arifuddinali.blogspot.com - PT Freeport Indonesia merupakan sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc..
PT Freeport Indonesia menambang, memproses dan melakukan eksplorasi
terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di
daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika
Provinsi Papua, Indonesia. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat
yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Sejarah
Jika kita menengok ke belakang pada saat awal mula PT Freeport
Indonesia berdiri, sesungguhnya terdapat kisah perjalanan yang unik
untuk diketahui. Pada tahun 1904-1905 suatu lembaga swasta dari Belanda
Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yakni
Lembaga Geografi Kerajaan Belanda, menyelenggarakan suatu ekspedisi ke
Papua Barat Daya yang tujuan utamanya adalah mengunjungi Pegunungan
Salju yang konon kabarnya ada di Tanah Papua.
Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan
Carstensz yang dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke
“selatan” pada tahun 1623 di perairan sebelah selatan Tanah Papua,
tiba-tiba jauh di - pedalaman melihat kilauan salju dan mencatat di
dalam buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623 tentang suatu
pegungungan yang “teramat tingginya” yang pada bagian-bagiannya tertutup
oleh salju. –Catatan Carsztensz ini menjadi cemoohan kawan-kawannya
yang menganggap Carstensz hanya berkhayal.
Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan
gunung es yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz,
inilah cikal bakal perhatian besar Belanda terhadap daerah Papua. Peta
wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer ke daerah
ini pada tahun 1907 hingga 1915. Ekspedisi-ekspedisi militer ini
kemudian membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan
mencapai pegunungan salju.
Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. HA.Lorentz
dan Kapten A. Franzen Henderschee. Semua dilakukan dengan sasaran untuk
mencapai puncak Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada ketinggian
4,750 meter. Nama Lorentz belakangan diabadikan untuk nama Taman
Nasional Lorentz di wilayah suku Asmat di pantai selatan.
Pada pertengahan tahun tiga puluhan, dua pemuda Belanda Colijn dan
Dozy, keduanya adalah pegawai perusahaan minyak NNGPM yang merencanakan
pelaksanaan cita-cita mereka untuk mencapai puncak Cartensz. Petualangan
mereka kemudian menjadi langkah pertama bagi pembukaan pertambangan di
Tanah Papua empat puluh tahun kemudian.
Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau
disebut gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda.
Setelah sekian lama bertemulah seorang Jan Van Gruisen – Managing
Director perusahaan Oost Maatchappij, yang mengeksploitasi batu bara di
Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan lamanya Forbes
Wilson, seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur
Company yang operasi utamanya ketika itu adalah menambang belerang di
bawah dasar laut. Kemudian Van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk
mendanai ekspedisi ke gunung bijih serta mengambil contoh bebatuan dan
menganalisanya serta melakukan penilaian.
Pasca kepemimpinan Presiden Soekarno, di awal periode pemerintahan
Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai
langkah nyata demi meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun dengan
kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan,
pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan
Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967).
Pimpinan tertinggi Freeport di masa itu yang bernama Langbourne
Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Beliau
bertemu Julius Tahija yang pada zaman Presiden Soekarno memimpin
perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jendral Ibnu Sutowo,
yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan
Indonesia. Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar
Freeport dapat meneruskan proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil pertemuan
demi pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah
untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967. Itulah Kontrak Karya
Pertama Freeport (KK-I). Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi
yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan Indonesia ke luar negeri
dan misi pertamanya adalah mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing
ke Australia.
Sebelum 1967 wilayah Timika adalah hutan belantara. Pada awal
Freeport mulai beroperasi, banyak penduduk yang pada awalnya
berpencar-pencar mulai masuk ke wilayah sekitar tambang Freeport
sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat. Tahun 1970 pemerintah
dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk yang
layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di
sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika.
