pulang dari rumah sakit. Alhasil, mereka pun ragu apakah perlu menahan diri untuk tidak dulu melakukan hubungan seks dengan pasangan.
Dalam sebuah survei terhadap 1.879 pasien serangan jantung, kurang dari 50 persen pasien pria dan sepertiga pasien wanita yang mengaku mendapat instruksi dari dokter tentang kapan mereka dapat melanjutkan aktivitas seksual sepulangnya dari rumah sakit. Bahkan, hanya 41 persen pria dan 24 persen wanita pasien yang melaporkan pernah berdiskusi dengan dokter tentang seks setelah mengalami serangan jantung.
Setahun pascaserangan jantung, lebih dari dua pertiga pasien pria melakukan aktivitas seksual, dan sekitar 40 persen wanita kembali melakukan hubungan seks. Pasien wanita tercatat lebih sering ketimbang pria melaporkan kehilangan aktivitas seksual setahun pascaserangan jantung jika tidak mendapatkan informasi tentang kapan mereka dapat kembali berhubungan seks.
Hasil dari penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Cardiology ini sejalan dengan temuan awal yang disajikan pada konferensi American Heart Association (AHA) pada tahun 2010. Penulis, Stacy Tessler Lindau, MD, associate professor kebidanan dan ginekologi di University of Chicago Medicine mengatakan, penelitian ini menggarisbawahi bahwa dokter perlu untuk mengatasi problem seksual sebagai bagian penting dari fungsi fisik secara keseluruhan, bahkan setelah peristiwa yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.
"Dokter perlu memahami secara signifikan bagaimana cara membantu pasien serangan jantung untuk menghindari rasa takut dan tidak perlu khawatir tentang risiko kambuh atau bahkan kematian akibat kembali ke aktivitas seksual," kata Lindau.
"Para ahli jantung harus mengetahui lebih rinci tentang kondisi pasien mereka dengan memberi perawatan dan saran tentang keamanan dalam melakukan aktivitas fisik, termasuk hubungan seks," jelasnya,
Beberapa studi menunjukkan, melakukan hubungan seks justru dapat mengurangi ketegangan pada jantung, dan hal ini bertolak belakang dengan pemahaman publik selama ini. Informasi yang dramatis dan berita sensasional diduga semakin memperkuat kesalahpahaman masyarakat. Pada kenyataannya, hanya sekitar 1 persen dari semua serangan jantung terjadi saat berhubungan seks, dan kurang dari 1 persen korban serangan jantung meninggal karena hubungan seksual, menurut penelitian lainnya.
"Kami menunjukkan bahwa mengatasi kesehatan seksual dapat membuat perbedaan untuk hasil jangka panjang," kata penulis studi, Harlan Krumholz, MD, profesor kedokteran dan epidemiologi dan kesehatan masyarakat di Yale University School of Medicine.
Pedoman saat ini dikembangkan oleh kelompok ahli jantung terkemuka, termasuk Krumholz, menyatakan bahwa pasien jantung yang kondisinya stabil tanpa komplikasi dapat melanjutkan aktivitas seksual dengan pasangan mereka. Laporan ini semakin diperkuat aturan lama yang menyatakan, apabila pasien dapat melakukan olahraga ringan - seperti menaiki tangga - mereka umumnya cukup sehat untuk melakukan hubungan seks.
2. Adakah Hubungan Kopi dan Serangan Jantung?
Bagi para pecinta minum kopi, kurang lengkap rasanya jika tidak
mengawali hari tanpa segelas kopi hangat di pagi hari. Namun dibalik
kenikmatannya, banyak orang beranggapan bahwa kandungan kafein pada kopi
dapat memicu masalah kesehatan jantung.
Benarkah konsumsi kopi dapat berbahaya bagi jantung? Perlu diketahui, tidak semua kopi memberikan efek yang sama. Bahkan, beberapa penelitian belum sepenuhnya mampu membuktikan ancaman tersebut.
Sejumlah riset tentang kopi dihiasi dengan berbagai kontradiksi pada hasil. Selain metodologi dan ukuran studi, beberapa perbedaan seperti cara penyajian kopi juga dapat memengaruhi.
Kopi tanpa filter mengandung bahan kimia yang disebut diterpenes seperti kahweol dan cafestol, yang terkait dengan peningkatan kolesterol jahat atau LDL, yang pada akhirnya memicu peningkatan risiko penyakit jantung. Beberapa studi menunjukkan bahwa minum kopi rebus tanpa filtter, dapat meningkatkan kolesterol sebanyak 10 persen. Para ahli percaya bahwa bahan kimia pada kopi dapat dihilangkan dengan filter kertas.
Bahan kimia yang paling terkenal dalam kopi adalah kafein. Rata-rata, satu cangkir kopi seduh atau mengandung sekitar 100 mg kafein. Sedangkan kopi tanpa kafein atau kopi decaf hanya mengandung beberapa miligram kafein saja.
Kajian Riset
Persepsi umum mengatakan bahwa minum kopi dapat memengaruhi detak atau irama jantung. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Sebuah penelitian di Kanada yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine pada Januari 1991 telah mereview lima penelitian sebelumnya terhadap partisipan dengan masalah irama jantung abnormal. Mereka menemukan bahwa minum hingga lima cangkir kopi sehari tidak memperburuk irama jantung.
Menariknya, sebuah riset berskala besar melibatkan sekitar 130.000 orang anggota asuransi 'Kaiser Pemanente' menunjukkan bahwa partisipan yang minum sampai tiga cangkir kopi sehari, 20 persen diantaranya berisiko lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit akibat irama jantung abnormal dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.
Sementara itu, riset di Harvard yang melibatkan 45.000 pria sehat, tergabung dalam Health Professionals Foolow-Up Study yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine pada tahun 1990, menemukan bahwa minum kopi tidak berpengaruh pada risiko serangan jantung atau stroke.
Sedangkan sebuah temuan yang lebih baru di Jepang (81.000 pria dan wanita), yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiologi and Community Health menunjukkan bahwa minum satu atau dua cangkir kopi per hari dikaitkan dengan pengurangan resiko kematian akibat penyakit jantung sampai 23 persen .
Studi lainnya pada tahun 2008 di Spanyol, yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine, melibatkan 129.000 pria dan wanita lebih dari dua dekade menemukan, wanita yang minum empat sampai lima cangkir per hari 34 persen memiliki risiko lebih kecil untuk meninggal karena penyakit jantung, sedangkan pria yang mengonsumsi lebih dari lima cangkir sehari, 44 persen memiliki risiko lebih kecil meninggal akibat penyakit jantung.
Haruskah minum kopi?
Sebelum Anda mulai merekomendasikan kopi ke teman Anda sebagai minuman kesehatan, Anda perlu terlebih dahulu menjawab pertanyaan ini: Dapatkah kopi membahayakan kesehatan?
Konsumsi kopi secara rutin dalam statistik dan peneliti belum mampu menghasilkan bukti yang pasti apakah manfaat minum kopi memiliki efek langsung atau tidak.
Ada lebih dari 1.000 bahan kimia yang terkandung dalam kopi, yang banyak di antaranya telah diuji dan terbukti memiliki efek penyebab kanker pada hewan percobaan bila diberikan dalam dosis tinggi.
Salah satunya akrilamida - bahan kimia karsinogenik - yang kandungannya lebih tinggi pada kopi instan ketimbang kopi seduh. Akrilamida juga menyebabkan kerusakan saraf pada orang yang memiliki tingkat stres yang sangat tinggi di tempat kerja.
Kopi berkafein mungkin tidak cocok bagi beberapa orang, terutama mereka yang berusia lanjut, yang tidak mampu memetabolisme kafein secara efektif dan tidak mentolerir kopi dengan baik. Dalam beberapa kondisi, hal ini juga mungkin memperburuk kondisi yang sudah ada seperti mulas, migren, irama jantung abnormal dan insomnia.
Pada dasarnya, minum kopi tidak berbahaya asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang tepat dan tidak berlebihan. Ada cara lebih baik untuk mengurangi penyakit jantung dan stroke, seperti menghentikan kebiasaan merokok, pengurangan diet kolesterol dan olahraga.
Benarkah konsumsi kopi dapat berbahaya bagi jantung? Perlu diketahui, tidak semua kopi memberikan efek yang sama. Bahkan, beberapa penelitian belum sepenuhnya mampu membuktikan ancaman tersebut.
Sejumlah riset tentang kopi dihiasi dengan berbagai kontradiksi pada hasil. Selain metodologi dan ukuran studi, beberapa perbedaan seperti cara penyajian kopi juga dapat memengaruhi.
Kopi tanpa filter mengandung bahan kimia yang disebut diterpenes seperti kahweol dan cafestol, yang terkait dengan peningkatan kolesterol jahat atau LDL, yang pada akhirnya memicu peningkatan risiko penyakit jantung. Beberapa studi menunjukkan bahwa minum kopi rebus tanpa filtter, dapat meningkatkan kolesterol sebanyak 10 persen. Para ahli percaya bahwa bahan kimia pada kopi dapat dihilangkan dengan filter kertas.
Bahan kimia yang paling terkenal dalam kopi adalah kafein. Rata-rata, satu cangkir kopi seduh atau mengandung sekitar 100 mg kafein. Sedangkan kopi tanpa kafein atau kopi decaf hanya mengandung beberapa miligram kafein saja.
Kajian Riset
Persepsi umum mengatakan bahwa minum kopi dapat memengaruhi detak atau irama jantung. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Sebuah penelitian di Kanada yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine pada Januari 1991 telah mereview lima penelitian sebelumnya terhadap partisipan dengan masalah irama jantung abnormal. Mereka menemukan bahwa minum hingga lima cangkir kopi sehari tidak memperburuk irama jantung.
Menariknya, sebuah riset berskala besar melibatkan sekitar 130.000 orang anggota asuransi 'Kaiser Pemanente' menunjukkan bahwa partisipan yang minum sampai tiga cangkir kopi sehari, 20 persen diantaranya berisiko lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit akibat irama jantung abnormal dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.
Sementara itu, riset di Harvard yang melibatkan 45.000 pria sehat, tergabung dalam Health Professionals Foolow-Up Study yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine pada tahun 1990, menemukan bahwa minum kopi tidak berpengaruh pada risiko serangan jantung atau stroke.
Sedangkan sebuah temuan yang lebih baru di Jepang (81.000 pria dan wanita), yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiologi and Community Health menunjukkan bahwa minum satu atau dua cangkir kopi per hari dikaitkan dengan pengurangan resiko kematian akibat penyakit jantung sampai 23 persen .
Studi lainnya pada tahun 2008 di Spanyol, yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine, melibatkan 129.000 pria dan wanita lebih dari dua dekade menemukan, wanita yang minum empat sampai lima cangkir per hari 34 persen memiliki risiko lebih kecil untuk meninggal karena penyakit jantung, sedangkan pria yang mengonsumsi lebih dari lima cangkir sehari, 44 persen memiliki risiko lebih kecil meninggal akibat penyakit jantung.
Haruskah minum kopi?
Sebelum Anda mulai merekomendasikan kopi ke teman Anda sebagai minuman kesehatan, Anda perlu terlebih dahulu menjawab pertanyaan ini: Dapatkah kopi membahayakan kesehatan?
Konsumsi kopi secara rutin dalam statistik dan peneliti belum mampu menghasilkan bukti yang pasti apakah manfaat minum kopi memiliki efek langsung atau tidak.
Ada lebih dari 1.000 bahan kimia yang terkandung dalam kopi, yang banyak di antaranya telah diuji dan terbukti memiliki efek penyebab kanker pada hewan percobaan bila diberikan dalam dosis tinggi.
Salah satunya akrilamida - bahan kimia karsinogenik - yang kandungannya lebih tinggi pada kopi instan ketimbang kopi seduh. Akrilamida juga menyebabkan kerusakan saraf pada orang yang memiliki tingkat stres yang sangat tinggi di tempat kerja.
Kopi berkafein mungkin tidak cocok bagi beberapa orang, terutama mereka yang berusia lanjut, yang tidak mampu memetabolisme kafein secara efektif dan tidak mentolerir kopi dengan baik. Dalam beberapa kondisi, hal ini juga mungkin memperburuk kondisi yang sudah ada seperti mulas, migren, irama jantung abnormal dan insomnia.
Pada dasarnya, minum kopi tidak berbahaya asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang tepat dan tidak berlebihan. Ada cara lebih baik untuk mengurangi penyakit jantung dan stroke, seperti menghentikan kebiasaan merokok, pengurangan diet kolesterol dan olahraga.
3. Berhenti Merokok Alangkah Sulitnya
Sekitar 70 persen perokok ingin berhenti dan sekitar 40 persen telah
melakukan berbagai usaha untuk berhenti merokok setiap tahun.
Awalnya merokok hanya untuk iseng, lama-lama ketagihan dan sulit
melepaskan kebiasaan buruk ini. Kebanyakan gagal pada upaya pertama
mereka untuk berhenti merokok. Banyak alasan untuk tidak berhenti
merokok, mulai dari takut gemuk sampai sulit berkonsentrasi bila asap
rokok tak ngebul.The American Cancer Society, menyebutkan sekitar
70 persen perokok ingin berhenti, dan sekitar 40 persen telah melakukan
berbagai usaha untuk berhenti merokok setiap tahun. Mengapa begitu
sulit untuk berhenti merokok? Jawaban singkatnya adalah nikotin.
Sepak terjang nikotin dalam tubuh sebenarnya sudah sering diulas dalam berbagai artikel kesehatan. Selain menyebabkan kecanduan , nikotin juga memberikan perasaan menyenangkan. Saat rokok dihisap Anda sudah menghirup nikotin yang terkandung di dalam asap dan kemudian memasuki tubuh Anda. Nikotin mengganggu komunikasi antar sel saraf, sehingga membuat perasaan Anda seolah-olah rileks, nyaman, dan membuat Anda memiliki keinginan untuk kembali merokok.
Ketika Anda terus merokok, tubuh beradaptasi dan menjadi toleran terhadap nikotin. Anda harus merokok lebih banyak untuk mencapai perasaan menyenangkan yang sama. Karena tubuh Anda memetabolisme nikotin dengan cepat, tingkat nikotin dalam darah Anda turun dalam beberapa jam dan Anda menemukan diri Anda perlu untuk merokok berulang kali sepanjang hari untuk me-refresh efek obat.
Pada titik tertentu, kandungan nikotin akan terakumulasi di sistem tubuh Anda yang memungkin Anda terus membutuhkan sejumlah rokok setiap hari untuk menjaga tingkat nikotin tetap stabil.
Kekuatan Nikotin
Seseorang dapat menjadi tergantung secara fisik terhadap nikotin setelah hanya beberapa minggu mencoba merokok secara teratur. Ketika Anda mencoba untuk berhenti, tubuh akan kembali meminta nikotin. Sistem tubuh seseorang akan bereaksi terhadap tidak adanya nikotin dengan gejala seperti:
* Mudah marah dan tidak sabar
* Gelisah
* Depresi
* Sakit kepala
* Kelelahan
* Sulit tidur
* Kesulitan berkonsentrasi
* Peningkatan nafsu makan
* Penurunan denyut jantung
Mengalahkan Kecanduan Nikotin
Jika kecanduan fisik menjadi satu-satunya masalah, mungkin akan lebih mudah untuk seseorang berhenti merokok dan lebih banyak orang akan berhasil. Tapi masalahnya, para perokok harus berurusan dengan kecanduan psikologis serta ketergantungan fisik dari nikotin. Sekalipun orang berhasil menggunakan alat bantu untuk berhenti, namun gejala kecanduan fisik makan memengaruhi perasaan Anda.
Perasaan ini diperparah dengan meningkatnya kecanduan secara psikologis yang terus menerus terbangun dari waktu ke waktu. Ada beberapa kegiatan yang dapat memicu keinginan seseorang untuk merokok, seperti:
* Berbicara di telepon atau mungkin hanya sekedar mendengar telepon berdering
* Selesai makan
* Minum secangkir kopi atau minuman beralkohol
* Berkendara
* Melihat orang lain menyalakan rokok
* Menonton televisi atau bersantai di sekitar rumah
Anda mungkin juga menemukan keinginan untuk merokok dipicu oleh keadaan emosional negatif yang sebelumnya kerap diatasi dengan penggunaan nikotin, termasuk:
* Kesedihan atau kekecewaan
* Kemarahan, frustrasi, atau kebencian
* Kecemasan atau stres
* Depresi
* Malu
* Ketakutan atau rasa takut
* Kebosanan atau kesepian
Sepak terjang nikotin dalam tubuh sebenarnya sudah sering diulas dalam berbagai artikel kesehatan. Selain menyebabkan kecanduan , nikotin juga memberikan perasaan menyenangkan. Saat rokok dihisap Anda sudah menghirup nikotin yang terkandung di dalam asap dan kemudian memasuki tubuh Anda. Nikotin mengganggu komunikasi antar sel saraf, sehingga membuat perasaan Anda seolah-olah rileks, nyaman, dan membuat Anda memiliki keinginan untuk kembali merokok.
Ketika Anda terus merokok, tubuh beradaptasi dan menjadi toleran terhadap nikotin. Anda harus merokok lebih banyak untuk mencapai perasaan menyenangkan yang sama. Karena tubuh Anda memetabolisme nikotin dengan cepat, tingkat nikotin dalam darah Anda turun dalam beberapa jam dan Anda menemukan diri Anda perlu untuk merokok berulang kali sepanjang hari untuk me-refresh efek obat.
Pada titik tertentu, kandungan nikotin akan terakumulasi di sistem tubuh Anda yang memungkin Anda terus membutuhkan sejumlah rokok setiap hari untuk menjaga tingkat nikotin tetap stabil.
Kekuatan Nikotin
Seseorang dapat menjadi tergantung secara fisik terhadap nikotin setelah hanya beberapa minggu mencoba merokok secara teratur. Ketika Anda mencoba untuk berhenti, tubuh akan kembali meminta nikotin. Sistem tubuh seseorang akan bereaksi terhadap tidak adanya nikotin dengan gejala seperti:
* Mudah marah dan tidak sabar
* Gelisah
* Depresi
* Sakit kepala
* Kelelahan
* Sulit tidur
* Kesulitan berkonsentrasi
* Peningkatan nafsu makan
* Penurunan denyut jantung
Mengalahkan Kecanduan Nikotin
Jika kecanduan fisik menjadi satu-satunya masalah, mungkin akan lebih mudah untuk seseorang berhenti merokok dan lebih banyak orang akan berhasil. Tapi masalahnya, para perokok harus berurusan dengan kecanduan psikologis serta ketergantungan fisik dari nikotin. Sekalipun orang berhasil menggunakan alat bantu untuk berhenti, namun gejala kecanduan fisik makan memengaruhi perasaan Anda.
Perasaan ini diperparah dengan meningkatnya kecanduan secara psikologis yang terus menerus terbangun dari waktu ke waktu. Ada beberapa kegiatan yang dapat memicu keinginan seseorang untuk merokok, seperti:
* Berbicara di telepon atau mungkin hanya sekedar mendengar telepon berdering
* Selesai makan
* Minum secangkir kopi atau minuman beralkohol
* Berkendara
* Melihat orang lain menyalakan rokok
* Menonton televisi atau bersantai di sekitar rumah
Anda mungkin juga menemukan keinginan untuk merokok dipicu oleh keadaan emosional negatif yang sebelumnya kerap diatasi dengan penggunaan nikotin, termasuk:
* Kesedihan atau kekecewaan
* Kemarahan, frustrasi, atau kebencian
* Kecemasan atau stres
* Depresi
* Malu
* Ketakutan atau rasa takut
* Kebosanan atau kesepian
4. Obesitas Terkait Langsung Penyakit Jantung
Sebuah riset teranyar berskala besar menemukan adanya hubungan langsung antara BMI yang tinggi dengan risiko penyakit jantung.
Sebuah riset teranyar berskala besar yang dilakukan para peneliti di
Inggris dan Denmark menemukan adanya hubungan langsung antara indeks massa tubuh (BMI) tinggi dan peningkatan risiko penyakit jantung.
Indeks massa tubuh (BMI) adalah ukuran berdasarkan tinggi dan berat badan. Orang-orang dengan BMI 18,5-24,9 dikategorikan dengan berat badan normal, sementara mereka dengan BMI 30 atau lebih disebut obesitas. Sementara, mereka yang berada di antara keduanya dianggap kelebihan berat badan.
Dalam risetnya, para peneliti menganalisis data lebih dari 75.000 orang di Kopenhagen. Mereka menemukan, orang dengan tingkat BMI tinggi memiliki risiko 26 persen lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Analisis lebih lanjut menggunakan data genetik dan lainnya menunjukkan, setiap peningkatan BMI 4 poin dapat meningkatkan risiko penyakit jantung tidak kurang dari 52 persen.
"Dengan melakukan studi epidemiologi dikombinasikan dengan analisis genetik, kami telah mampu menunjukkan terhadap hampir 76.000 orang bahwa mereka yang memiliki BMI tinggi berisiko mengalami kerusakan jantung," kata Borge Nordestgaard, dokter kepala di Copenhagen University Hospital.
"Studi observasi juga menunjukkan hubungan antara penyakit jantung dan obesitas, tetapi itu tidak cukup untuk membuktikan hubungan langsung. Orang dengan obesitas memiliki berbagi karakteristik atau sifat gaya hidup yang memengaruhi perkembangan penyakit jantung dan berat badan. Atau bahkan mungkin ada kausalitas terbalik, yaitu, sakit jantung yang menyebabkan obesitas dan tidak sebaliknya," kata Nordestgaard, yang juga seorang profesor klinis di Fakultas Ilmu Kesehatan dan Medis.
Rekan peneliti, Dr Nicholas Timpson, dosen epidemiologi genetik di University of Bristol Inggris mencatat, "mengingat tingkat obesitas meningkat, temuan ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Penelitian kami menunjukkan bahwa pergeseran gaya hidup yang mempromosikan BMI lebih rendah - akan mengurangi kemungkinan terserang penyakit jantung."
Studi ini dipublikasikan pada 1 Mei 2012 dalam jurnal PLoS Medicine.
Indeks massa tubuh (BMI) adalah ukuran berdasarkan tinggi dan berat badan. Orang-orang dengan BMI 18,5-24,9 dikategorikan dengan berat badan normal, sementara mereka dengan BMI 30 atau lebih disebut obesitas. Sementara, mereka yang berada di antara keduanya dianggap kelebihan berat badan.
Dalam risetnya, para peneliti menganalisis data lebih dari 75.000 orang di Kopenhagen. Mereka menemukan, orang dengan tingkat BMI tinggi memiliki risiko 26 persen lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Analisis lebih lanjut menggunakan data genetik dan lainnya menunjukkan, setiap peningkatan BMI 4 poin dapat meningkatkan risiko penyakit jantung tidak kurang dari 52 persen.
"Dengan melakukan studi epidemiologi dikombinasikan dengan analisis genetik, kami telah mampu menunjukkan terhadap hampir 76.000 orang bahwa mereka yang memiliki BMI tinggi berisiko mengalami kerusakan jantung," kata Borge Nordestgaard, dokter kepala di Copenhagen University Hospital.
"Studi observasi juga menunjukkan hubungan antara penyakit jantung dan obesitas, tetapi itu tidak cukup untuk membuktikan hubungan langsung. Orang dengan obesitas memiliki berbagi karakteristik atau sifat gaya hidup yang memengaruhi perkembangan penyakit jantung dan berat badan. Atau bahkan mungkin ada kausalitas terbalik, yaitu, sakit jantung yang menyebabkan obesitas dan tidak sebaliknya," kata Nordestgaard, yang juga seorang profesor klinis di Fakultas Ilmu Kesehatan dan Medis.
Rekan peneliti, Dr Nicholas Timpson, dosen epidemiologi genetik di University of Bristol Inggris mencatat, "mengingat tingkat obesitas meningkat, temuan ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Penelitian kami menunjukkan bahwa pergeseran gaya hidup yang mempromosikan BMI lebih rendah - akan mengurangi kemungkinan terserang penyakit jantung."
Studi ini dipublikasikan pada 1 Mei 2012 dalam jurnal PLoS Medicine.
5. Begini Cara Sinar Matahari Cegah Serangan Jantung
Jika selama ini pasien serangan jantung hanya mengenal CPR atau aspirin sebagai terapi, sekarang mereka dapat memanfaatkan sinar matahari. |
Jika selama ini pasien dengan serangan jantung hanya mengenal CPR,
aspirin dan obat pengencer darah sebagai terapi pengobatan, sekarang
mereka juga dapat menambahkan sinar matahari ke dalam daftar terapi
untuk mengatasi serangan jantung.
Temuan yang dipublikasikan pada 15 April 2012 dalam journal Nature Medicine mengindikasikan, paparan cahaya yang kuat dan bahkan di siang hari dapat mengurangi risiko pasien terkena serangan jantung atau kerusakan akibat serangan jantung.
Para peneliti, Dokter Eckle dan Holger Eltzschig dari University of Colorado Denver, menyatakan, individu yang menjadi korban serangan jantung cenderung lebih cepat pulih kondisinya jika mereka terkena sinar matahari.
Para peneliti menemukan, jawabannya terletak pada ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, yang terkait dengan terang dan gelap, yang diatur oleh protein dalam organ-organ seperti otak dan hati, dan protein yang disebut Periode 2, yang memainkan peran penting dalam mempertahankan jantung dari kerusakan akibat serangan jantung.
Cara kerja
Peneliti menjelaskan bahwa selama terjadi serangan jantung, oksigen sangat sedikit atau bahkan tidak sampai ke jantung. Tanpa oksigen, jantung akan mencari bahan bakar pengganti dengan menggeser metabolisme dari lemak, yang biasa menjadi sumber energi dan mengubahnya menjadi glukosa, untuk melindungi sel jantung dari kematian.
Dalam penelitian di laboratorium menggunakan hewan mencit terungkap, pada siang hari irama sirkadian mengaktifkan produksi protein yang disebut Periode 2. Perlu diketahui, Periode 2, memainkan peran besar dalam membuat metabolisme jantung lebih efisien dengan mengubah bahan bakar dari lemak menjadi glukosa, membantu jantung mengatasi cedera dan meminimalkan kerusakan akibat serangan jantung.
"Studi ini menunjukkan bahwa cahaya yang kuat, atau bahkan hanya siang hari, bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung atau kerusakan akibat serangan jantung," kata Profesor Eckle dari University of Colorado School of Medicine.
"Untuk pasien, ini bisa berarti bahwa paparan sinar matahari di dalam rumah sakit dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh serangan jantung," tambahnya
Para peneliti mencatat, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terutama untuk memahami bagaimana cahaya mampu mengubah metabolisme jantung pada manusia, dan bagaimana paparan cahaya dapat dimanfaatkan untuk mengobati serangan jantung pada pasien.
Temuan yang dipublikasikan pada 15 April 2012 dalam journal Nature Medicine mengindikasikan, paparan cahaya yang kuat dan bahkan di siang hari dapat mengurangi risiko pasien terkena serangan jantung atau kerusakan akibat serangan jantung.
Para peneliti, Dokter Eckle dan Holger Eltzschig dari University of Colorado Denver, menyatakan, individu yang menjadi korban serangan jantung cenderung lebih cepat pulih kondisinya jika mereka terkena sinar matahari.
Para peneliti menemukan, jawabannya terletak pada ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, yang terkait dengan terang dan gelap, yang diatur oleh protein dalam organ-organ seperti otak dan hati, dan protein yang disebut Periode 2, yang memainkan peran penting dalam mempertahankan jantung dari kerusakan akibat serangan jantung.
Cara kerja
Peneliti menjelaskan bahwa selama terjadi serangan jantung, oksigen sangat sedikit atau bahkan tidak sampai ke jantung. Tanpa oksigen, jantung akan mencari bahan bakar pengganti dengan menggeser metabolisme dari lemak, yang biasa menjadi sumber energi dan mengubahnya menjadi glukosa, untuk melindungi sel jantung dari kematian.
Dalam penelitian di laboratorium menggunakan hewan mencit terungkap, pada siang hari irama sirkadian mengaktifkan produksi protein yang disebut Periode 2. Perlu diketahui, Periode 2, memainkan peran besar dalam membuat metabolisme jantung lebih efisien dengan mengubah bahan bakar dari lemak menjadi glukosa, membantu jantung mengatasi cedera dan meminimalkan kerusakan akibat serangan jantung.
"Studi ini menunjukkan bahwa cahaya yang kuat, atau bahkan hanya siang hari, bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung atau kerusakan akibat serangan jantung," kata Profesor Eckle dari University of Colorado School of Medicine.
"Untuk pasien, ini bisa berarti bahwa paparan sinar matahari di dalam rumah sakit dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh serangan jantung," tambahnya
Para peneliti mencatat, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terutama untuk memahami bagaimana cahaya mampu mengubah metabolisme jantung pada manusia, dan bagaimana paparan cahaya dapat dimanfaatkan untuk mengobati serangan jantung pada pasien.
6. Wanita Sakit Jantung Lebih Mungkin Lahirkan Bayi Perempuan
Sebuah riset terbaru menemukan hubungan antara risiko penyakit jantung dan kesempatan mempunyai anak perempuan.
Sebuah riset terbaru
menemukan hubungan antara risiko penyakit jantung dan kesempatan
mempunyai anak perempuan. Dalam temuannya peneliti menemukan bahwa
wanita dengan penyakit jantung ternyata lebih mungkin untuk melahirkan
bayi perempuan ketimbang bayi laki-laki.
Temuan ini dipublikasikan pada 20 April 2012 dalam World Congress of Cardiology.
Dalam kajiannya, peneliti melibatkan sekitar 200 wanita hamil dengan penyakit jantung, 60 persen di antaranya telah didiagnosa penyakit katup, 19 persen hidup dengan kardiomiopati dilatasi, sedangkan 14 persen penyakit jantung bawaan.
Hasil temuan menunjukkan, dari 200 wanita yang melahirkan 216 bayi, 75 persen diantaranya melahirkan bayi perempuan.
"Kami percaya bahwa ini adalah studi pertama melihat hubungan antara gender dan penyakit jantung pada ibu," kata Dr A. Alizadehasl, dari Tabriz University, Tabriz, Iran.
"Kami berharap bahwa ini akan mengarah pada penyelidikan lebih lanjut," tambahnya.
Di sisi lain, Dr Kathryn Taubert, Chief Science Officer dari World Heart Federation berkomentar, "ini merupakan pengamatan yang sangat menarik".
"Diketahui bahwa kromosom dalam sperma pria bertanggung jawab untuk jenis kelamin bayi. Tapi studi ini tidak menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara status kesehatan ibu dan jenis kelamin bayi. Mengingat jumlah wanita dengan penyakit jantung meningkat di seluruh dunia, temuan ini bisa sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut," tambahnya.
Perempuan dan sakit jantung
Penyakit kardiovaskular, yang meliputi penyakit jantung dan stroke, adalah pembunuh terbesar pada perempuan secara global (menyebabkan 8,6 juta kematian setiap tahunnya). Wanita di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mengembangkan penyakit kardiovaskular lebih mungkin meninggal ketimbang wanita yang tinggal di negara-negara industri atau maju.
Namun, masih banyak perempuan tidak menganggap penyakit kardiovaskular sebagai ancaman terbesar bagi kesehatan mereka, karena masih menganggap ancaman terbesar mereka adalah kanker (payudara dan serviks).Kabar baiknya adalah bahwa ada beberapa langkah yang dapat wanita lakukan untuk melindungi jantung mereka. Salah satu diantaranya, berhenti merokok, aktif melakukan aktivitas fisik, menjaga berat badan dan memastikan asupan makanan sehat.
Temuan ini dipublikasikan pada 20 April 2012 dalam World Congress of Cardiology.
Dalam kajiannya, peneliti melibatkan sekitar 200 wanita hamil dengan penyakit jantung, 60 persen di antaranya telah didiagnosa penyakit katup, 19 persen hidup dengan kardiomiopati dilatasi, sedangkan 14 persen penyakit jantung bawaan.
Hasil temuan menunjukkan, dari 200 wanita yang melahirkan 216 bayi, 75 persen diantaranya melahirkan bayi perempuan.
"Kami percaya bahwa ini adalah studi pertama melihat hubungan antara gender dan penyakit jantung pada ibu," kata Dr A. Alizadehasl, dari Tabriz University, Tabriz, Iran.
"Kami berharap bahwa ini akan mengarah pada penyelidikan lebih lanjut," tambahnya.
Di sisi lain, Dr Kathryn Taubert, Chief Science Officer dari World Heart Federation berkomentar, "ini merupakan pengamatan yang sangat menarik".
"Diketahui bahwa kromosom dalam sperma pria bertanggung jawab untuk jenis kelamin bayi. Tapi studi ini tidak menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara status kesehatan ibu dan jenis kelamin bayi. Mengingat jumlah wanita dengan penyakit jantung meningkat di seluruh dunia, temuan ini bisa sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut," tambahnya.
Perempuan dan sakit jantung
Penyakit kardiovaskular, yang meliputi penyakit jantung dan stroke, adalah pembunuh terbesar pada perempuan secara global (menyebabkan 8,6 juta kematian setiap tahunnya). Wanita di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mengembangkan penyakit kardiovaskular lebih mungkin meninggal ketimbang wanita yang tinggal di negara-negara industri atau maju.
Namun, masih banyak perempuan tidak menganggap penyakit kardiovaskular sebagai ancaman terbesar bagi kesehatan mereka, karena masih menganggap ancaman terbesar mereka adalah kanker (payudara dan serviks).Kabar baiknya adalah bahwa ada beberapa langkah yang dapat wanita lakukan untuk melindungi jantung mereka. Salah satu diantaranya, berhenti merokok, aktif melakukan aktivitas fisik, menjaga berat badan dan memastikan asupan makanan sehat.
7. Tak Terbukti, Radang Gusi Picu Sakit Jantung
Jika Anda selama ini pernah mendengar bahwa penyakit gusi dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke, ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar.
Jika Anda selama ini pernah mendengar bahwa penyakit gusi dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke, ternyata hal itu tidak
sepenuhnya benar. Riset para ilmuwan yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation
terbitan American Heart Association (AHA) mengungkapkan, tidak ada
bukti meyakinkan yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara penyakit
gusi dengan masalah jantung dan pembuluh darah.
Dalam kajiannya, komite dai AHA melakukan tinjauan terhadap 500 artikel jurnal dan riset untuk melihat hubungan antara gusi dan penyakit jantung. Menurut peneliti, orang-orang yang tidak peduli terhadap kesehatan jantung, biasanya juga cenderung kurang peduli terhadap kesehatan gigi mereka. Penyakit gusi dan panyakit kardiovaskular juga sama-sama dapat menyebabkan tubuh menghasilkan penanda inflamasi/peradangan seperti protein C-reactive , dan keduanya dapat dipicu oleh faktor risiko yang umum seperti merokok, faktor usia dan diabetes mellitus. Kesamaan faktor risiko inilah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa penyakit pada pembuluh darah dan mulut terjadi secara bergandengan.
Menurut komite AHA, secara biologis memang memungkinkan bahwa infeksi yang disebabkan bakteri pada mulut menjadi pemicu penyakit jantung. Bakteri mulut bisa masuk ke dalam pembuluh darah pada saat menyikat gigi atau perawatan gigi lainnya. Namun setelah dikaji lebih mendalam, komite AHA menilai riset-riset yang mendukung kuat hubungan antara sakit jantung dan penyakit gusi ini ternyata gagal dalam memperhitungkan faktor-faktor risiko yang umum tersebut.
"Ada banyak kebingungan di luar sana. Pesan yang disampaikan pakar kesehatan bahwa serangan jantung dan stroke secara langsung berhubungan dengan penyakit gusi merupakan mendistorsi fakta, memberi peringatan pada pasien dan bahkan dapat mengalihkan fokus pencegahan dari penyakit jantung dan stroke," kata Peter Lockhart, pakar kesehatan mulut dari Carolina Medical Centre di Charlotte, New Carolina.
"Sebagian besar literatur sangat bertentangan, tetapi jika ada hubungan sebab akibat yang kuat, kita berharap dapat mengetahui itu sekarang," tambahnya.
Menurut peneliti, diperlukan penelitian jangka panjang untuk dapat membuktikan apakah sakit gigi dapat menyebabkan penyakit jantung.
"Yang paling penting adalah membiarkan pasien tahu apa yang kita ketahui sekarang, dan apa yang tidak kita tahu," ungkap Lockhart.
Profesor Nairn Wilson, dari British Dental Association Health and Science Committee mengatakan, "ada banyak penelitian yang menyelidiki kaitan antara penyakit gusi dan berbagai kondisi medis, termasuk penyakit jantung".
"Satu hal yang kita dapat mengatakan dengan pasti adalah bahwa menjaga gigi dan gusi sehat dengan menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, membatasi makanan manis untuk dan mengunjungi dokter gigi secara teratur membuat kontribusi penting untuk kesehatan mulut dan kesehatan secara keseluruhan," jelasnya.
Dalam kajiannya, komite dai AHA melakukan tinjauan terhadap 500 artikel jurnal dan riset untuk melihat hubungan antara gusi dan penyakit jantung. Menurut peneliti, orang-orang yang tidak peduli terhadap kesehatan jantung, biasanya juga cenderung kurang peduli terhadap kesehatan gigi mereka. Penyakit gusi dan panyakit kardiovaskular juga sama-sama dapat menyebabkan tubuh menghasilkan penanda inflamasi/peradangan seperti protein C-reactive , dan keduanya dapat dipicu oleh faktor risiko yang umum seperti merokok, faktor usia dan diabetes mellitus. Kesamaan faktor risiko inilah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa penyakit pada pembuluh darah dan mulut terjadi secara bergandengan.
Menurut komite AHA, secara biologis memang memungkinkan bahwa infeksi yang disebabkan bakteri pada mulut menjadi pemicu penyakit jantung. Bakteri mulut bisa masuk ke dalam pembuluh darah pada saat menyikat gigi atau perawatan gigi lainnya. Namun setelah dikaji lebih mendalam, komite AHA menilai riset-riset yang mendukung kuat hubungan antara sakit jantung dan penyakit gusi ini ternyata gagal dalam memperhitungkan faktor-faktor risiko yang umum tersebut.
"Ada banyak kebingungan di luar sana. Pesan yang disampaikan pakar kesehatan bahwa serangan jantung dan stroke secara langsung berhubungan dengan penyakit gusi merupakan mendistorsi fakta, memberi peringatan pada pasien dan bahkan dapat mengalihkan fokus pencegahan dari penyakit jantung dan stroke," kata Peter Lockhart, pakar kesehatan mulut dari Carolina Medical Centre di Charlotte, New Carolina.
"Sebagian besar literatur sangat bertentangan, tetapi jika ada hubungan sebab akibat yang kuat, kita berharap dapat mengetahui itu sekarang," tambahnya.
Menurut peneliti, diperlukan penelitian jangka panjang untuk dapat membuktikan apakah sakit gigi dapat menyebabkan penyakit jantung.
"Yang paling penting adalah membiarkan pasien tahu apa yang kita ketahui sekarang, dan apa yang tidak kita tahu," ungkap Lockhart.
Profesor Nairn Wilson, dari British Dental Association Health and Science Committee mengatakan, "ada banyak penelitian yang menyelidiki kaitan antara penyakit gusi dan berbagai kondisi medis, termasuk penyakit jantung".
"Satu hal yang kita dapat mengatakan dengan pasti adalah bahwa menjaga gigi dan gusi sehat dengan menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, membatasi makanan manis untuk dan mengunjungi dokter gigi secara teratur membuat kontribusi penting untuk kesehatan mulut dan kesehatan secara keseluruhan," jelasnya.
8. Bersikap Optimistis Bikin Jantung Sehat
Bersikap optimistis ternyata juga memiliki manfaaat bagi kesehatan, khususnya kesehatan jantung.
Orang-orang sukses adalah orang yang memiliki optimisme dalam hidup.
Ungkapan ini mungkin sering kita dengar. Namun tahukah Anda bahwa
bersikap optimistis ternyata juga memiliki manfaaat bagi kesehatan,
khususnya kesehatan jantung.
Dalam riset teranyar, para ilmuwan dari Harvard School of Public Health meninjau lebih dari 200 studi. Mereka menemukan bahwa perasaan positif dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kondisi mental negatif - seperti depresi, kecemasan, marah, dan permusuhan - dapat membahayakan jantung.
"Jika seseorang tidak memiliki pikiran negatif bukan berarti bahwa ia berpikir positif," kata pemimpin studi, Julia Boehm, seorang peneliti di departemen masyarakat, pembangunan manusia dan kesehatan.
"Kami menemukan bahwa faktor-faktor seperti optimisme, kepuasan hidup dan kebahagiaan berhubungan dengan penurunan risiko penyakit jantung, terlepas dari faktor-faktor seperti usia seseorang, status sosial ekonomi, merokok atau berat badan," jelasnya.
"Sebagai contoh, individu-individu yang paling optimis memiliki risiko sekitar 50 persen mengalami penurunan risiko kardiovaskular dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang optimis," kata Boehm.
Bahkan, peneliti juga menemukan bahwa orang dengan kondisi psikologis yang sehat akan cenderung memiliki perilaku sehat seperti rutin berolahraga, makan makanan yang seimbang dan tidur cukup. Selain itu, individu dengan tingkat psikologis yang baik telah dikaitkan dengan penurunan risiko hipertensi, status kolesterol yang baik dan berat badan normal.
Temuan ini dipublikasikan pada 17 April 2012 secara online dalam journal Psychological Bulletin.
Dalam riset teranyar, para ilmuwan dari Harvard School of Public Health meninjau lebih dari 200 studi. Mereka menemukan bahwa perasaan positif dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kondisi mental negatif - seperti depresi, kecemasan, marah, dan permusuhan - dapat membahayakan jantung.
"Jika seseorang tidak memiliki pikiran negatif bukan berarti bahwa ia berpikir positif," kata pemimpin studi, Julia Boehm, seorang peneliti di departemen masyarakat, pembangunan manusia dan kesehatan.
"Kami menemukan bahwa faktor-faktor seperti optimisme, kepuasan hidup dan kebahagiaan berhubungan dengan penurunan risiko penyakit jantung, terlepas dari faktor-faktor seperti usia seseorang, status sosial ekonomi, merokok atau berat badan," jelasnya.
"Sebagai contoh, individu-individu yang paling optimis memiliki risiko sekitar 50 persen mengalami penurunan risiko kardiovaskular dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang optimis," kata Boehm.
Bahkan, peneliti juga menemukan bahwa orang dengan kondisi psikologis yang sehat akan cenderung memiliki perilaku sehat seperti rutin berolahraga, makan makanan yang seimbang dan tidur cukup. Selain itu, individu dengan tingkat psikologis yang baik telah dikaitkan dengan penurunan risiko hipertensi, status kolesterol yang baik dan berat badan normal.
Temuan ini dipublikasikan pada 17 April 2012 secara online dalam journal Psychological Bulletin.
9. Suplemen Omega-3 Tak Cegah Serangan Jantung
Mengonsumsi suplemen omega-3 secara rutin tak cukup membantu melindungi dari serangan jantung berulang, stroke atau sakit kardiovaskuler lainya.
Bagi Anda yang rajin menenggak pil suplemen omega-3 karena tak ingin serangan jantungnya kumat sebaiknya berpikir ulang.Sebuah
riset terbaru mengindikasikan, konsumsi suplemen omega-3 secara rutin
ternyata tidak cukup membantu melindungi Anda dari serangan jantung
berulang, stroke atau masalah kardiovaskular lainnya. Para ahli
berpendapat, untuk memeroleh hasil terbaik tetaplah diperoleh melalui
konsumsi ikan secara langsung dan bukannya melalui suplemen.
Demikian hasil kesimpulan riset yang dipimpin oleh Dr Seung-Kwon Myung, kepala cabang karsinogenesis dari National Cancer Center, Korea Selatan. Temuan Myung dipublikasikan secara online pada 9 April 2012 dalam Archives of Internal Medicine.
"Saya tidak terkejut dengan temuan ini karena saya berasumsi bahwa tidak ada manfaat dari konsumsi suplemen omega-3," katanya.
Myung menganjurkan kepada mereka yang ingin mencegah penyakit jantung atau terhindar dari kekambuhan serangan jantung sebaiknya mengonsumsi ikan yang kaya akan asam lemak omega-3 seperti salmon, tuna dan makarel, dan bukannya menelan suplemen. "Mengonsumsi ikan kaya lemak omega 3 efektif untuk mencegah penyakit jantung, bukan minum suplemen," katanya.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mengonsumsi ikan yang kaya akan asam lemak sebanyak dua kali atau lebih dalam seminggu berkaitan dengan risiko yang lebih rendah mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskular. Sementara, riset yang meneliti manfaat suplemen minyak ikan terhadap kesehatan kardiovaskular menunjukkan hasil yang beragam.
Dalam penelitannya, Myung dan rekan memilih 14 studi yang telah dipublikasikan dalam literatur medis. Secara keseluruhan, studi meneliti lebih dari 20.000 pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular. Rata-rata usia pasien adalah 63 tahun, di mana 80 persen adalah laki-laki. Penelitian itu dipublikasikan antara tahun 1995 dan 2010. Dosis harian suplemen omega-3 sekitar setengah gram untuk hampir 5 gram sehari. Pengamatan dilakukan dari tahun ke tahun selama hampir lima tahun.
Myung dan rekan mecoba melihat, apakah asupan suplemen omega 3 membantu dalam mengurangi risiko kematian jantung mendadak, serangan jantung, gagal jantung kongestif, serangan stroke atau transient ischemic (atau sering disebut mini-stroke).
Hasil menunjukkan, asupan suplemen omega 3 ternyata tidak mengurangi risiko dari setiap masalah tersebut. Para peneliti tidak menemukan pengurangan resiko yang kecil dari kematian kardiovaskular.
Myung mengatakan, dua penelitian besar yang dipublikasikan di masa lalu telah melaporkan efek positif dari konsumsi suplemen pada kesehatan kardiovaskular. "Tetapi dalam pengujian, mereka tidak menggunakan plasebo (sebagai perbandingan)," jelas Myung
Presiden American Heart Association (AHA), Dr Gordon Tomaselli, mengaku tidak terlalu kaget dengan temuan tersebut.
"Intinya adalah untuk pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular kita bisa memerolehnya dengan mengonsumsi ikan yang mengandung asam lemak dua atau tiga kali seminggu. Tetapi, mengganti ikan tersebut dengan dengan suplemen tidak memberikan efek yang menguntungkan," kata Tomaselli, yang juga direktur kardiologi dari Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore.
The American Heart Association merekomendasikan, orang tanpa penyakit jantung diwajibkan untuk mengonsumsi berbagai jenis ikan, terutama ikan yang kaya asam lemak omega-3, setidaknya dua kali seminggu. Sementara untuk pasien sakit jantung disarankan mengasup setidaknya 1 gram asam lemak omega-3 jenis Eicosapentaenoic acid (EPA) dan DHA sehari.
Drs. Frank Hu dan JoAnn Manson, dari Harvard School of Public Health, mengungkapkan bahwa diet tinggi lemak ikan dapat membantu mereka yang menjalani program diet mengganti sumber protein yang kurang sehat seperti daging merah.
Bagi Anda yang tidak suka makan ikan, peneliti menyarankan untuk menggantinya dengan mengonsumsi makanan yang berasal dari tanaman seperti biji rami, kenari, kedelai dan minyak canola, yang juga kaya kandungan asam lemak omega 3.
Demikian hasil kesimpulan riset yang dipimpin oleh Dr Seung-Kwon Myung, kepala cabang karsinogenesis dari National Cancer Center, Korea Selatan. Temuan Myung dipublikasikan secara online pada 9 April 2012 dalam Archives of Internal Medicine.
"Saya tidak terkejut dengan temuan ini karena saya berasumsi bahwa tidak ada manfaat dari konsumsi suplemen omega-3," katanya.
Myung menganjurkan kepada mereka yang ingin mencegah penyakit jantung atau terhindar dari kekambuhan serangan jantung sebaiknya mengonsumsi ikan yang kaya akan asam lemak omega-3 seperti salmon, tuna dan makarel, dan bukannya menelan suplemen. "Mengonsumsi ikan kaya lemak omega 3 efektif untuk mencegah penyakit jantung, bukan minum suplemen," katanya.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mengonsumsi ikan yang kaya akan asam lemak sebanyak dua kali atau lebih dalam seminggu berkaitan dengan risiko yang lebih rendah mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskular. Sementara, riset yang meneliti manfaat suplemen minyak ikan terhadap kesehatan kardiovaskular menunjukkan hasil yang beragam.
Dalam penelitannya, Myung dan rekan memilih 14 studi yang telah dipublikasikan dalam literatur medis. Secara keseluruhan, studi meneliti lebih dari 20.000 pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular. Rata-rata usia pasien adalah 63 tahun, di mana 80 persen adalah laki-laki. Penelitian itu dipublikasikan antara tahun 1995 dan 2010. Dosis harian suplemen omega-3 sekitar setengah gram untuk hampir 5 gram sehari. Pengamatan dilakukan dari tahun ke tahun selama hampir lima tahun.
Myung dan rekan mecoba melihat, apakah asupan suplemen omega 3 membantu dalam mengurangi risiko kematian jantung mendadak, serangan jantung, gagal jantung kongestif, serangan stroke atau transient ischemic (atau sering disebut mini-stroke).
Hasil menunjukkan, asupan suplemen omega 3 ternyata tidak mengurangi risiko dari setiap masalah tersebut. Para peneliti tidak menemukan pengurangan resiko yang kecil dari kematian kardiovaskular.
Myung mengatakan, dua penelitian besar yang dipublikasikan di masa lalu telah melaporkan efek positif dari konsumsi suplemen pada kesehatan kardiovaskular. "Tetapi dalam pengujian, mereka tidak menggunakan plasebo (sebagai perbandingan)," jelas Myung
Presiden American Heart Association (AHA), Dr Gordon Tomaselli, mengaku tidak terlalu kaget dengan temuan tersebut.
"Intinya adalah untuk pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular kita bisa memerolehnya dengan mengonsumsi ikan yang mengandung asam lemak dua atau tiga kali seminggu. Tetapi, mengganti ikan tersebut dengan dengan suplemen tidak memberikan efek yang menguntungkan," kata Tomaselli, yang juga direktur kardiologi dari Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore.
The American Heart Association merekomendasikan, orang tanpa penyakit jantung diwajibkan untuk mengonsumsi berbagai jenis ikan, terutama ikan yang kaya asam lemak omega-3, setidaknya dua kali seminggu. Sementara untuk pasien sakit jantung disarankan mengasup setidaknya 1 gram asam lemak omega-3 jenis Eicosapentaenoic acid (EPA) dan DHA sehari.
Drs. Frank Hu dan JoAnn Manson, dari Harvard School of Public Health, mengungkapkan bahwa diet tinggi lemak ikan dapat membantu mereka yang menjalani program diet mengganti sumber protein yang kurang sehat seperti daging merah.
Bagi Anda yang tidak suka makan ikan, peneliti menyarankan untuk menggantinya dengan mengonsumsi makanan yang berasal dari tanaman seperti biji rami, kenari, kedelai dan minyak canola, yang juga kaya kandungan asam lemak omega 3.
10. 10 Pekerjaan Berbahaya Bagi Jantung
Beberapa jenis pekerjaan ternyata dapat memicu timbulnya masalah dan gangguan pada organ jantung.
Meski kebanyakan orang tak berpikir penyakit jantung
sebagai bagian risiko dari pekerjaan, beberapa karakteristik tertentu
dari pekerjaan mungkin dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan
masalah lainnya. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan,
seperti duduk berjam-jam, stres, jam kerja tidak teratur, dan paparan
bahan kimia tertentu atau polusi juga bisa membahayakan jantung Anda.
Ada beberapa tipe dan karakteristik pekerjaan yang sebenarnya mungkin dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung. Pekerjaan apa saja itu? Berikut adalah penjabarannya seperti dikutip Health.com:
1. Terlalu lama duduk
Orang yang sifat pekejaannya selalu menetap (minim aktivitas fisik) memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah jantung daripada mereka yang pekerjaannya lebih aktif, kata Dr Martha Grogan, seorang ahli jantung dari Mayo Clinic, Rochester, Minnesotta.
Grogan mengatakan, tidak diketahui secara pasti mengapa hal ini bisa terjadi. Tetapi menurutnya, terlalu berlama-lama duduk dapat menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan enzim yang biasanya memecah lemak. Sebagai antisipasinya, Anda bisa berdiri dan berjalan-jalan sekali-sekali di tengah kesibukan pekerajaan Anda.
2. Polisi dan pemadam kebakaran
Penggabungan antara jenis pekerjaan yang cenderung tidak aktif dan memiliki tingkat stres tinggi - seperti melawan tindak kejahatan atau pemadam kebakaran - tidak bagus untuk kesehatan jantung. Sekitar 22 persen kematian pada polisi dan 45 persen pada petugas pemadam kebakaran kebanyak disebabkan karena penyakit jantung dibandingkan 15 persen jenis pekerjaan lainnya.
Bekerja berjam-jam, shift (jaga) malam, makan yang tidak sehat di tempat kerja, stres, paparan karbon monoksida atau polusi, serta faktor risiko lain, seperti hipertensi mungkin memainkan peran penting terhadap berkembangnya penyakit jantung. Jika Anda tidak dapat mengubah pekerjaan Anda, setidaknya Anda bisa melakukan perubahan dengan fokus pada hal-hal seperti makan sehat, olahraga, dan menurunkan tekanan darah - yang dapat Anda kendalikan.
3. Pengendara bus
Sopir bus lebih mungkin untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan pekerja lainnya, jelas Dr Peter L. Schnall, profesor kedokteran dari University of California, Irvine. Menurut Schnall, sopir bus berisiko mengalami tekanan dan stres saat melakukan pekerjaannya karena mereka membutuhkan kewaspadaan untuk menghindari kecelakaan dan menjaga penumpang tetap aman.Namun, meskipun Anda tidak dapat mengontrol stres atau polusi, Anda dapat mengatasi faktor-faktor risiko lainnya. Sebuah riset menunjukkan, 56 persen dari para sopir bus di Taipei telah didiagnosa hipertensi jika dibandingkan dengan 31 persen jenis pekerjaan lainnya. Mereka juga memiliki kolesterol tinggi, berat badan, trigliserida, dan penyakit jantung.
4. Pekerja shift
Pergeseran jadwal atau berganti shift malam umum terjadi di kalangan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan lainnya. Orang-orang pada kelompok ini biasanya memiliki risiko lebih tinggi penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Bekerja shift sendiri dapat mengganggu irama sirkadian dan jam tidur seseorang yang memainkan peran penting dalam menjaga gula darah, tekanan darah, dan regulasi insulin. Tapi gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menjadi faktor pemicu.
Pekerja shift malam tampaknya lebih mungkin untuk merokok, kata Dr Nieca Goldberg, direktur medis dari Joan H. Tisch Center for Women Health di NYU Langone Medical Center di New York City. Sementara itu durasi tidur yang pendek telah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih besar.
5. Bartender
Banyak negara-negara bagian dan kota-kota di Amerika Serikat sudah memiliki undang-undang larangan merokok di restoran dan bar. Namun bartender yang bekerja di tempat-tempat yang tidak memiliki peraturan seperti itu memiliki risiko lebih besar untuk secara sengaja menghisap asap tembakau.
"Sudah jelas menunjukkan bahwa asap rokok secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung," kata Dr Grogan.
6. Pekerja terowongan
Sebuah studi pada 1988 yang melibatkan lebih dari 5.000 pekerja terowongan di New York City menemukan bahwa orang yang pernah bekerja di terowongan transportasi memiliki peningkatan risiko kematian terkait jantung sebesar 35 persen ketimbang populasi umum.
"Ini intuitif. Para pekerja ini biasanya lebih berisiko terpapar tingkat yang lebih tinggi karbon monoksida dibandingkan dengan pekerja jembatan," kata Dr Mauro Moscucci, kepala divisi kardiovaskular dari University of Miami Miller School of Medicine. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
7. Pekerja pabrik
Orang yang bekerja di pabrik atau pekerjaan yang sangat menuntut kuota namun tendah tingkat pengawasan atau kontrol dari pekerjaan, juga dianggap berada pada kelompok yang berisiko tinggi penyakit jantung. "Bekerja di luar kemampuan adalah sebuah stressor yang dapat mengarah ke penyakit jantung," kata Dr Moscucci.
Sebuah penelitian dalam The Landmark Whitehall di mana melibatkan hampir 11.000 pegawai sipil Inggris menemukan bahwa pria dan wanita dengan kontrol pekerjaan rendah memiliki dua kali lipat mendapatkan penyakit jantung. Hal yang sama berlaku pula pada pekerja yang mendapat kontrol lebih besar.
8. Bekerja 11 jam lebih
Karyawan yang bekerja selama berjam-jam juga berisiko lebih tinggi. "Kami mengetahui ada hubungan antara beban kerja dan penyakit arteri koroner," kata Dr Schnall.
Studi Whitehall juga menemukan adanya peningkatan kasus penyakit jantung koroner (67 persen) pada pegawai negeri Inggris yang bekerja 11 jam atau lebih dalam sehari dibandingkan dengan mereka yang hanya bekerja 7 sampai 8 jam. Jika Anda tidak dapat mengurangi jam kerja, Anda dapat fokus pada faktor-faktor risiko lain yang dapat Anda kontrol seperti makan banyak buah dan sayuran, cukup tidur, dan melakukan aktivitas fisik selama beberapa minggu.
9. Pekerjaan tanpa asuransi kesehatan
Sekitar 50 juta orang Amerika Serikat, atau 1 dari 6 orang, tidak diasuransikan pada tahun 2010. Kurangnya asuransi kesehatan telah dikaitkan dengan buruknya kondisi kesehatan pada umumnya dan kesehatan jantung pada khususnya. Riset pada 2007 dalam Journal of American Medical Association menemukan, ada perbaikan tingkat kesehatan pada orang dewasa yang mendapat asuransi setelah sebelumnya mereka tidak diasuransikan.
10. Kehilangan pekerjaan
Meskipun ini tidak terkait antara jenis pekerjaan dan risiko serangan jantung, tetapi kehilangan pekerjaan juga bisa membahayakan kesehatan jantung. Riset menunjukkan, pekerja berusia lebih tua yang kehilangan pekerjaan bukan karena kesalahan mereka sendiri (misalnya, kantor atau pabrik bangkrut dan bukan karena masalah kesehatan) memiliki risiko dua kali lipat menderita stroke.
Bahkan sebuah studi dari ilmuwan Harvard pada 2009 menemukan, orang yang kehilangan pekerjaan mereka lebih mungkin untuk mengembangkan masalah baru, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung di kemudian hari.
Ada beberapa tipe dan karakteristik pekerjaan yang sebenarnya mungkin dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung. Pekerjaan apa saja itu? Berikut adalah penjabarannya seperti dikutip Health.com:
1. Terlalu lama duduk
Orang yang sifat pekejaannya selalu menetap (minim aktivitas fisik) memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah jantung daripada mereka yang pekerjaannya lebih aktif, kata Dr Martha Grogan, seorang ahli jantung dari Mayo Clinic, Rochester, Minnesotta.
Grogan mengatakan, tidak diketahui secara pasti mengapa hal ini bisa terjadi. Tetapi menurutnya, terlalu berlama-lama duduk dapat menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan enzim yang biasanya memecah lemak. Sebagai antisipasinya, Anda bisa berdiri dan berjalan-jalan sekali-sekali di tengah kesibukan pekerajaan Anda.
2. Polisi dan pemadam kebakaran
Penggabungan antara jenis pekerjaan yang cenderung tidak aktif dan memiliki tingkat stres tinggi - seperti melawan tindak kejahatan atau pemadam kebakaran - tidak bagus untuk kesehatan jantung. Sekitar 22 persen kematian pada polisi dan 45 persen pada petugas pemadam kebakaran kebanyak disebabkan karena penyakit jantung dibandingkan 15 persen jenis pekerjaan lainnya.
Bekerja berjam-jam, shift (jaga) malam, makan yang tidak sehat di tempat kerja, stres, paparan karbon monoksida atau polusi, serta faktor risiko lain, seperti hipertensi mungkin memainkan peran penting terhadap berkembangnya penyakit jantung. Jika Anda tidak dapat mengubah pekerjaan Anda, setidaknya Anda bisa melakukan perubahan dengan fokus pada hal-hal seperti makan sehat, olahraga, dan menurunkan tekanan darah - yang dapat Anda kendalikan.
3. Pengendara bus
Sopir bus lebih mungkin untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan pekerja lainnya, jelas Dr Peter L. Schnall, profesor kedokteran dari University of California, Irvine. Menurut Schnall, sopir bus berisiko mengalami tekanan dan stres saat melakukan pekerjaannya karena mereka membutuhkan kewaspadaan untuk menghindari kecelakaan dan menjaga penumpang tetap aman.Namun, meskipun Anda tidak dapat mengontrol stres atau polusi, Anda dapat mengatasi faktor-faktor risiko lainnya. Sebuah riset menunjukkan, 56 persen dari para sopir bus di Taipei telah didiagnosa hipertensi jika dibandingkan dengan 31 persen jenis pekerjaan lainnya. Mereka juga memiliki kolesterol tinggi, berat badan, trigliserida, dan penyakit jantung.
4. Pekerja shift
Pergeseran jadwal atau berganti shift malam umum terjadi di kalangan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan lainnya. Orang-orang pada kelompok ini biasanya memiliki risiko lebih tinggi penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Bekerja shift sendiri dapat mengganggu irama sirkadian dan jam tidur seseorang yang memainkan peran penting dalam menjaga gula darah, tekanan darah, dan regulasi insulin. Tapi gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menjadi faktor pemicu.
Pekerja shift malam tampaknya lebih mungkin untuk merokok, kata Dr Nieca Goldberg, direktur medis dari Joan H. Tisch Center for Women Health di NYU Langone Medical Center di New York City. Sementara itu durasi tidur yang pendek telah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih besar.
5. Bartender
Banyak negara-negara bagian dan kota-kota di Amerika Serikat sudah memiliki undang-undang larangan merokok di restoran dan bar. Namun bartender yang bekerja di tempat-tempat yang tidak memiliki peraturan seperti itu memiliki risiko lebih besar untuk secara sengaja menghisap asap tembakau.
"Sudah jelas menunjukkan bahwa asap rokok secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung," kata Dr Grogan.
6. Pekerja terowongan
Sebuah studi pada 1988 yang melibatkan lebih dari 5.000 pekerja terowongan di New York City menemukan bahwa orang yang pernah bekerja di terowongan transportasi memiliki peningkatan risiko kematian terkait jantung sebesar 35 persen ketimbang populasi umum.
"Ini intuitif. Para pekerja ini biasanya lebih berisiko terpapar tingkat yang lebih tinggi karbon monoksida dibandingkan dengan pekerja jembatan," kata Dr Mauro Moscucci, kepala divisi kardiovaskular dari University of Miami Miller School of Medicine. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
7. Pekerja pabrik
Orang yang bekerja di pabrik atau pekerjaan yang sangat menuntut kuota namun tendah tingkat pengawasan atau kontrol dari pekerjaan, juga dianggap berada pada kelompok yang berisiko tinggi penyakit jantung. "Bekerja di luar kemampuan adalah sebuah stressor yang dapat mengarah ke penyakit jantung," kata Dr Moscucci.
Sebuah penelitian dalam The Landmark Whitehall di mana melibatkan hampir 11.000 pegawai sipil Inggris menemukan bahwa pria dan wanita dengan kontrol pekerjaan rendah memiliki dua kali lipat mendapatkan penyakit jantung. Hal yang sama berlaku pula pada pekerja yang mendapat kontrol lebih besar.
8. Bekerja 11 jam lebih
Karyawan yang bekerja selama berjam-jam juga berisiko lebih tinggi. "Kami mengetahui ada hubungan antara beban kerja dan penyakit arteri koroner," kata Dr Schnall.
Studi Whitehall juga menemukan adanya peningkatan kasus penyakit jantung koroner (67 persen) pada pegawai negeri Inggris yang bekerja 11 jam atau lebih dalam sehari dibandingkan dengan mereka yang hanya bekerja 7 sampai 8 jam. Jika Anda tidak dapat mengurangi jam kerja, Anda dapat fokus pada faktor-faktor risiko lain yang dapat Anda kontrol seperti makan banyak buah dan sayuran, cukup tidur, dan melakukan aktivitas fisik selama beberapa minggu.
9. Pekerjaan tanpa asuransi kesehatan
Sekitar 50 juta orang Amerika Serikat, atau 1 dari 6 orang, tidak diasuransikan pada tahun 2010. Kurangnya asuransi kesehatan telah dikaitkan dengan buruknya kondisi kesehatan pada umumnya dan kesehatan jantung pada khususnya. Riset pada 2007 dalam Journal of American Medical Association menemukan, ada perbaikan tingkat kesehatan pada orang dewasa yang mendapat asuransi setelah sebelumnya mereka tidak diasuransikan.
10. Kehilangan pekerjaan
Meskipun ini tidak terkait antara jenis pekerjaan dan risiko serangan jantung, tetapi kehilangan pekerjaan juga bisa membahayakan kesehatan jantung. Riset menunjukkan, pekerja berusia lebih tua yang kehilangan pekerjaan bukan karena kesalahan mereka sendiri (misalnya, kantor atau pabrik bangkrut dan bukan karena masalah kesehatan) memiliki risiko dua kali lipat menderita stroke.
Bahkan sebuah studi dari ilmuwan Harvard pada 2009 menemukan, orang yang kehilangan pekerjaan mereka lebih mungkin untuk mengembangkan masalah baru, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung di kemudian hari.
11. Pedasnya Cabai Sehatkan Jantung
Studi terbaru menunjukkan bahwa kandungan dalam cabai pedas bisa
memiliki manfaat signifikan untuk melindungi seseorang dari penyakit jantung.
Studi terbaru menunjukkan bahwa kandungan dalam cabai
pedas bisa memiliki manfaat signifikan untuk melindungi seseorang dari
penyakit jantung.
Studi yang dipimpin oleh Profesor Zhen Yu Chen dari Chinese University of Hong Kong itu diungkapkan dalam forum National Meeting of American Chemical Society ke-243 di San Diego, Amerika Serikat.
Dari pengujian mereka semakin terbukti, senyawa capsaicin yang memberikan rasa pedas pada cabai mampu meningkatkan kerja organ jantung.
Zat-zat capsaicinoid dalam capsaicin dapat mengurangi akumulasi kadar kolesterol pada tubuh, dengan meningkatkan kerusakan pada lemak jahat, kemudian membuangnya keluar lewat feses. Capsaicinoid memblokir cyclooxygenase-2, suatu gen yang membuat pembuluh arteri berkontraksi dan dapat menghalangi aliran darah ke jantung.
Capsaicinoid pun efektif memicu penurunan lemak di pembuluh darah. Lemak ini dapat mempersempit arteri dan memicu penyakit jantung atau stroke. Kesimpulannya, zat yang tergolong dalam capsaicinoid membantu meningkatkan kerja jantung dan kesehatan pembuluh darah.
Meski demikian, diingatkan Chen, konsumsi cabai yang berlebihan juga tidak direkomendasikan bagi kesehatan para penderita penyakit jantung. Sebab, cabai memang bukanlah pengganti dari obat-obatan penyakit jantung yang telah ada saat ini.
"Pada dasarnya diet yang baik adalah diet yang seimbang. Cabai ini mungkin bisa dibilang sebagai suplemennya," imbuh pakar ilmu gizi dan pangan tersebut. (Gloria Samantha)
Studi yang dipimpin oleh Profesor Zhen Yu Chen dari Chinese University of Hong Kong itu diungkapkan dalam forum National Meeting of American Chemical Society ke-243 di San Diego, Amerika Serikat.
Dari pengujian mereka semakin terbukti, senyawa capsaicin yang memberikan rasa pedas pada cabai mampu meningkatkan kerja organ jantung.
Zat-zat capsaicinoid dalam capsaicin dapat mengurangi akumulasi kadar kolesterol pada tubuh, dengan meningkatkan kerusakan pada lemak jahat, kemudian membuangnya keluar lewat feses. Capsaicinoid memblokir cyclooxygenase-2, suatu gen yang membuat pembuluh arteri berkontraksi dan dapat menghalangi aliran darah ke jantung.
Capsaicinoid pun efektif memicu penurunan lemak di pembuluh darah. Lemak ini dapat mempersempit arteri dan memicu penyakit jantung atau stroke. Kesimpulannya, zat yang tergolong dalam capsaicinoid membantu meningkatkan kerja jantung dan kesehatan pembuluh darah.
Meski demikian, diingatkan Chen, konsumsi cabai yang berlebihan juga tidak direkomendasikan bagi kesehatan para penderita penyakit jantung. Sebab, cabai memang bukanlah pengganti dari obat-obatan penyakit jantung yang telah ada saat ini.
"Pada dasarnya diet yang baik adalah diet yang seimbang. Cabai ini mungkin bisa dibilang sebagai suplemennya," imbuh pakar ilmu gizi dan pangan tersebut. (Gloria Samantha)
12. Penyakit Jantung dan Diabetes Ancam Bayi Gemuk
Dalam riset terbaru terungkap obesitas di usia dini akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes di kemudian hari
Bahaya kegemukan berlebih pada anak-anak terus dikaji. Dalam riset
terbaru terungkap obesitas di usia dini akan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan diabetes di kemudian hari, khususnya pada anak
perempuan.Dalam risetnya, peneliti melibatkan lebih dari 1.000
relawan asal Australia berusia 17 tahun, yang diikuti sejak lahir.
Tujuannya adalah untuk menguji apakah berat lahir dan distribusi lemak
tubuh pada anak usia dini dikaitkan dengan faktor risiko kesehatan masa
depan seperti obesitas, resistensi insulin dan tekanan darah tinggi.
Temuan menunjukkan, bayi perempuan yang obesitas cenderung memiliki lingkar pinggang lebih besar, tinggi kadar insulin dan trigliserida (sejenis lemak yang ditemukan dalam darah), dan kadar kolesterol baik "HDL" yang rendah.
Yang menarik, berat lahir dan distribusi lemak tubuh pada anak usia dini tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada pria.
"Apa yang terjadi pada bayi saat di dalam kandungan dapat mempengaruhi penyakit jantung dan risiko diabetes ketika anak tumbuh dewasa," kata pemimpin riset, Dr Rae-Chi Huang dari University of Western Australia, Perth, dalam sebuah rilis berita.
"Kami menemukan bahwa bayi perempuan sangat rentan terhadap risiko ini. Perempuan yang berisiko tinggi obesitas dan diabetes pada usia 17 tahun adalah mereka yang sudah mengalami obesitas sejak usia 12 bulan," kata Huang.
Huang mengatakan temuan ini penting karena ada peningkatan angka obesitas dan diabetes gestasional pada wanita hamil di negara-negara Barat. Hal ini berarti akan ada kenaikan jumlah bayi perempuan yang lahir dengan obesitas.
"Temuan kami dapat menjadi pesan bagi masyarakat khususnya untuk para ibu hamil agar melakukan langkah-langkah pencegahan obesitas pada anak mereka sejak tahap awal (masa kehamilan) dan mengetahui konsekuensinya," kata Huang.
Meskipun penelitian menunjukkan adanya hubungan antara obesitas pada usia dini dan peningkatan risiko diabetes dan penyakit jantung, tetapi hal ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
Temuan menunjukkan, bayi perempuan yang obesitas cenderung memiliki lingkar pinggang lebih besar, tinggi kadar insulin dan trigliserida (sejenis lemak yang ditemukan dalam darah), dan kadar kolesterol baik "HDL" yang rendah.
Yang menarik, berat lahir dan distribusi lemak tubuh pada anak usia dini tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada pria.
"Apa yang terjadi pada bayi saat di dalam kandungan dapat mempengaruhi penyakit jantung dan risiko diabetes ketika anak tumbuh dewasa," kata pemimpin riset, Dr Rae-Chi Huang dari University of Western Australia, Perth, dalam sebuah rilis berita.
"Kami menemukan bahwa bayi perempuan sangat rentan terhadap risiko ini. Perempuan yang berisiko tinggi obesitas dan diabetes pada usia 17 tahun adalah mereka yang sudah mengalami obesitas sejak usia 12 bulan," kata Huang.
Huang mengatakan temuan ini penting karena ada peningkatan angka obesitas dan diabetes gestasional pada wanita hamil di negara-negara Barat. Hal ini berarti akan ada kenaikan jumlah bayi perempuan yang lahir dengan obesitas.
"Temuan kami dapat menjadi pesan bagi masyarakat khususnya untuk para ibu hamil agar melakukan langkah-langkah pencegahan obesitas pada anak mereka sejak tahap awal (masa kehamilan) dan mengetahui konsekuensinya," kata Huang.
Meskipun penelitian menunjukkan adanya hubungan antara obesitas pada usia dini dan peningkatan risiko diabetes dan penyakit jantung, tetapi hal ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
13. Kurang dan Kelebihan Tidur Dapat Merusak Jantung
Kurang mendapatkan waktu tidur dan kelebihan tidur ternyata sama-sama memiliki dampak buruk terhadap kesehatan jantung.
Kurang mendapatkan waktu tidur dan kelebihan tidur ternyata sama-sama
memiliki dampak buruk terhadap kesehatan jantung. Demikian hasil riset
terbaru yang dipimpin oleh Dr. Rohit Arora, kepala kardiologi dari Chicago Medical School.
Peneliti menemukan, tidur terlalu sedikit dapat menempatkan orang pada risiko lebih tinggi terkena stroke, serangan jantung dan gagal jantung kongestif. Di sisi lain, orang yang tidur terlalu banyak memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami nyeri dada (angina) dan penyakit arteri koroner.
Rencananya temuan ini akan di presentasikan pada hari Minggu saat pertemuan tahunan American College of Cardiology di Chicago.
Dalam kajiannya, peneliti menganalisis data lebih dari 3.000 pasien berusia di atas 45 tahun yang berpartisipasi dalam US National Health and Nutrition Examination Survey untuk melihat hubungan antara durasi tidur dan kesehatan jantung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mendapat tidur terlalu sedikit (kurang dari 6 jam) dua kali lebih mungkin untuk mengalami serangan stroke atau jantung dan 1,6 kali lebih mungkin untuk mengalami gagal jantung kongestif. Sementara mereka yang tidur lebih dari delapan jam semalam, dua kali lebih mungkin untuk mengalami angina dan 1,1 kali lebih mungkin menderita penyakit arteri koroner.
Temuan ini juga telah memperhitungkan faktor risiko jantung seperti usia, kadar kolesterol darah, merokok dan obesitas, serta untuk sleep apnea dan masalah tidur lainnya.
Peneliti mencatat, riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa kurang tidur berhubungan dengan sistem saraf yang hiperaktif, intoleransi glukosa, diabetes, peradangan, peningkatan hormon stres dan tekanan darah.
Terkait hubungan antara tidur yang terlalu lama dan risiko masalah jantung sampai saat ini masih tidak jelas. Menurut peneliti, perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara keduanya.
"Dokter harus mulai menanyakan pasien tentang kebiasaan tidur mereka, terutama mereka yang berisiko lebih besar terkena penyakit jantung," kata Arora.
"Ini benar-benar hal yang sederhana untuk menilainya sebagai bagian dari pemeriksaan fisik. Cara ini memerlukan biaya apapun dan dapat membantu pasien untuk mengadopsi kebiasaan tidur yang lebih baik," terangnya.
Meskipun penelitian baru menemukan hubungan antara masalah tidur dan gangguan jantung, hal ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
Peneliti menemukan, tidur terlalu sedikit dapat menempatkan orang pada risiko lebih tinggi terkena stroke, serangan jantung dan gagal jantung kongestif. Di sisi lain, orang yang tidur terlalu banyak memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami nyeri dada (angina) dan penyakit arteri koroner.
Rencananya temuan ini akan di presentasikan pada hari Minggu saat pertemuan tahunan American College of Cardiology di Chicago.
Dalam kajiannya, peneliti menganalisis data lebih dari 3.000 pasien berusia di atas 45 tahun yang berpartisipasi dalam US National Health and Nutrition Examination Survey untuk melihat hubungan antara durasi tidur dan kesehatan jantung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mendapat tidur terlalu sedikit (kurang dari 6 jam) dua kali lebih mungkin untuk mengalami serangan stroke atau jantung dan 1,6 kali lebih mungkin untuk mengalami gagal jantung kongestif. Sementara mereka yang tidur lebih dari delapan jam semalam, dua kali lebih mungkin untuk mengalami angina dan 1,1 kali lebih mungkin menderita penyakit arteri koroner.
Temuan ini juga telah memperhitungkan faktor risiko jantung seperti usia, kadar kolesterol darah, merokok dan obesitas, serta untuk sleep apnea dan masalah tidur lainnya.
Peneliti mencatat, riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa kurang tidur berhubungan dengan sistem saraf yang hiperaktif, intoleransi glukosa, diabetes, peradangan, peningkatan hormon stres dan tekanan darah.
Terkait hubungan antara tidur yang terlalu lama dan risiko masalah jantung sampai saat ini masih tidak jelas. Menurut peneliti, perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara keduanya.
"Dokter harus mulai menanyakan pasien tentang kebiasaan tidur mereka, terutama mereka yang berisiko lebih besar terkena penyakit jantung," kata Arora.
"Ini benar-benar hal yang sederhana untuk menilainya sebagai bagian dari pemeriksaan fisik. Cara ini memerlukan biaya apapun dan dapat membantu pasien untuk mengadopsi kebiasaan tidur yang lebih baik," terangnya.
Meskipun penelitian baru menemukan hubungan antara masalah tidur dan gangguan jantung, hal ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
14. Inilah Bakteri Mulut Penyebab Sakit Jantung
Sebuah riset terbaru menemukan bahwa, bakteri Streptococcus gordonii yang masuk ke dalam aliran darah dapat menyebabkan pembekuan darah.
Ada banyak bakteri yang hidup di mulut kita, salah satunya adalah Streptococcus gordonii. Sebuah riset terbaru menemukan bahwa, bakteri Streptococcus gordonii yang
masuk ke dalam aliran darah dapat menyebabkan pembekuan darah dan
memicu endokarditis (peradangan pada lapisan dalam jantung).
Demikian hasil riset yang dipresentasikan para ilmuwan dari Royal College of Surgeons dalam Society for General Microbiology Spring Conference, Dublin Irlandia pekan ini.
Streptococcus gordonii merupakan jenis bakteri yang ada di dalam mulut dan memiliki kontribusi dalam pembentukan plak pada permukaan gigi. Jika bakteri itu masuk ke dalam aliran darah melalui gusi yang berdarah, mereka akan mendatangkan malapetaka dengan menyamar sebagai protein manusia.
Peneliti dari Royal College of Surgeons, Irlandia (RCSI) dan University of Bristol telah menemukan bahwa S. gordonii mampu menghasilkan molekul yang meniru fibrinogen protein manusia, dan menyebabkan penggumpalan di dalam pembuluh darah. Penggumpalan trombosit dapat menyebabkan endokarditis atau peradangan pembuluh darah yang dapat menghentikan suplai darah ke jantung dan otak.
Dr Helen Petersen, mengatakan, dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara bakteri dan risiko pembekuan darah, hal ini bisa membantu khususnya dalam melakukan pengobatan endokarditis infektif. Endokarditis infektif adalah infeksi pada katup-katup jantung, yang biasanya disebabkan oleh bakteri.
"Sekitar 30 persen orang dengan endokarditis infektif akan mati dan sebagian besar memerlukan operasi penggantian katup jantung yang telah terinfeksi, dengan katup yang terbuat dari logam atau hewan," kata Dr Petersen.
"Tim kami kini telah mengidentifikasi komponen-komponen dari molekul S. gordonii yang meniru fibrinogen, sehingga kita semakin dekat untuk dapat merancang senyawa baru untuk menghambatnya. Hal ini akan mencegah stimulasi pembekuan darah yang tidak diinginkan," sambung Dr Steve Kerrigan dari RCSI.
Selain itu, peneliti secara lebih luas juga turut mengamati bakteri lain pada plak gigi yang mungkin memiliki efek mirip dengan S. Gordonii. "Kami juga mencoba mempelajari sifat bakteri lain yang memiliki hubungan dengan S. gordonii. Temuan kami jelas menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga mulut kebersihan dan kesehatan gigi dengan menyikat gigi secara teratur," tegas Dr Petersen.
Demikian hasil riset yang dipresentasikan para ilmuwan dari Royal College of Surgeons dalam Society for General Microbiology Spring Conference, Dublin Irlandia pekan ini.
Streptococcus gordonii merupakan jenis bakteri yang ada di dalam mulut dan memiliki kontribusi dalam pembentukan plak pada permukaan gigi. Jika bakteri itu masuk ke dalam aliran darah melalui gusi yang berdarah, mereka akan mendatangkan malapetaka dengan menyamar sebagai protein manusia.
Peneliti dari Royal College of Surgeons, Irlandia (RCSI) dan University of Bristol telah menemukan bahwa S. gordonii mampu menghasilkan molekul yang meniru fibrinogen protein manusia, dan menyebabkan penggumpalan di dalam pembuluh darah. Penggumpalan trombosit dapat menyebabkan endokarditis atau peradangan pembuluh darah yang dapat menghentikan suplai darah ke jantung dan otak.
Dr Helen Petersen, mengatakan, dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara bakteri dan risiko pembekuan darah, hal ini bisa membantu khususnya dalam melakukan pengobatan endokarditis infektif. Endokarditis infektif adalah infeksi pada katup-katup jantung, yang biasanya disebabkan oleh bakteri.
"Sekitar 30 persen orang dengan endokarditis infektif akan mati dan sebagian besar memerlukan operasi penggantian katup jantung yang telah terinfeksi, dengan katup yang terbuat dari logam atau hewan," kata Dr Petersen.
"Tim kami kini telah mengidentifikasi komponen-komponen dari molekul S. gordonii yang meniru fibrinogen, sehingga kita semakin dekat untuk dapat merancang senyawa baru untuk menghambatnya. Hal ini akan mencegah stimulasi pembekuan darah yang tidak diinginkan," sambung Dr Steve Kerrigan dari RCSI.
Selain itu, peneliti secara lebih luas juga turut mengamati bakteri lain pada plak gigi yang mungkin memiliki efek mirip dengan S. Gordonii. "Kami juga mencoba mempelajari sifat bakteri lain yang memiliki hubungan dengan S. gordonii. Temuan kami jelas menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga mulut kebersihan dan kesehatan gigi dengan menyikat gigi secara teratur," tegas Dr Petersen.
15. Ngorok Perlu Diobati Agar Jantung Pulih
Sebuah penelitian barudi Birmingham Inggris menunjukkan bahwa perawatan mendengkur ternyata dapat memperbaiki fungsi-fungsi jantung.
Sebuah penelitian baru yang dilakukan di Birmingham Inggris menunjukkan bahwa perawatan mendengkur ternyata dapat memperbaiki fungsi-fungsi jantung.
Mendengkur telah lama diketahui sebagai tanda dari sleep apnea atau henti nafas dalam tidur. Sleep apnea terjadi akibat dari menyempitnya saluran nafas saat tidur, hingga aliran udara terhenti. Walau gerakan nafas berusaha keras menarik udara, udara tetap tidak dapat masuk ataupun keluar dari paru-paru. Akibatnya penderita dalam keadaan sesak akan terbangun tanpa sadar untuk mengambil nafas.
Perhatikan, walau gelombang otak terbangun, si penderita tidak sampai terjaga. Akibatnya, ia bangun dengan rasa tak segar dan terus mengantuk tanpa tahu penyebabnya. Episode henti nafas ini berulang sepanjang malam mengakibatkan reaksi berantai yang berujung pada hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke hingga kematian.
Pemimpin penelitian, Dr. Gregory Lip menegaskan bahwa sleep apnea tak dapat dianggap sebagai gangguan yang ringan. Sudah lama para ahli mengetahui bahaya ini. Sayang, masyarakat umum masih menganggap mendengkur sebagai gangguan suara biasa saja. Akibatnya, risiko berbagai penyakit berbahaya terus mengintai setiap malam. Amat disayangkan karena semua penyakit tersebut bisa dicegah dengan mengatasi dengkuran.
Sebuah penelitian lain yang lebih dulu diterbitkan oleh jurnal Circulation di tahun 2003 bahkan menyebutkan bahwa dengan perawatan sleep apnea, seorang pendengkur akan turun risikonya untuk menderita berbagai penyakit jantung sebanyak 37 persen, sementara risiko terserang stroke turun hingga 56 persen.
Dari pemeriksaan standar di laboratorium tidur, pasien penderita sleep apnea dikelompokan dalam kategori ringan, sedang dan parah berdasarkan jumlah henti nafas perjam dalam tidur. Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal American Heart Association itu, dilakukan echocardiography pada 40 orang pendengkur dengan sleep apnea, 40 orang penderita hipertensi tanpa sleep apnea dan 40 orang sehat.
Hasilnya, penderita sleep apnea dan penderita hipertensi tanpa sleep apnea mengalami gangguan struktur dan fungsi pada ventrikel kiri jantung. Kelompok yang menderita sleep apnea, kemudian diberikan perawatan berupa Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Alat ini berupa unit alat yang dihubungkan ke masker hidung dan meniupkan tekanan positif untuk mengganjal saluran nafas agar tetap membuka selama tidur.
Penderita sleep apnea walau awalnya menganggap penggunaan CPAP sebagai sesuatu yang seram dan merepotkan, namun akhirnya jatuh hati karena kualitas tidur menjadi lebih baik. Ini tampak dari kualitas hidup di siang harinya. Setelah menggunakan CPAP selama 6 bulan, para pendengkur dengan sleep apnea kembali diperiksa. Hasilnya, penebalan dinding jantung berkurang, dan fungsi-fungsi jantung didapati membaik.
Penulis juga mengingatkan, walau tidak merasakan gejala-gejala gangguan jantung, sebaiknya tetap waspada jika kita seorang mendengkur. Karena terbukti, perawatan dengkur dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Anda pendengkur?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendengar kesaksian pasangan. Sebab dialah yang tahu kondisi kita saat tidur. Kita sendiri tak pernah tahu bila diri kita mendengkur. Pendengkur akan menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur. Pemeriksaan yang rumit namun nyaman ini tak memerlukan persiapan khusus. Tinggal datang, dipasangi alat, lalu tidur hingga pagi.
Dari pemeriksaan tidur, baru didapatkan diagnosa dan bisa diputuskan perawatan terbaik. Penggunaan CPAP pun diperkenalkan. Penyetelan alat, pengenalan hingga pemberian alat hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang memang terlatih khusus. Setelah penggunaan Anda akan merasa segar bugar seolah terlahir kembali. Semua tantangan baru seolah bisa diatasi dengan mudah. Dan Anda pun terhindar dari berbagai penyakit berbahaya yang mungkin mengintai jika dengkuran tak diatasi.
Mendengkur telah lama diketahui sebagai tanda dari sleep apnea atau henti nafas dalam tidur. Sleep apnea terjadi akibat dari menyempitnya saluran nafas saat tidur, hingga aliran udara terhenti. Walau gerakan nafas berusaha keras menarik udara, udara tetap tidak dapat masuk ataupun keluar dari paru-paru. Akibatnya penderita dalam keadaan sesak akan terbangun tanpa sadar untuk mengambil nafas.
Perhatikan, walau gelombang otak terbangun, si penderita tidak sampai terjaga. Akibatnya, ia bangun dengan rasa tak segar dan terus mengantuk tanpa tahu penyebabnya. Episode henti nafas ini berulang sepanjang malam mengakibatkan reaksi berantai yang berujung pada hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke hingga kematian.
Pemimpin penelitian, Dr. Gregory Lip menegaskan bahwa sleep apnea tak dapat dianggap sebagai gangguan yang ringan. Sudah lama para ahli mengetahui bahaya ini. Sayang, masyarakat umum masih menganggap mendengkur sebagai gangguan suara biasa saja. Akibatnya, risiko berbagai penyakit berbahaya terus mengintai setiap malam. Amat disayangkan karena semua penyakit tersebut bisa dicegah dengan mengatasi dengkuran.
Sebuah penelitian lain yang lebih dulu diterbitkan oleh jurnal Circulation di tahun 2003 bahkan menyebutkan bahwa dengan perawatan sleep apnea, seorang pendengkur akan turun risikonya untuk menderita berbagai penyakit jantung sebanyak 37 persen, sementara risiko terserang stroke turun hingga 56 persen.
Dari pemeriksaan standar di laboratorium tidur, pasien penderita sleep apnea dikelompokan dalam kategori ringan, sedang dan parah berdasarkan jumlah henti nafas perjam dalam tidur. Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal American Heart Association itu, dilakukan echocardiography pada 40 orang pendengkur dengan sleep apnea, 40 orang penderita hipertensi tanpa sleep apnea dan 40 orang sehat.
Hasilnya, penderita sleep apnea dan penderita hipertensi tanpa sleep apnea mengalami gangguan struktur dan fungsi pada ventrikel kiri jantung. Kelompok yang menderita sleep apnea, kemudian diberikan perawatan berupa Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Alat ini berupa unit alat yang dihubungkan ke masker hidung dan meniupkan tekanan positif untuk mengganjal saluran nafas agar tetap membuka selama tidur.
Penderita sleep apnea walau awalnya menganggap penggunaan CPAP sebagai sesuatu yang seram dan merepotkan, namun akhirnya jatuh hati karena kualitas tidur menjadi lebih baik. Ini tampak dari kualitas hidup di siang harinya. Setelah menggunakan CPAP selama 6 bulan, para pendengkur dengan sleep apnea kembali diperiksa. Hasilnya, penebalan dinding jantung berkurang, dan fungsi-fungsi jantung didapati membaik.
Penulis juga mengingatkan, walau tidak merasakan gejala-gejala gangguan jantung, sebaiknya tetap waspada jika kita seorang mendengkur. Karena terbukti, perawatan dengkur dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Anda pendengkur?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendengar kesaksian pasangan. Sebab dialah yang tahu kondisi kita saat tidur. Kita sendiri tak pernah tahu bila diri kita mendengkur. Pendengkur akan menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur. Pemeriksaan yang rumit namun nyaman ini tak memerlukan persiapan khusus. Tinggal datang, dipasangi alat, lalu tidur hingga pagi.
Dari pemeriksaan tidur, baru didapatkan diagnosa dan bisa diputuskan perawatan terbaik. Penggunaan CPAP pun diperkenalkan. Penyetelan alat, pengenalan hingga pemberian alat hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang memang terlatih khusus. Setelah penggunaan Anda akan merasa segar bugar seolah terlahir kembali. Semua tantangan baru seolah bisa diatasi dengan mudah. Dan Anda pun terhindar dari berbagai penyakit berbahaya yang mungkin mengintai jika dengkuran tak diatasi.
16. Sulit Tidur Pada Pasien Jantung
Penyakit jantung adalah salah satu contoh paling baik dalam penerapan konsep interaksi pikiran dan tubuh.
17. Mendengkur Bisa Membunuh Diam-diam
Orang yang sering mendengkur saat tidur apalagi jika disertai berhenti
napas saat tidur beresiko tinggi menderita stroke dan penyakit jantung.
18. Keluhan Sesak Belum Tentu Sakit Jantung
Sore dok, saya ingin bertanya mengenai keluhan yang saya alami.
Beberapa hari ini, saya merasa sesak apalagi saat mengerjakan sesuatu
yang berat.
19. Jantung Kuat Berkat Rutin Naik Tangga
Selain efektif membakar lemak, olahraga aerobik juga efektif untuk menguatkan jantung dan meningkatkan ketahanan tubuh.
Sekali mendayung dua tiga pula terlampaui. Begitulah pepatah yang tepat
untuk menggambarkan manfaat dari latihan aerobik. Selain efektif
membakar lemak, olahraga ini juga efektif untuk menguatkan jantung dan
meningkatkan ketahanan tubuh.
Salah satu jenis olahraga aerobik murah meriah namun berdampak sangat besar adalah naik tangga. Menurut Rachel Cosgrove, pencipta Men's Health Spartacus Workout Series, naik tangga mirip dengan menaiki bukit namun jauh lebih sulit.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mereka yang sehari-harinya kurang bergerak diketahui orang yang naik tangga 199 langkah selama 5 hari dalam seminggu dalam periode 8 minggu, mengalami peningkatan VO2max (untuk mengukur kemampuan aerobik) sampai 17 persen.
Menaiki tangga termasuk dalam olahraga intensitas tinggi namun dalam durasi singkat. Kegiatan ini cukup efektif meningkatkan kemampuan aerobik yang setara dengan melakukan olahraga kardio intensitas rendah dalam waktu lama.
Untuk menambah manfaatnya, Anda bisa melakukan variasi misalnya berlari sambil menaiki tangga. Para pakar kebugaran percaya aktivitas ini akan meningkatkan kecepatan dan penguatan otot-otot kaki.
"Otot yang kuat adalah otot yang bertenaga. Karena itu kegiatan ini adalah tentang meningkatkan daya tahan," kata Colin Boreham, Ph.D, direktur bidang kedokteran olahraga di University College Dublin.
Salah satu jenis olahraga aerobik murah meriah namun berdampak sangat besar adalah naik tangga. Menurut Rachel Cosgrove, pencipta Men's Health Spartacus Workout Series, naik tangga mirip dengan menaiki bukit namun jauh lebih sulit.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mereka yang sehari-harinya kurang bergerak diketahui orang yang naik tangga 199 langkah selama 5 hari dalam seminggu dalam periode 8 minggu, mengalami peningkatan VO2max (untuk mengukur kemampuan aerobik) sampai 17 persen.
Menaiki tangga termasuk dalam olahraga intensitas tinggi namun dalam durasi singkat. Kegiatan ini cukup efektif meningkatkan kemampuan aerobik yang setara dengan melakukan olahraga kardio intensitas rendah dalam waktu lama.
Untuk menambah manfaatnya, Anda bisa melakukan variasi misalnya berlari sambil menaiki tangga. Para pakar kebugaran percaya aktivitas ini akan meningkatkan kecepatan dan penguatan otot-otot kaki.
"Otot yang kuat adalah otot yang bertenaga. Karena itu kegiatan ini adalah tentang meningkatkan daya tahan," kata Colin Boreham, Ph.D, direktur bidang kedokteran olahraga di University College Dublin.
20. 5 Tanda Jantung Anda Bermasalah
Di antara Anda, pasti ada yang pernah membaca tanda-tanda atau gejala serangan jantung dari berbagai literatur.
Di antara Anda, pasti ada yang pernah membaca tanda-tanda atau
gejala serangan jantung dari berbagai literatur. Di antaranya sekian
banyak gejala, nyeri dada dan rasa sesak merupakan tanda yang paling
populer dari serangan jantung. Tetapi, bagaimana dengan tanda-tanda lain
yang penting untuk ketahui guna mengantisipasi gangguan jantung?
Para pakar jantung menyebutkan, gejala-gejala sakit jantung sebenarnya bisa tampak dari keluhan di banyak bagian tubuh. "Jantung, bersama dengan pembuluh arteri yang menyokongnya adalah salah satu otot yang besar. Ketika jantung mengalami kegagalan, gejala-gejalanya bisa terlihat di banyak bagian tubuh," kata Jonathan Goldstein, kardiolog dari St. Michael's Medical Center di Newark, New Jersey. Berikut ini adalah lima petunjuk tersembunyi yang bisa menjadi penanda munculnya gangguan pada jantung. Apabila Anda mengalami dua atau lebih gejala seperti dibawah ini secara bersamaan, Goldstein menganjurkan untuk segera pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut :
1. Nyeri leher
Apakah Anda pernah merasa nyeri otot yang berkepanjangan pada bagian leher? Waspadai bila nyeri in tak kunjung hilang. Pascaserangan jantung, beberapa pasien mengingat kalau mereka sebelumnya merasakan nyeri dan tegang pada leher. Mereka seringkali tak memperhatikan gejala ini karena mereka hanya fokus pada gejala-gejala yang lebih dramatis seperti nyeri akut di sekitar dada, bahu, dan lengan.
"Perempuan khususnya lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala seperti ini, dan lebih mungkin untuk merasa nyeri mendadak disertai rasa sesak di bagian bahu dan bagian bawah leher," kata Margie Latrella, seorang perawat dan juga penulis dari Women Cardiology Center, New Jersey. Rasa sakit juga dapat merambat ke sisi kiri bagian tubuh, bahu kiri dan lengan.
Apa yang terjadi? Saraf dari jaringan jantung yang rusak mengirimkan sinyal rasa sakit yang naik turun pada ruas tulang belakang yang dalam waktu bersamaan merambat ke saraf-saraf di sekitar leher dan bahu.
2. Problem seksual
Pria dengan gangguan ereksi biasanya mempunyai masalah dengan penyakit pembuluh darah koroner. Survei terhadap pria di Eropa menunjukkan, mereka yang dirawat karena penyakit jantung dua dari tiga di antaranya menderita disfungsi ereksi selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya didiagnosis memiliki masalah dengan jantung. Menurut Goldstein, beberapa penelitian terbaru yang menguji hubungan antara disfungsi ereksi dan penyakit kardiovaskuler juga semakin meyakinkan. Tak heran bila kini para dokter mempertimbangkan untuk juga mengatasi masalah kardiovaskuler ketika pria mengeluhkan disfungsi ereksi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada bukti yang cukup jelas bahwa ada risiko substansial peningkatan serangan jantung dan kematian pada pasien dengan disfungsi ereksi," kata Goldstein.
Apa yang terjadi ? Seperti halnya pembuluh darah di sekitar jantung yang dapat menyempit dan mengeras, hal sama juga dapat terjadi pada pembuluh yang meyuplai darah ke bagian penis. Karena pembuluh darah di sekitar penis lebih kecil, pembuluh-pembuluh ini bisa mengalami kerusakan yang lebih cepat -- bahkan tiga atau empat tahun lebih cepat sebelum penyakit jantung terdeteksi.
3. Pusing, pingsan, atau sesak napas
Sebuah studi yang dipublikasikan Circulation: Journal of the American Heart Association, menyebutkan lebih dari 40 persen perempuan melaporkan bahwa mereka cenderung mengalami sesak napas di saat sebelum terjadinya serangan jantung. Anda mungkin akan merasakan tak bisa bernafas, lemas atau pusing serasa berada di ketinggian. Bila Anda tergopoh-gopoh ketika naik tangga, menyapu halaman, berjalan santai, atau aktivitas lain yang sebelumnya tak membuat Anda kesulitan, gejala ini perlu diwaspadai sebagai peringatan penting.
Apa yang terjadi ? Ini akibat tidak cukupnya darah mengalir pada pembuluh yang mengangkut oksigen ke jantung. Nyeri pada otot jantung atau angina juga bisa membuat seseorang merasakan sulit menarik nafas dalam. Penyakit pembuluh darah koroner, di mana pembuluh darah jantung tersumbat akibat penumpukan plak, menyebabkan organ jantung tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Sensasi mendadak tak bisa bernafas dalam seringkali menjadi pertanda angina, salah satu jenis nyeri pada otot jantung.
4. Gangguan pencernaan, mual, atau heartburn
Walaupun kebanyakan dari kita berpikir kondisi yang berhubungan dengan jantung identik dengan nyeri pada dada, tetapi sebenarnya hal ini dapat terjadi juga di bagian perut. Pada beberapa orang khususnya wanita, gejala seperti heartburn atau perasaan terbakar pada bagian dada, sesnsasi perut kekenyangan atau tersedak perlu diwaspadai. Gangguan pencernaan yang parah dan mual juga dapat menjadi tanda awal serangan jantung, atau biasa disebut infark miokard, khususnya pada wanita. Sebuah penelitian menunjukkan, perempuan dua kali lebih mungkin mengalami muntah, mual, dan gangguan pencernaan selama beberapa bulan menjelang serangan jantung.
Apa yang terjadi ? Timbunan lemak di pembuluh darah dapat mengurangi atau menurunkan suplai darah ke jantung sehingga menimbulkan perasaan seperti sesak, tertindih atau nyeri - yang kebanyakan terjadi di daerah dada tetapi terkadang juga di bagian perut. Tergantung dari bagian jantung mana yang terkena, hal itu akan memberikan sinyal ke seluruh tubuh. Mual dan pusing-pusing juga dapat menjadi pertanda bahwa serangan jantung sedang terjadi. Oleh sebab itu, segera panggil dokter Anda bila keluhan tersebut terus dialami.
5. Sakit pada rahang dan telinga
Sakit pada rahang adalah sesuatu yang terkadang misterius dan sangat mengganggu. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi terkadang bisa menjadi petunjuk adanya penyakit pembuluh darah koroner (CAD) dan awal serangan jantung. Beberapa ahli kini sedang fokus meneliti hubungan sakit pada rahang dengan risiko serangan jantung. Hasil survei menunjukkan, banyak pasien pasca serangan jantung melaporkan sakit pada rahang mereka menjelang terjadinya serangan jantung.
Apa yang terjadi ? Kerusakan pada jaringan organ jantung dapat memicu pengiriman sinyal naik turun pada bagian tulang belakang yang kemudian meluas pada sarar-saraf yang tersebar dari mulai tulang leher, rahang hingga ke bagian telinga.
Para pakar jantung menyebutkan, gejala-gejala sakit jantung sebenarnya bisa tampak dari keluhan di banyak bagian tubuh. "Jantung, bersama dengan pembuluh arteri yang menyokongnya adalah salah satu otot yang besar. Ketika jantung mengalami kegagalan, gejala-gejalanya bisa terlihat di banyak bagian tubuh," kata Jonathan Goldstein, kardiolog dari St. Michael's Medical Center di Newark, New Jersey. Berikut ini adalah lima petunjuk tersembunyi yang bisa menjadi penanda munculnya gangguan pada jantung. Apabila Anda mengalami dua atau lebih gejala seperti dibawah ini secara bersamaan, Goldstein menganjurkan untuk segera pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut :
1. Nyeri leher
Apakah Anda pernah merasa nyeri otot yang berkepanjangan pada bagian leher? Waspadai bila nyeri in tak kunjung hilang. Pascaserangan jantung, beberapa pasien mengingat kalau mereka sebelumnya merasakan nyeri dan tegang pada leher. Mereka seringkali tak memperhatikan gejala ini karena mereka hanya fokus pada gejala-gejala yang lebih dramatis seperti nyeri akut di sekitar dada, bahu, dan lengan.
"Perempuan khususnya lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala seperti ini, dan lebih mungkin untuk merasa nyeri mendadak disertai rasa sesak di bagian bahu dan bagian bawah leher," kata Margie Latrella, seorang perawat dan juga penulis dari Women Cardiology Center, New Jersey. Rasa sakit juga dapat merambat ke sisi kiri bagian tubuh, bahu kiri dan lengan.
Apa yang terjadi? Saraf dari jaringan jantung yang rusak mengirimkan sinyal rasa sakit yang naik turun pada ruas tulang belakang yang dalam waktu bersamaan merambat ke saraf-saraf di sekitar leher dan bahu.
2. Problem seksual
Pria dengan gangguan ereksi biasanya mempunyai masalah dengan penyakit pembuluh darah koroner. Survei terhadap pria di Eropa menunjukkan, mereka yang dirawat karena penyakit jantung dua dari tiga di antaranya menderita disfungsi ereksi selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya didiagnosis memiliki masalah dengan jantung. Menurut Goldstein, beberapa penelitian terbaru yang menguji hubungan antara disfungsi ereksi dan penyakit kardiovaskuler juga semakin meyakinkan. Tak heran bila kini para dokter mempertimbangkan untuk juga mengatasi masalah kardiovaskuler ketika pria mengeluhkan disfungsi ereksi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada bukti yang cukup jelas bahwa ada risiko substansial peningkatan serangan jantung dan kematian pada pasien dengan disfungsi ereksi," kata Goldstein.
Apa yang terjadi ? Seperti halnya pembuluh darah di sekitar jantung yang dapat menyempit dan mengeras, hal sama juga dapat terjadi pada pembuluh yang meyuplai darah ke bagian penis. Karena pembuluh darah di sekitar penis lebih kecil, pembuluh-pembuluh ini bisa mengalami kerusakan yang lebih cepat -- bahkan tiga atau empat tahun lebih cepat sebelum penyakit jantung terdeteksi.
3. Pusing, pingsan, atau sesak napas
Sebuah studi yang dipublikasikan Circulation: Journal of the American Heart Association, menyebutkan lebih dari 40 persen perempuan melaporkan bahwa mereka cenderung mengalami sesak napas di saat sebelum terjadinya serangan jantung. Anda mungkin akan merasakan tak bisa bernafas, lemas atau pusing serasa berada di ketinggian. Bila Anda tergopoh-gopoh ketika naik tangga, menyapu halaman, berjalan santai, atau aktivitas lain yang sebelumnya tak membuat Anda kesulitan, gejala ini perlu diwaspadai sebagai peringatan penting.
Apa yang terjadi ? Ini akibat tidak cukupnya darah mengalir pada pembuluh yang mengangkut oksigen ke jantung. Nyeri pada otot jantung atau angina juga bisa membuat seseorang merasakan sulit menarik nafas dalam. Penyakit pembuluh darah koroner, di mana pembuluh darah jantung tersumbat akibat penumpukan plak, menyebabkan organ jantung tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Sensasi mendadak tak bisa bernafas dalam seringkali menjadi pertanda angina, salah satu jenis nyeri pada otot jantung.
4. Gangguan pencernaan, mual, atau heartburn
Walaupun kebanyakan dari kita berpikir kondisi yang berhubungan dengan jantung identik dengan nyeri pada dada, tetapi sebenarnya hal ini dapat terjadi juga di bagian perut. Pada beberapa orang khususnya wanita, gejala seperti heartburn atau perasaan terbakar pada bagian dada, sesnsasi perut kekenyangan atau tersedak perlu diwaspadai. Gangguan pencernaan yang parah dan mual juga dapat menjadi tanda awal serangan jantung, atau biasa disebut infark miokard, khususnya pada wanita. Sebuah penelitian menunjukkan, perempuan dua kali lebih mungkin mengalami muntah, mual, dan gangguan pencernaan selama beberapa bulan menjelang serangan jantung.
Apa yang terjadi ? Timbunan lemak di pembuluh darah dapat mengurangi atau menurunkan suplai darah ke jantung sehingga menimbulkan perasaan seperti sesak, tertindih atau nyeri - yang kebanyakan terjadi di daerah dada tetapi terkadang juga di bagian perut. Tergantung dari bagian jantung mana yang terkena, hal itu akan memberikan sinyal ke seluruh tubuh. Mual dan pusing-pusing juga dapat menjadi pertanda bahwa serangan jantung sedang terjadi. Oleh sebab itu, segera panggil dokter Anda bila keluhan tersebut terus dialami.
5. Sakit pada rahang dan telinga
Sakit pada rahang adalah sesuatu yang terkadang misterius dan sangat mengganggu. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi terkadang bisa menjadi petunjuk adanya penyakit pembuluh darah koroner (CAD) dan awal serangan jantung. Beberapa ahli kini sedang fokus meneliti hubungan sakit pada rahang dengan risiko serangan jantung. Hasil survei menunjukkan, banyak pasien pasca serangan jantung melaporkan sakit pada rahang mereka menjelang terjadinya serangan jantung.
Apa yang terjadi ? Kerusakan pada jaringan organ jantung dapat memicu pengiriman sinyal naik turun pada bagian tulang belakang yang kemudian meluas pada sarar-saraf yang tersebar dari mulai tulang leher, rahang hingga ke bagian telinga.
21. 5 Fakta tentang Kesehatan Jantung Wanita
Meski penyakit jantung selama ini kerap identik dengan kaum pria, tetapi tak ada jaminan para wanita dapat terbebas dari ancaman penyakit ini.
Meski penyakit jantung selama ini kerap identik dengan kaum pria, tetapi tak ada jaminan bahwa para wanita dapat terbebas dari ancaman penyakit ini. Baik pria maupun wanita memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami sakit jantung.
Beberapa faktor pemicu penyakit jantung pada wanita umumnya terkait dengan perubahan hormon. Faktor-faktor lain seperti genetika dan ras memang tidak dapat diubah. Namun, memodifikasi faktor gaya hidup, seperti menerapkan pola diet sehat dan berimbang, berhenti merokok, dan mengurangi asupan alkohol, merupakan cara terbaik untuk dapat menekan risiko terkena penyakit jantung.
Ada lima fakta seputar kesehatan jantung pada perempuan yang harus Anda ketahui. Hal ini penting untuk diketahui karena gejala sakit jantung pada wanita sering kali tak terlihat jelas.
1. Wanita lebih mungkin meninggal akibat serangan jantung ketimbang pria
Menurut WomenHeart.org, perempuan lebih mungkin untuk meninggal akibat serangan jantung dibandingkan pria, dan kualitas hidup mereka pascaserangan jantung biasanya lebih buruk ketimbang laki-laki jika mereka bertahan hidup. Penelitian terbaru menunjukkan, ini mungkin karena penyakit jantung pada wanita berbeda dengan penyakit jantung pada pria.
Wanita lebih mungkin mengalami penyakit kardiovaskular di pembuluh arteri kecil pada jantung. Jika pembuluh darah kecil tidak berfungsi dengan baik dan tidak cukup memompa darah darah ke jantung, dampaknya akan sama seperti penyumbatan arteri.
2. Wanita dengan ras tertentu lebih berisiko
Kelompok ras dan etnis tertentu (Afrika Amerika dan Hispanik) cenderung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung ketimbang wanita kulit putih, menurut WomenHeart.org. Karena pada kenyataannya, populasi ini lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
Meski hal ini tidak dapat diubah, tetapi Anda dapat menekan risikonya dengan menjaga pola makan dan olahraga untuk mengendalikan tekanan darah dan kolesterol. Dengan menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah tetap normal, secara tidak langsung Anda juga menjaga pembuluh darah tetap sehat dan tidak memperberat kerja jantung.
3. Merokok tingkatkan risiko kematian akibat serangan jantung
Ini bukanlan sesuatu yang mengejutkan bagi Anda. Tapi perlu diketahui bahwa menurut American Heart Association (AHA), perokok memiliki risiko dua sampai tiga kali lebih besar meninggal akibat penyakit jantung ketimbang non-perokok. AHA mencatat, dari hampir setengah juta kematian terkait merokok setiap tahun, hampir sepertiga adalah karena penyakit jantung.
4. Pil KB Tingkatkan risiko serangan jantung
Penggunaan pil KB umumnya aman bagi kebanyakan perempuan. Akan tetapi jika wanita tersebut memiliki risiko penyakit penyerta lainnya seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi dan kebiasaan merokok, penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
5. Serangan jantung membunuh lebih banyak perempuan ketimbang kanker payudara
Kanker payudara bukanlah penyebab utama kematian pada perempuan, melainkan penyakit jantung. Dr Sooji Lee-Rugh, penulis untuk San Jose Mercury News mengatakan bahwa, sebanyak satu dari sembilan wanita mengidap kanker payudara. Sedangkan satu dari tiga wanita akan meninggal akibat penyakit jantung.
Gejala-gejala dari serangan jantung pada wanita umumnya berbeda dengan pria. Sakit punggung, sesak napas, pusing dan mual adalah kondisi yang harus Anda waspadai. Mengenali tanda-tanda awal serangan jantung dapat mengurangi jumlah perempuan yang meninggal karena penyakit jantung setiap tahunnya.
Beberapa faktor pemicu penyakit jantung pada wanita umumnya terkait dengan perubahan hormon. Faktor-faktor lain seperti genetika dan ras memang tidak dapat diubah. Namun, memodifikasi faktor gaya hidup, seperti menerapkan pola diet sehat dan berimbang, berhenti merokok, dan mengurangi asupan alkohol, merupakan cara terbaik untuk dapat menekan risiko terkena penyakit jantung.
Ada lima fakta seputar kesehatan jantung pada perempuan yang harus Anda ketahui. Hal ini penting untuk diketahui karena gejala sakit jantung pada wanita sering kali tak terlihat jelas.
1. Wanita lebih mungkin meninggal akibat serangan jantung ketimbang pria
Menurut WomenHeart.org, perempuan lebih mungkin untuk meninggal akibat serangan jantung dibandingkan pria, dan kualitas hidup mereka pascaserangan jantung biasanya lebih buruk ketimbang laki-laki jika mereka bertahan hidup. Penelitian terbaru menunjukkan, ini mungkin karena penyakit jantung pada wanita berbeda dengan penyakit jantung pada pria.
Wanita lebih mungkin mengalami penyakit kardiovaskular di pembuluh arteri kecil pada jantung. Jika pembuluh darah kecil tidak berfungsi dengan baik dan tidak cukup memompa darah darah ke jantung, dampaknya akan sama seperti penyumbatan arteri.
2. Wanita dengan ras tertentu lebih berisiko
Kelompok ras dan etnis tertentu (Afrika Amerika dan Hispanik) cenderung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung ketimbang wanita kulit putih, menurut WomenHeart.org. Karena pada kenyataannya, populasi ini lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
Meski hal ini tidak dapat diubah, tetapi Anda dapat menekan risikonya dengan menjaga pola makan dan olahraga untuk mengendalikan tekanan darah dan kolesterol. Dengan menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah tetap normal, secara tidak langsung Anda juga menjaga pembuluh darah tetap sehat dan tidak memperberat kerja jantung.
3. Merokok tingkatkan risiko kematian akibat serangan jantung
Ini bukanlan sesuatu yang mengejutkan bagi Anda. Tapi perlu diketahui bahwa menurut American Heart Association (AHA), perokok memiliki risiko dua sampai tiga kali lebih besar meninggal akibat penyakit jantung ketimbang non-perokok. AHA mencatat, dari hampir setengah juta kematian terkait merokok setiap tahun, hampir sepertiga adalah karena penyakit jantung.
4. Pil KB Tingkatkan risiko serangan jantung
Penggunaan pil KB umumnya aman bagi kebanyakan perempuan. Akan tetapi jika wanita tersebut memiliki risiko penyakit penyerta lainnya seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi dan kebiasaan merokok, penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
5. Serangan jantung membunuh lebih banyak perempuan ketimbang kanker payudara
Kanker payudara bukanlah penyebab utama kematian pada perempuan, melainkan penyakit jantung. Dr Sooji Lee-Rugh, penulis untuk San Jose Mercury News mengatakan bahwa, sebanyak satu dari sembilan wanita mengidap kanker payudara. Sedangkan satu dari tiga wanita akan meninggal akibat penyakit jantung.
Gejala-gejala dari serangan jantung pada wanita umumnya berbeda dengan pria. Sakit punggung, sesak napas, pusing dan mual adalah kondisi yang harus Anda waspadai. Mengenali tanda-tanda awal serangan jantung dapat mengurangi jumlah perempuan yang meninggal karena penyakit jantung setiap tahunnya.
22. Menggoreng dengan Minyak Zaitun Aman bagi Jantung
Kabar gembira bagi penggemar gorengan. Para peneliti dari Spanyol
menyatakan, gorengan yang diolah dengan minyak zaitun aman bagi jantung.
23. Si Jangkung Beresiko Rendah Gagal Jantung
Memiliki postur tubuh tinggi ternyata banyak untungnya. Salah satunya lebih aman dari ancaman gagal jantung.
Sumber: Health KOMPAS.com
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar