WELCOME TO THE BLOG SERBA SERBI.

Sabtu, 23 Juni 2012

Kerajaan Batulicin

Kerajaan Batoe Litjin atau menurut ejaan sekarang Kerajaan Batu Licin adalah kerajaan pecahan dari kerajaan Tanah Bumbu.[r] Wilayah Batu Licin mencakup Daerah Aliran Sungai Batulicin serta daerah sekitarnya, yaitu wilayah kecamatan Batulicin sebelum dimekarkan menjadi 4 kecamatan : Batulicin, Simpang Empat, Karang Bintang dan Mentewe.

Penguasa pertama kerajaan Batulicin adalah Ratu Intan I anak kandung Ratu Mas.[1] Ratu Mas bin Pangeran Mangu adalah penguasa terakhir kerajaan Tanah Bumbu sebelum dipecah menjadi beberapa wilayah kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan Tanah Bumbu didirikan oleh Pangeran Dipati Tuha (Raden Basus) putera Sultan Saidullah, raja Banjar. Pada Tahun 1870 wilayah kerajaan Tanah Bumbu dibagikan kepada anak kandung dan anak-anak tiri Ratu Mas yaitu Pangeran Prabu dan Ratu Intan I. Pangeran Prabu memperoleh wilayah utara yang berpusat di negeri/Kerajaan Bangkalaan, sedangkan wilayah selatan (Cantung dan Batulicin) diberikan kepada Ratu Intan I.[2] Pada 4 Mei 1826, Sultan Adam (raja Banjar) menyerahkan wilayah Batulicin kepada Hindia Belanda.

Sejak tahun 1860[r] wilayah Kerajaan Batoe Litjin menjadi suatu wilayah pemerintahan swapraja yang dikepalai seorang bumiputera bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda. Pemerintah daerah swapraja tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu Pangeran Syarif Hamid, seorang Arab dari Batavia, bukan keturunan Sultan Banjar. Atas perintah Belanda, Pangeran Syarif Hamid inilah yang berhasil menangkap Demang Lehman, salah seorang pemimpin Perang Banjar-Barito.

Batoe Litjin dan negeri-negeri lainnya dalam wilayah Tanah Bumbu merupakan daerah-daerah landschap dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178. Pada masa Republik Indonesia Serikat, wilayah ini termasuk ke dalam Dewan Pagatan bagian dari Federasi Kalimantan Tenggara.[r] Sekarang wilayah swapraja ini menjadi kecamatan Simpang Empat, Batulicin, Mentewe, Karang Bintang. Batulicin sekarang merupakan ibukota dari Kabupaten Tanah Bumbu. Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu tidak sama dengan wilayah bekas Kerajaan Tanah Bumbu.

 

Kepala Pemerintahan

  1. Ratu Intan I anak dari Ratu Mas bin Pangeran Mangu bin Pangeran Dipati Tuha, menjadi Ratu Cantung dan Batulicin (1780-1800). Ratu Intan I menikah dengan Sultan Anom IV Aji Dipati dari Kesultanan Pasir, tetapi tidak memiliki keturunan.
  2. Raja Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Raja Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Cantung dan Batulicin merupakan warisan dari bibinya yaitu Ratu Intan I yang tidak memiliki keturunan. Gusti Besar menikahi Aji Raden. Sultan Sulaiman dari Pasir menyerbu dan mengambil Cengal, Manunggul, Bangkalaan, dan Cantung, tetapi kemudian dapat direbut kembali.
  3. Pangeran Muhammad (keturunan Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah), berkedudukan di Sela Selilau.
  4. Pangeran Haji Musa bin Pangeran Muhammad, sebagai Raja Batulicin (1832) kemudian merangkap sebagian Raja negeri Bangkalaan (1838-1840). Ia mangkat tahun 1840. Pangeran Haji Musa menikahi puteri Sultan Sulaiman yaitu Ratu Salamah yang digelari Ratu Haji Musa.
  5. Pangeran Panji bin Pangeran Musa
  6. Aji Landasan binti Raja Aji Jawi (isteri Pangeran Panji, tidak memiliki keturunan)
  7. Daing Magading (suami Aji Landasan, tidak memiliki keturunan, saudara Arung Botto)
  8. Pangeran Muhammad Nafis bin Pangeran Haji Musa.
  9. Pangeran Abdul Kadir bin Pangeran Aji Musa, dikenal sebagai Raja Kusan, Batulicin, Pulau Laut (1845-1860).
  10. Pangeran Syarif Hasyim al-Qudsi (1860-1864), berkedudukan di Batulicin[3]
  11. Pangeran Syarif Thoha (1883-1885) sebagai Raja Batulicin, kemudian juga menjadi Raja Pagatan dan Kusan. Ia menikah dengan Mutajeng puteri La Paliweng Arung Abdul Rahim, Raja Pagatan dan Kusan sebelumnya.
  12. Pangeran Syarif Ahmad

 

Rujukan

  • Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1245-1257, ISBN 3-598-21545-2.
  • Arena Wati, Syair Pangeran Syarif Hasyim al-Qudsi (Poem by Raja Ali al-Haji Riau based on the transliteration of Pangeran Syarif Hasyim al-Qudsi's story of working with the Dutch between 1860 to 1864 in Kalimantan Selatan).
  • Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Bataviaasch Genootschap van Kunsten e

Referensi

  1. (Inggris)Tanah Bumbu (kerajaan)
  2. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853
  3. (Melayu) Syair Pangeran Syarif Hasyim al-Qudsi, Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, 1989, ISBN 967-942-170-8, 9789679421705
Arief

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bebas Bayar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

gif maker

Arifuddin Ali