Di tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat
perbekalan, kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke
tambang dan juga jalan-jalan di daerah terpencil sebagai akses ke
desa-desa Tahun 1972, Presiden Soeharto menamakan kota yang dibangun
secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama Tembagapura. Pada
tahun 1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia
sekaligus sebagai presiden direktur pertama Freeport Indonesia. Adalah
Ali Budiarjo, yang mempunyai latar belakang pernah menjabat Sekretaris
Pertahanan dan Direktur Pembangunan Nasional pada tahun 1950-an, suami
dari Miriam Budiarjo yang juga berperan dalam beberapa perundingan
kemerdekaan Indonesia, sebagai sekretaris delegasi Perundingan
Linggarjati dan anggota delegasi dalam perjanjian Renville.
Kontrak karya
Sejarah kontrak karya
1936 – Jacques Dozy menemukan cadangan ‘Ertsberg’. 1960 – Ekspedisi
Forbes Wilson untuk menemukan kembali ‘Ertsberg’. 1967 – Kontrak Karya I
(Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30 tahun sejak mulai
beroperasi tahun 1973. 1988 – Freeport menemukan cadangan Grasberg.
Investasi yang besar dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan
investasi jangka panjang. 1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport
Indonesia) berlaku 30 tahun dengan periode produksi akan berakhir di
tahun 2021, serta kemungkinan perpanjangan 2x 10 tahun (sampai tahun
2041).
Luas wilayah
Eksplorasi KK-A = 10.000 Ha Eksplorasi KK-B = 202.950 Ha Total Wilayah = 212.950 Ha
Luas wilayah KK Blok B terakhir seluas 212.950 hektar tersebut hanya
tinggal 7,8% dari total luas wilayah eksplorasi di tahun 1991.
1991 = 2,6 juta Ha 2012 = 212.950 Ha
Investasi
USD 8.6 Miliar dengan perkiraan tambahan investasi sebesar USD 16-18
Miliar untuk pengembangan bawah tanah ke depan. 94% total investasi
tambang tembaga di Indonesia* 30% total investasi di Papua * 5% total
investasi di Indonesia *
- Menurut data terakhir di MP3EI s/d tahun 2012
Cadangan terbukti
2,52 Miliar ton bijih: 0,97% Tembaga 0,83 gram/ton emas 4,13 gram/ton perak
Penerimaan negara
PTFI telah membayar PPh Badan lebih tinggi dari tarif UU yang kini
berlaku. Pembayaran ini merupakan porsi terbesar dalam pembayaran ke
penerimaan Negara. UU PPh Nasional 25% PPh Badan PTFI 35% Sejak tahun
1999 PTFI secara sukarela telah melakukan pembayaran royalty tambahan
untuk tembaga, emas dan perak jika produksi melebih tingkat tertentu
yang disetujui.
Produksi
40% produk konsentrat PTFI dikirim ke PT Smelting Gresik PTFI
membangun pabrik peleburan tembaga (smelter) pertama di Indonesia, yaitu
PT Smelting tahun 1998. Kami memasarkan konsentrat dengan harga pasar
berdasarkan kontrak jangka panjang dengan sejumlah smelter
internasional, dan akan tetap menghormati kontrak-kontrak tersebut.
Divestasi
PTFI mendukung penuh semangat nasional yang digagas dalam UU Minerba
dan telah secara konsisten menerapkannya. Saat ini 18,72% sebelum
terdelusi dari 20%, saham PTFI dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan PT
Indocopper Investama masing-masing 9,36%. Berkaitan dengan IPO, PTFI
menyambut baik gagasan tersebut dan sedang melakukan pengkajian.
Pembangunan berkelanjutan
Semua pengertian tentang program pengembangan masyarakat PTFI harus
didahului oleh pengertian tentang sejarah Papua. Pertama kali PTFI
beroperasi pada tahun 1967, masyarakat Papua merupakan masyarakat
pra-moderen. Pada saat itu, masyarakat di sana memiliki tingkat
baca-tulis yang sangat rendah, rentan terhadap wabah penyakit seperti
malaria, dan hidup dalam kemiskinan. Lokasi yang terpencil dan medan
yang sulit ditempuh membuat situasi kurang kondusif.
Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat PTFI difokuskan
untuk membantu masyarakat setempat untuk membangun program ekonomi yang
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan baca-tulis, memberikan
pelatihan-pelatihan kejuruan, dan mengadakan program kesehatan yang
memadai.
Investasi
USD 229,5 juta investasi di program pembangunan berkelanjutan di
Papua selama 2011 USD 76,7 juta untuk Pengelolaan lingkungan USD 98,4
juta program pengembangan sosial USD 54,4 juta program pengembangan
masyarakat melalui dana kemitraan. Ditambah USD 600 juta investasi dalam
bentuk infrastruktur sosial yang bermanfaat bagi masyarakat lokal
secara langsung (sekolah, rumah sakit, asrama siswa).
Pengembangan bisnis lokal
Pendapatan usaha kecil tahun 2011: Rp 91,1 miliar
Pembinaan pengembangan bisnis bagi sekitar 220 usaha kecil dan
menengah serta usaha lokal dan menciptakan lebih dari 1.000 lapangan
kerja bagi masyarakat lokal.
Dana berputar dari Yayasan Bina Utama Mandiri (YBUM) pada tahun 2011
adalah Rp 4,3 miliar. Sejak dimulai, Rp 28,4 miliar dari pinjaman usaha
telah disediakan bagi 220 usaha. Pelunasan pinjaman sebesear 170%
Pembinaan dilakukan terhadap 406 nelayan di 19 desa, bekerjasama dengan Keuskupan Mimika. Produksi tangkapan ikan 57,5 ton.
Penjualan tahunan Yayasan Jayasakti Mandiri (Peternakan Ayam di SP IX
& XII) sebesari Rp 16,2 miliar. YJM mempekerjakan lebih dari 438
pekerja dari Papua.
Hingga Desember 2011, sebanyak 179 petani mitra di 5 desa Kamoro dan
24 petani mitra di desa Utikini Baru dan Wangirja menerima bantuan
pelatihan, bibit, pendampingan dan pemasaran produk sayuran.
Sebanyak 894 petani kopi organic berpartisipasi dalam pengemangan
kopi di Moenamani dan Wamena, serta memperoleh perpanjangan sertifikasi
organic dari Rainforest.
Program kesehatan
Penyedia layanan rumah sakit terbesar bagi komunitas Timika dengan
lebih dari 156.860 pasien rawat jalan dan rawat inap di 2 rumah sakit.
1.200.000 pasien telah dilayani di RS Mitra Masyarakat tahun
1999-2011 273.000 pasien telah dilayani di RS Waa Banti tahun 2002-2011
Community Publick Health & Malaria Control PT Freeport Indonesia
(CPHMC-PTFI) bekerjasama dengan LPMAK, KPA Mimika dan Dinas Kesehatan
memberikan pelatihan relawan AIDS kepada 32 orang dari Tujuh Suku di SP
9, SP 12, Pomako, Nawaripi dan Kwamki Lama.
CPHMC melakukan penyuluhan dan konseling HIV & AIDS kepada
sekitar 15.000 orang dewasa dan remaja di Kabupaten Mimika serta
membagikan sekitar 20.345 kondom Jumlah peserta kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan kesehatan tahun 2011 oleh CPHMC mencapai 116.362 dengan
berbagai topic seperti: Nutrisi, penyakit menular seksual, malaria, TB,
kebersihan lingkungan, dan kesehatan ibu & anak.
Terlibat dalam penyusunan rencana strategis kabupaten untuk
penanggulangan malaria serta rencana strategis air minum dan penyehatan
lingkungan (AMPL).
Jumlah kasus TB yang ditemukan di klinik TB yang dikelola CPHMC
mengalami penurunan sebesar 30%. Diperkirakan upaya sosialisasi
pendekatan penanganan lewat DOTS (Direct Observe Treatement
Shortcourse), kegiatan pelatihan bagi 24 petugas puskesmas, pustu dan
para bidan di 6 desa, serta pelatihan penanganan pasien TB bagi 16 kader
PMO (Pengawas Minum Obat) dapat memberikan dampak positif
penanggulangan TB.
Terjadi penurunan jumlah kasus TB di klinik CPHMC sebesar 30%.
Program pendidikan
Pelatihan dan pengembangan dilakukan di Institut Pertambangan
Nemangkawi, yaitu pusat pelatihan berbasis kompetensi yang menyediakan
pengembangan masa magang, khususnya bagi peserta dari Papua. 3.800 siswa
magang 90% siswa asli Papua 10% non-Papua 1.800 siswa sudah bekerja di
PTFI dan kontraktornya
Graduate Development Program merekrut lulusan-lulusan terbaik
Universitas. Hingga saat ini terdaftar 631 program dan 374 telah
dipekerjakan. 20% diantaranya adalah putra-putri Papua
Sampai dengan 2011, Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme &
Kamoro (LPMAK) melalui dana kemitraan telah menyediakan beasiswa bagi
8.049 pelajar. Sejak dimulainya program ini, 3.697 pelajar dari SMA
sampai dengan program magister telah lulus. Pada tahun 2011, LPMAK
memberikan beasiswa aktif bagi pelajat sekolah dasar sampai dengan
mahasiswa Universitas.
Peserta Beasiswa LPMAK berdasarkan suku : 44% Amungme (269)
17% Kamoro (107) 4% Damal (24) 7% Dani (44) 11% Mee (66) 8% Moni (48) 6%
Nduga (38) 2% Papua Lainnya (15) 1% Luar Papua (7)
Kelulusan berdasarkan jenjang studi : SMU/SMK 50% D3 7% S1 40% S2 3%
Kelulusan tingkat sarjana berdasarkan bidang studi : 39% Sosial (12) 19% Teknik (6) 19% Ekonomi (6) 23% Lain-lain (7)
Pada tahun 2006 IPN bekerja sama dengan politeknik Semarang
meluncurkan program magang Administrasi Bisnis D3. Sejumlah 36 peserta
telah lulus pada tahun ajaran 2008-2009 dan 24 partisipan sedang
mengikuti program di tahun ajaran 2010-2012. Program Magister
Administrasi Bisnis yang bekerjasama dengan SBM-ITB diluncurkan pada
tahun 2007. 40 peserta telah lulus pada bulan Juli 2009, 6 diantaranya
berasal dari Papua. Angkatan ke-2 dimulai pada tahun 2009 yang masih
berlangsung dengan jumlah peserta sebanyak 35 karyawan, 7 diantaranya
berasal dari Papua.
Ketenagakerjaan
Kebijakan PTFI adalah untuk memberikan kesempatan bekerja yang sama
kepada seluruh masyarakat. PT Freeport Indonesia juga menjunjung tinggi
hak pekerja sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. PTFI juga
memiliki komitmen untuk melindungi hak asasi manusia dan sudah secara
tegas memberlakukan dan menegakkan kebijakan hak asasi manusia di dalam
perusahaan.
PTFI memiliki Komitmen dan Kebijakan yang kuat dan tegas terhadap Hak
Asasi Manusia. Komitmen untuk menyediakan peluang bagi pembangunan
sosial, pendidikan, dan ekonomi yang dinyatakan melalui peraturan
ketenagakerjaan sosial dan kebijakan Hak Asasi Manusia.
Pada tahun 2011 PT Freeport Indonesia mempekerjakan lebih dari 11.300
karyawan langsung dan lebih dari 12.000 karyawan kontraktor.
Jumlah karyawan langsung PTFI: 65,53% Non Papua, 32,91% Papua, dan 1,55% Asing
Jumlah karyawan PTFI + Perusahaan mitra dan kontraktor, termasuk
Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN): 97,7% Indonesia, 2,30% Asing.
Sejak tahun 1996 perusahaan telah menggandakan jumlah karyawan Papua.
Dalam 10 tahun, jumlah karyawan Papua di tingkat staff meningkat 4 kali
lipat, jumlah staf karyawan Papua di tingkat supervisor 6x lipat.
Karyawan Papua memegang fungsi strategis manajemen di PTFI: 5 Vice President dan 74 Jajaran Manajerial.
Pada tahun 2003 dibangun Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) untuk
memberikan kesempatan mengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap
maupun perilaku yang profesional di bidang operasi dan penunjangnya.
Program magang 3 tahun dengan 4 bulan masa belajar off job dan 8 bulan
on job. IPN mengikuti standar nasional dan peraturan dari ESDM serta
standar internasional lainnya. 3.800 Siswa magang 20 Jenis keterampilan
90% siswa asli Papua 1800 Siswa sudah bekerja di PTFI dan kontraktornya
Meningkatkan karyawan staff wanita di PTFI dan kontraktor: 12% tahun 2003 dan meningkat menjadi 14,4% di tahun 2011
PTFI berupaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kami
menjadikan “Keselamatan sebagai budaya” dalam organisasi PTFI. PTFI
memiliki satu catatan terbaik dalam industry sumber daya alam, tapi yang
terpenting bagi PTFI adalah tidak terjadinya kecelakaan.
PTFI dan SPSI telah menyelesaikan semua perselisihan upah dan
menandatangani Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ke-17, Periode
2011-2013. Klausa di bawah PKB 2011-2013 telah memenuhi aspirasi para
pekerja, dengan peningkatan gaji pokok 40% efektif selama periode dua
tahun.
Manajemen lingkungan
Semua industri, termasuk pertambangan, memiliki dampak lingkungan
yang tidak dapat dihindari, baik dalam positif maupun dampak negatif,
sehingga terjadi pertukaran antara manfaat lingkungan dan dampak
lingkungan. Pemerintah Indonesia memutuskan bahwa tambang ini sangat
penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia, dan pemerintah telah
mengatur bagaimana PTFI menjalankan proyek ini agar dapat memberikan
manfaat ekonomi yang diinginkan oleh Indonesia, sementara sedapat
mungkin mengurangi dampak negative terhadap lingkungan. PTFI juga
berkomitmen untuk merehabilitasi area yang terkena dampak ketika area
tersebut tidak digunakan lagi untuk kegiatan operasi.
Standarisasi, audit, dan sertifikasi
Perusahaan pertambangan pertama di Indonesia yang disertifikasi
berdasarkan Sistem ISO 14001. Sertifikasi ISO 14001 selama 10 tahun
terus menerus.
Mengadopsi prinsip Kerangka Pembangunan Berkelanjutan dari International Council on Mining and Metals (ICMM).
Audit eksternal independen tiga tahunan pengelolaan lingkungan PTFI yang dilakukan sejak tahun 1996.
Inisiatif transparansi industry ekstraktif (EITI) Komitmen perusahaan
yang menyingkap semua pendapatan dan pembayaran di Negara-negara tempat
kami beroperasi.
Audit Internal Lingkungan Tahunan Dilakukan oleh konsultan (Crescent
Technology) dan perusahaan induk (Freeport McMoRan Copper & Gold.)
Audit PROPER dan Inspeksi Lingkungan Pertambangan. Mengikuti audit dan inspeksi dari Pemerintah Indonesia.
Global Reporting Initiative (GRI) dan format-format lainnya. Menjadi standar pelaporan implementasi pembangunan berkelanjutan.
Audit independen dari system pengelolaan lingkungan PTFI menyimpulkan
bahwa program pengelolaan batuan penutup “sangat terintegrasi” dan
“konsisten dan praktik internasional”.
Sertifikasi “Wildlife at work” dari Wildlife Habitat Council – USA
(2011) atas berbagai program reklamasi dan keanekaragaman hayati.
Sertifikasi ini menunjukkan bahwa PTFI berkontribusi terhadap
pelestarian habitat satwa liar di area kerja PTFI.
Ecological Risk Assesement (ERA) untuk mengkaji dampak system
pengendapan pasir sisa tambang (SIRSAT) di ModADA terhadap kesehatan
manusia, biota akuatik, tanaman dan kehidupan liar. Studi ERA PTFI
merupakan studi terbesar yang dilakukan oleh perusahaan swasta, dan
hasilnya telah dipresentasikan kepada para pemangku kepentingan pada
tahun 2002.
Kualitas pada titik penaatan pasir sisa tambang (SIRSAT) dan 3 titik
penaatan di laut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
431/2008 mengenai pengelolaan tailing di ModADA.
Laboratorium Lingkungan TImika (TEL) diregistrasi Kementerian
Lingkungan Hidup pada tahun 2010 sebagai Laboratorium Lingkungan Hidup
Rujukan dimana pengambilan contoh (sampling) termasuk dalam lingkup yang
diakreditasi.
Pengelolaan pasir sisa tambang (SIRSAT)
Upaya pencegahan dan pengendalian air asam batuan dilaksanakan secara
terpadu. PTFI melakukan pengelompokkan jenis batuan penutup dan
menempatkan batuannya secara selektif sehingga dapat meminimalkan
pembentukan air asam batuan. Air asam batuan yang terjadi dikumpulkan
dan penetralan air asam batuan dilakukan dengan menambahkan kapur.
Perpanjangan MoU penggunakan Pasir Sisa Tambang (SIRSAT) sebagai
bahan konstruksi pembangunan inftrastruktur. Pemerintah provinsi Papua
dan PTFI telah memperpanjang MoU pada tahun 2011 untuk penggunaan pasir
sisa tambang sebagai bahan konstruksi dalam pembangunan infrastruktur
provinsi dan pasir sisa tambang juga telah digunakan sebagai bahan
konstruksi dalam pembangunan jalan dan jembatan di Mimika. Sebagai
bagian dari pelaksanaan MoU tersebut, PTFI telah melakukan pengiriman
lebih dari 460.000 m3 tons SIRSAT sebagai bahan konstruksi ke Merauke,
berbagai proyek pembangunan di Timika dan di wilayah proyek PTFI.
Kualitas pada titik penaatan SIRSAT dan 3 titik penaatan di laut
telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sesuai
dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 431/2008 mengenai
Pengelolaan Tailing di ModADA.
Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan 2011 sejumlah USD 76,7 juta dan terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Reklamasi
Rencana reklamasi PTFI didasarkan pada rencana reklamasi 5 tahun PTFI
yang telah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pada tahun 2011, PTFI telah mereklamasi : 60,1 Ha area batuan
penutup, sehingga total daerah tambang yang telah direklamasi seluas 261
hektar 16,6 Ha area pengendapan pasir sisa tambang (SIRSAT) sehingga
toal daerah pengendapan yang telah direklamasi adalah seluas 645 hektar.
5,65 Ha daerah pesisir. Menanam lebih dari 56.000 pohon bakau sebagai
kelanjutan dari program 2004-2009.
Melakukan kajian mengenai reklamasi SIRSAT dan pendirian plot
demonstrasi di daerah deposit SIRSAT menunjukkan bahwa SIRSAT dapat
direvegetasi dan ditanam ulang dengan tanaman-tanaman lokal hutan
ataupun pertanian. Bahkan, rekolonisasi alami terjadi dengan cepat. Saat
penmabngan telah selesai dilakukan, area pengendapan SIRSAT akan
direklamasi dengan teknik yang sesuai yang ditetapkan melalui konsultasi
dengan berbagai pemangku kepentingan, dengan mempertimbangkan dampak
lingkungan dan sosial.
Merkuri maupun Sianida tidak digunakan PTFI. PTFI menggunakan proses
pengapungan untuk memisahkan mineral yang mengandung tembaga dan emas
dari batuan serta tidak menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun
dalam proses utamanya.
Mengoperasikan 3 tempat pembuangan akhir dan 10 pabrik pengolahan
pembuangan sepuluh Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Domestik.
PTFI sudah memperoleh izin pembunagan limbah cari untuk seluruh IPAL
yang berlokasi di area kerja PTFI. Sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam izin yang diberikan, pemantauan dan dilaporkan dilakukan
secara periodic.
Mengirimkan 2.439 ton dari limbah B3 dari kegiatan-kegiatan pendukung
seperti perbengkelan, rumah sakti, laboratorium uji dan kegiatan
pendukung lainnya ke PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) Cibinong,
PT Wastec-Cilegon dan pendaur ulang lain untuk proses pengolahan dan
pembuangan lebih lanjut.
Vegetasi
Telah ditanam di dalam dan di luar area perusahaan sebagai bagian
dari program One Billion Indonesia Trees (OBIT) sebanyak 3 juta bibit
pohon.
Mengumpulkan 157.000 bibit tanaman local untuk kegiatan reklamasi di lokasi kegiatan tambang.
135 jenis tanaman berhasil tumbuh di tanah yang mengandung pasir sisa
tambang (SIRSAT) Lebih dari 500 spesies tanaman tumbuh secara alami di
lahan SIRSAT. Pemantauan suksesi alami ini terus berlanjut dengan
melibatkan Universitas Negeri Papua.
Mengumpulkan dan menganalisa lebih dari 15.000 sampel lingkungan dengan lebih dari 160.000 analisis individu per tahunnya.
Daur ulang
Produksi kompos dari sampah organic sebanyak 256 ton. Kurang lebih
136 ton baterai bekas dikirim ke pabrik daur ulang. Proyek Biodiesel
telah diresmikan dan dioperasikan. Bahan baku untuk biodiesel diperoleh
dari minyak goring sisa messhall. Biodiesel yang dihasilkan digunakan
sebagai campuran bahan bakar beberapa kendaraan ringan di area kerja
PTFI.
Pendidikan lingkungan
Mendidik 2.044 pelajar, 340 pemuda dan 360 siswa magang mengenai
pengetahuan dan kesadaran lingkungan. PTFI berkontribusi terhadap
kurikulum pendidikan lingkungan hidup di tingkat SD dan SMP di Kabupaten
Mimika.
Materi system manajemen llingkungan PTFI juga diberikan dalam
pelatihan penyegaran tahunan yang dilaksanakan bersamaan dengan
pelatihan K3. Sampai akhir tahun ini, karyawan yang telah mengikuti
pelatihan ini adalah sebanyak 13.745 orang. Pelatihan lingkungan juga
dilaksanakan untuk karyawan baru di dalam progam pelatihan New Hire and
Specific Induction untuk diarea dimana para kayawan tersebut akan
bekerja. Hingga akhir tahun ini, pelatihan telah diikuti oleh 8.517
karyawan.
Menyelenggarakan progam alam lestari yang merupakan hasil kerjasama
dengan Dinas Pendidikan & Kebudayaan (P&K) Mimika, Badang
Lingkungan Hidup (BLH) Mimika, Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) dan
Kontraktor. Program Alam Lestari bertujuan untuk membangun kepedulian
dan pengetahuan tentang lingkungan, menciptakan kesadaran berwawasan
lingkungan dan mencari duta lingkunga untuk Kabupaten Mimika.
SMP YPJ di Kuala Kencana mendapatkan penghargaan dari KLH sebagai
Sekolah Nasional Adiwiyata (ECO-School) pada tanggal 7 Juni 2011 di
Jakarta. PTFI juga terus membantu SMP local di Timika untuk menyiapkan
untuk program Ecoschoold tahun 2012.
Menerbitkan buku seri Keanekaragaman Hayati: “The Freshwater Fish of
the Timika Region, New Guinea”, “The Birds of Mimika”, “The Butterflies
of Mimika”, “Biodiversity of Papua”, “Freshwater Crustacea” dan
“Mangrove Estuary Crabs”.
Sebagai bagian dari program pelestarian lingkungan hidup, terutama
flora dan fauna, PTFI bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Wilayah Papua (BBKSDA) dan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
telah melepaskan satwa-satwa endemic Papua ke Habitatnya.
Kontribusi Freeport Indonesia
Sebagai mitra jangka panjang Indonesia yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan komunitas lokal, Freeport
Indonesia telah berinvestasi sebesar US$7,7 milyar dalam infrastruktur
selama 45 tahun di Indonesia.
Berdasarkan riset yang diadakan oleh Universitas Indonesia, sampai
saat ini usaha PTFI mewakilkan 1,59% dari semua kegiatan ekonomi di
Indonesia dengan 300.000 karyawan Indonesia dan keluarganya bergantung
pada PTFI untuk kelangsungan hidup mereka. PTFI juga berkeinginan untuk
terus berinvestasi dan menjadi bagian dari Indonesia untuk jangka waktu
yang lama.
Kontribusi dan peranan PT Freeport Indonesia bagi negara :
- Menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 23.000 orang di Indonesia (karyawan PT FI terdiri dari 30% karyawan Papua, serta 2% karyawan Asing).
- Menanam Investasi > USD 7,8 Miliar untuk membangun infrastruktur perusahaan dan sosial di Papua, dengan rencana investasi-investasi yang signifikan di masa dating.
- PTFI telah membeli > USD 6 Miliar barang dan jasa domestik sejak 1992.
- Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, PTFI telah memberikan kontribusi lebih dari USD 46 Miliar dan dijadwalkan untuk berkontribusi lebih banyak lagi terhadap pemerintah Indonesia hingga lebih dari USD 6,5 Miliar dalam waktu empat tahun mendatang dalam bentuk pajak, dividen, dan pembayaran royalti.
- Keuntungan finansial langsung ke pemerintah Indonesia dalam kurun waktu empat tahun terakhir adalah 54%, sisanya ke perusahaan induk (FCX) 46%. Hal ini melebihi jumlah yang dibayarkan PTFI apabila beroperasi di negara-negara lain.
- Kajian LPEM-UI pada dampak multiplier effect dari operasi PTFI di Papua dan Indonesia di 2010: 1,59% untuk PDB Indonesia, 68% untuk PDRB Provinsi Papua, dan 96% untuk PDRB Mimika.
- Membayar Pajak 1,42% dari anggaran nasional Indonesia.
- Membiayai >50% dari semua kontribusi program pengembangan masyarakat melalui sector tambang di Indonesia.
- Membentuk 1,67% dari semua pendapatan rumah tangga di Indonesia.
- Membentuk 34,89% dari pemasukan rumah tangga di provinsi Papua.
Smelter (pabrik pelebur)
UU Minerba menetapkan kewajiban pemegang Kontrak Karya yang berada
dalam masa produksi untuk melakukan proses pengolahan/pemurnian di dalam
negeri. Ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Kontrak Karya PTFI telah
mencakup kewajiban untuk melakukan studi kelayakan terhadap pendirian
pabrik smelter di dalam negeri. Oleh karena itu PTFI telah membangun
fasilitas peleburan tembaga pertama di Indonesia yang berlokasi di
Gresik.
PT Smelting Gresik adalah Smelter tembaga pertama di Indonesia.
Didirikan tahun 1996 dimana diperlukan biaya saat itu sebesar USD 750
Juta. PT Smelting Gresik dimiliki oleh PT Freeport Indonesia dan
konsorsium Jepang, serta dioperasikan oleh Mitsubishi.
PTFI memasok rata-rata 80% dari kebutuhan konsentrat PT Smelting.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi: PT Freeport Indonesia
- (Indonesia) Situs resmi: PT Smelting
- (Indonesia) Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro
---wiki---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar