Motto: Siwa Lima ( Milik Bersama) |
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas adalah salah satu provinsi tertua di Indonesia. Ibukotanya adalah Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku.
1. Sosial Budaya
1.1. Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi
dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu
daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik
khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis
dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah
suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang
merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India
sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing
selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana
sudah bukan ras Melanesia
murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang
Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang
digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal
(Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira,
Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab
(Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus,
Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan marga asli Maluku pun masih
mengikuti ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja
melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka
yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu
sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat
Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang.
Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik,
menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari
menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi
lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang
cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda,
Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai
benua lainnya.
1.2. Bahasa
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu.
Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa
Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia,
seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam
kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di
kantor-kantor pemerintah.
Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau
asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara
adalah sebagai berikut:
- bahasa Wamale (di Seram Barat)
- bahasa Alune (di Seram Barat)
- bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih)
- bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
- bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
- bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia.
Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga
mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi
ini. Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132
bahasa di kepulauan Maluku, yakni:
·
Alune
·
Amahai
·
Ambelau
·
Asilulu
·
Babar Utara
·
Babar tenggara
·
Banda
·
Batuley
·
Barakai
·
Benggoi
·
Boano
·
Buli
·
Buru
·
Dammar Timur
·
Damar Barat
·
Dawera-Daweloor
·
Dobel
·
Elpaputih
·
Emplawas
·
Fordata
·
Hoaulu
·
Kadai
·
Kamarian
·
Kai Besar
·
Kai Kecil
·
Karey
·
Kayeli
·
Kisar
·
Koba
·
Kola
·
Kompane
·
Kur
·
Laba
·
Laha
·
Larike
·
Latu
·
Leti
·
Liana-Seti
·
Lisbata-Nuniali
·
Lisela
·
Lola
·
Lorang
·
Luhu
·
Luang
·
Melayu-Ambon
·
Melayu-Banda
|
·
Manipa
·
Manusela
·
Masela Tengah
·
Masela Timur
·
Masela Barat
·
Naka'ela
·
Nila
·
Nuaulu Utara
·
Nuaulu Selatan
·
Nusa Laut
·
Oirata
·
Pagu
·
Patani
·
Paulohy
·
Perai
·
Piru
·
Rumaolat
·
Roma
·
Sahu
·
Salas
·
Saleman
·
Saparua
·
Sawai
·
Seith
·
Selaru
·
Seluwasan
·
Sepa
·
Serili
·
Serua
·
Talur
·
Tarangan Timur
·
Tarangan Barat
·
Tela-Masbuar
·
Teluti
·
Teor
·
Te'un
·
Tugun
·
Tugutil
· Tulehu
·
Wakasihu
·
Watubela
·
Wemale Utara
·
Wemale Selatan
·
Yalahatan
·
Yamdena
|
Dua bahasa yang telah punah adalah Palamata dan Moksela.
Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Portugis, Belanda dan
Inggris) menginjakan kakinya di Maluku (termasuk Maluku Utara),
bahasa-bahasa tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun.
Bahasa Indonesia,
seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam
kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di
kantor-kantor pemerintah, mengingat sejak 1980-an berdatangan 5000 KK
(lebih) transmigran dari Pulau Jawa. Dengan banyaknya penduduk dari
pulau lain tersebut, maka khazanah bahasa di Pulau Seram (dan Maluku)
juga bertambah, yaitu kini ada banyak pemakai bahasa-bahasa Jawa, Bali
dan sebagainya.
1.3. Agama
Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda
yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan
Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang Arab
di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya. Tempat ibadah di
Provinsi Maluku pada tahun 2008 adalah Mesjid 1.188 buah, Gereja 1.022
buah, Pura 10 buah dan Wihara 4 buah. Sedangkan Pemeluk agama Islam
sebesar 50,03 persen, Kristen Protestan sebesar 39,04 persen, Kristen
Katholik 10,06 persen, Hindu 0,20 persen dan Budha 0,03 persen dan
lainnya 0,65. Pada tahun 2008, jemaah haji yang pergi ke Mekkah sebanyak
621 orang, dimana jemaah haji terbanyak berasal dari Kota Ambon
sebanyak 339 orang.
1.4. Perikanan
Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai
Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010.
1.5. Sosial Budaya
Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut Pela dan Gandong.
2. Pemerintahan
2.1. Kabupaten dan Kota
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota |
---|---|---|
1 | Kabupaten Buru | Namlea |
2 | Kabupaten Buru Selatan | Namrole |
3 | Kabupaten Kepulauan Aru | Dobo |
4 | Kabupaten Maluku Barat Daya | Wonreli (de facto) |
5 | Kabupaten Maluku Tengah | Masohi |
6 | Kabupaten Maluku Tenggara | Langgur |
7 | Kabupaten Maluku Tenggara Barat | Saumlaki |
8 | Kabupaten Seram Bagian Barat | Piru (de facto) |
9 | Kabupaten Seram Bagian Timur | Bula (de facto) |
10 | Kota Ambon | - |
11 | Kota Tual | - |
2.2. Daftar gubernur
No. | Foto | Periode | Nama Gubernur | Keterangan |
1 | 1950 - 1955 | Mr. J.J. Latuharhary | ||
2 | 1955 - 1960 | M. Djosan | ||
3 | 1960 - 1965 | Muhammad Padang | ||
4 | 1965 - 1968 | G.J. Latumahina | ||
5 | 1968 - 1973 | Soemitro | ||
6 | 1973 - 1975 | Soemeru | ||
7 | 1975 - 1980 | Hasan Slamet | ||
8 | 1980 - 1985 | Hasan Slamet | ||
9 | 1985 - 1990 | Sebastian Soekoso | ||
10 | 1990 - 1993 | Sebastian Soekoso | ||
11 | 1993 - 1998 | M. Akib Latuconsina | ||
12 | 1998 - 2003 | Dr. M. Saleh Latuconsina | ||
13 | 2003 - 2013 | Brigjen TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu |
3. Perekonomian
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik
setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan
nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun
rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan
ekonomi di tahun 2004 mencapai 4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06
persen pada 2005.
3.1. Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya mengalami dampak benturan
lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif
lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang
sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang. Pulau Halmahera pada
lengan bagian barat laut didominasi oleh batuan vulkanik
kalsium-alkalin berumur kwarter yang terdiri dari lava breksi dan tufa
andesitik-basaltik dikenal dengan formasi Kayasa dan Togawa. Sedangkan
pada lengan bagian selatan didominasi oleh batuan sedimen dan batuan
vulkanik menengah berumur tersier. Sebagian besar daerah yang sedang
berkembang setelah pasca konflik horizontal tahun 1999, membuktikan
bahwa sesungguhnya membawah dampak positif yang global contonya Kota
Ternate, kota yang kecil tapi menyimpan segudang potensi yang belum
digarap secara optimal baik bahan yang bisa diperbaharui dan bahan
barang tambang yang tidak dapat diperbaharui.
3.2. Pariwisata
Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya tarik alam
selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan kepulauan membuat
Maluku memiliki keunikan panorama disetiap pulaunya dan mengundang
banyak turis asing datang untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan
ini. Selain objek wisata alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga
merupakan daya tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan
baik hingga sekarang. Beberapa dari objek wisata terkenal di Maluku
antara lain:
- Pantai Natsepa, Ambon
- Pintu Kota, Ambon
- Benteng Duurstede, Saparua
- Benteng Amsterdam, Ambon
- Benteng Victoria, Ambon
- Banda Neira, Banda
- Benteng Belgica, Banda
- Pantai Hunimoa, Ambon
- Pantai Ngur Sarnadan (Pasir Panjang), Kai
- Pantai Ngurtafur, Pulau Warbal, Kai
- Gua Ohoidertavun di Letvuan, Kai
- Sawai, Seram Utara
- Leksula, Buru
- Pintu Kota, Ambon
- Pantai Latuhalat, Ambon
- Tanjung Marthafons, Ambon
- Taman Nasional Manusela, Seram
- Air Terjun Waihetu, Rumahkay, Seram
- Pantai Hatuurang
- Pantai Lokki, Seram
- Pantai Englas, Seram
- Pantai Labuan Aisele, Seram Utara
- Pulau Kasa, Seram
- Pulau Pombo
- Pulau Tiga
- Pulau Luciapara
- Pulau Ay, Run dan Rozengain (Hatta), Kepulauan Banda
- Weluan, Kep. Tanimbar
- Pulau Bais
- Tanjung Sesar, Seram
- Pulau Panjang, Pulau Lulpus dan Pulau Garogos
- Gunung Boy
- Kilfura, Seram
- Pantai Soplessy, Seram
- Gua Lusiala, Seram
- Pantai Kobisadar
- Ahuralo, Amahai
- Gua Hutan Kartenes
- Goa Akohy di Tamilouw, Seram
- Benteng Titaley, Seram
- Danau Binaya, Piliana
4. Komunikasi:
4.1. Ambon Cyber City
Pada pertengahan tahun 2008, kota Ambon ditetapkan sebagai Cyber
City. Pekerjaan proyek Ambon Cyber City yang dilakukan Pemkot Ambon
untuk memberikan kemudahan berakses internet telah selesai hingga akhir
Desember tahun tersebut. Pelaksanaan proyek ini semata-mata guna
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berakses dengan mudah dan
murah ke "dunia maya", tanpa harus antri di "warung internet" atau
berlangganan telepon dengan biaya mahal untuk berinternet. Hanya dengan
modal laptop atau komputer yang memiliki fasilitas wireless,
masyarakat sudah bisa menikmati internet dengan mudah berbagai tempat di
pusat kota Ambon. Pemkot Ambon pun telah menjalin kerja sama dengan
perusahaan telekomunikasi Telkomsel untuk meminjam tower perusahaan
seluler itu, di mana peralatan Cyber akan dipasang pada menara tower
milik perusahaan itu, sehingga bisa memancarkan sinyalnya dan menjangkau
seluruh wilayah Kota Ambon.
4.2. Stasiun Televisi Lokal
Maluku juga mempunyai televisi lokal yaitu Molucca Tv dan Ambon Tv.4.3. Surat Kabar Harian
- Ambon Express
- Suara Maluku
- Metro Maluku
- Siwalima
- Radar Ambon
- Titah Siwalima
- Maluku Expose
- Marinyo
- Seram Pos
- Suara Ekspresi
4.4. Tabloid/ Koran Mingguan
- Bela Reformasi
- Dhara Pos
- Maluku Media
- Door
- Gosepa
- Maluku Baru
- Moria
- Maluku News
- Pelangi Maluku
- Suara Rakyat
- Utusan Rakyat
4.5. Stasiun Radio Lokal
- Suara Pelangi
- DMS
- Rock FM
- Binaya
- G-Tavlul
- Dian Mandiri
- Sangkakala
- Baku-Bae
- Resthy Mulya
- Arika Polnam
- Manusela FM
- Kabaresi
5. Pendidikan
5.1. Perguruan Tinggi[3]
5.1.1. Negeri
Nama Perguruan Tinggi | Tahun Pendirian | |||
---|---|---|---|---|
Universitas Pattimura (UNPATTI) | 1962 | |||
Politeknik Negeri Ambon (POLNAM) | 1985 | |||
Politeknik Perikanan Negeri Tual (POLIKANT)[4] | 2004 |
5.1.2. Swasta
Nama Perguruan Tinggi | Lokasi | |
---|---|---|
Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) | Ambon | |
Universitas Darussalam (UNIDAR) | Ambon | |
Universitas Iqra | Buru | |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Ambon | Ambon | |
STIA Abdul Aziz Kataloka | Ambon | |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Said Perimtah | Masohi | |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Darul Rachman | Tual | |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Langgur | Tual | |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Saumlaki | Saumlaki | |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel | Tual | |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Saumlaki | Saumlaki | |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen (STIEM) Rutu Nusa | Ambon | |
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial (STIS) Mutiara | Tual | |
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Kebangsaan | Masohi | |
Sekolah Tinggi Perikanan Hatta Sjahrir | Banda | |
STKIP Gotong Royong | Masohi | |
Akademi Maritim Maluku (AMM) | Ambon | |
Akademi Kebidanan (AKBID) Aru | Dobo |
6. Seni dan Budaya
6.1. Musik
Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang.
Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang
bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna
musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa.
Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa
Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto
Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada
sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat
musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).
Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik yaitu Ukulele
dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika
Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu
hingga sekarang masih memiliki ciri khas dimana terdapat penggunaan alat
musik Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian
tradisional seperti Katreji.
Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku
dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang
untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran
budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik
Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun
pasir.
Diluar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal
dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam
mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat
banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para
legenda seperti Broery Pesoelima dan Harvey Malaihollo. Belum lagi para
penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya,
Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey
Malaihollo serta penyanyi-penyanyi muda berbakat seperti Glen Fredly,
Ello Tahitu dan Moluccas.
6.2. Tarian
Tari yang terkenal adalah tari Cakalele
yang menggambarkan Tari perang. Tari ini biasanya diperagakan oleh para
pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah
pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat
membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang
sangat menarik.
Selain Katreji, pengaruh Eropa
yang terkenal adalah Polonaise yang biasanya dilakukan orang Maluku
pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan,
membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang
dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.
7. Adat perkawinan
Daerah Maluku yang terdiri dari beratus-ratus pulau mempunyai berbagai suku bangsa, seperti suku Ternate, suku Ambon, suku Seram, suku Tidore,
suku Kei dan sebagainya. dibawah ini akan diterangkan mengenai adat
perkawinan di Maluku Utara yang banyak didiami oleh suku Ternate dan
suku Tidore.[5]
8. Sejarah
Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah
dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan
didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan
Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan
Sekutu pada era Perang Dunia ke II.
Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara
Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi.
Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para
pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari
pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau
Jaba' (Jawa)namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun
1300an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga
sistem kesultanan dan mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh
Orang Kaya, yang disamping itu lebih efektif digunakan jika berurusan
dengan pihak luar.
Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia
kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa
antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota
pelabuhan seperti Iskandariyah (Mesir),
setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan
Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam
Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan
dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan
rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai
Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan
pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing keukasaan maritim
lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk
mengganggu posisinya.
Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan
yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik
untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki
kontrol atas kepulaiuan ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu
Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York),
di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan
Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah mati dalam perang
rempah-rempah ini. Dan dikemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini
dikantongi Kerajaan Belanda.
8.1. Arkeologi
Bukti arkeologi paling awal adanya okupasi manusia di wilayah ini
ditemukan sekitar tiga puluh dua ribu tahun, tetapi bukti adanya
permukiman yang lebih tua di Australia mungkin mengindikasikan bahwa
Maluku telah memiliki pengunjung sebelumnya. Bukti bahwa semakin
meluasya hubungan perdagangan jarak jauh dan frekuensi okupasi terhadap
kepulauan lain yang menjadi semakin tinggi, dimulai sekitar sepuluh ribu
hingga lima belas tahun kemudian. Batu permata dan perak yang biasanya
digunakan sebagai mata uang di semenanjung India sekitar 200 sebelum
Masehi telah ditemukan pada beberapa pulau. Maluku pada saat itu
berkembang menjadi daerah kosmopolitan di mana para pedagang
rempah-rempah dari seluruh wilayah menetap disana, termasuk para
pedagang Arab dan Cina yang mengunjungi atau bermaksud untuk tinggal di
daerah tersebut.
8.2. Era Portugis dan Spanyol
Selain dari adanya pengaruh kebudayaan hal yang paling signifikan
dari efek kehadiran Portugis adalah gangguan dan disorganisasi
perdagangan Asia namun disamping itu adalah adanya penyebaran Agama
Kristen di Indonesia Timur termasuk Maluku. Portugis yang telah
menaklukkan Malaka pada awal abad keenambelas dan pengaruh mereka terasa
sangat kuat di Maluku dan kawasan lain di timur Indonesia. Setelah
penaklukan Portugis atas Malaka pada bulan Agustus 1511, Afonso de
Albuquerque pelajari rute ke Kepulauan Banda dan Kpulauan Rempah-Rempah
lainnya dengan mengirim sebuah penjelajahan tiga kapal ekspedisi di
bawah pimpinan António de Abreu, Simao Afonso Bisigudo dan Francisco Serrano. Di tengah perjalanan untuk kembali, Francisco Serrao
yang terdampar di pulau Hitu (Ambon utara) pada 1512. Ia mendirikan
hubungan dengan penguasa lokal yang terkesan dengan kemampuan militer.
Adanya pertikaian antara Kerajaan Ternate dan Tidore juga melibatkan
Portugis.
Setelah bergabung dengan Ternate, Serrão kemudian membangun benteng
di pulau tersebut dan menjadi kepala duitan dari para serdadu Portugis
di bawah pelayanan satu dari dua sultan yang berkuasa mengendalikan
perdagangan rempah-rempah. Namun dengan adanya penyebaran agama Kristen
mengakibatkan terjadinya ketegangan dengan Penguasa Ternate yang adalah
Muslim. Ferdinand Magellan Serrão mendesak dia untuk bergabung di Maluku
dan memberikan informasi para penjelajah tentang Kepulauan
rempah-rempah. Akan tetapi, keduanya meninggal sebelum sempat bertemu
satu sama lain. Pada tahun 1535 Raja Tabariji diberhantikan dan dikirim
ke Goa oleh Portugis. Ia kemudaun menganut Kristen serta mengubah
namanya menjadi Dom Manuel. Setelah dinyatakan bersalah, dia dikirim
kembali ke takhtanya kembali, tetapi meninggal dalam perjalanan di
Melaka pada 1545. Meskipun begitu, ia mewariskan pulau Ambon kepada Ayah
Baptisnya yang adalah seorang Portugis, Jordão de Freitas. Setelah
kejadian pembunuhan Sultan Hairun oleh Portugis, Ternate keudian
mengusir mereka pada tahun 1575 setelah pengepungan selama 5 tahun.
Pendaratan Portugis yang pertama di Ambon terjadi pada tahun 1513,
yang dikemudian hari akan menjadi pusat kegiatan Portugal di Maluku
setelah pengusiran dari Ternate. Kekuatan Eropa didaerah tersebut pada
saat itu lemah dan Ternate makin menyebarkan kekuasaannya sebagai
Kerajaan Islam anti Portugis dibawah pimpinan Sultan Baab Ullah dan
anaknya Sultan Said. Di Ambon, Portugis mendapat perlawanan dari
penduduk muslim lokal di daerah utara pulau tesebut terutama di Hitu
yang telah lama menjalin hubungan kerjasama perdagangan dan agama dengan
kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa.Sesungguhnya, Portugis tidak
pernah berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah lokal dan gagal
dalam upaya untuk membangun otoritas mereka atas kepulauan Banda, pusat
produksi pala.
Spanyol kemudian mengambil kontrol atas Ternate dan Tidore.
Misionaris dan saah satu dari Orang Suci Katholik, Santo Fransiscus
Xaverius (Saint Francis Xavier), tiba di Maluku pada tahun 1546-1547
kepada orang Ambon, Ternate dan Morotai serta meletakkan dasar untuk
misi permanen disana. Dengan tibanya beliau disana, 10.000 orang telah
dibaptis menjadi Katholik, dengan persentase terbanyak di pulau Ambon
dan sekitar tahun 1590 terdapat 50.000 bahkan 60.000 orang telah
dibaptis, walaupun beberapa daerah sekitarnya tetap menjadi daerah
Muslim.
Selama pekerjaan Misionaris, telah terdapat komunitas Kristen dalam
jumlah besar di daerah timur Indonesia selama beberapa waktu, serta
telah berkontribusi terhadap kepentingan bersama dengan Eropa, khususnya
di antara orang Ambon. Pengaruh lainnya termasuk sejumlah besar kata
berasal dari Indonesia Portugis yang di samping Melayu merupakan bahasa
pergaulan sampai awal abad kesembilanbelas. Kata-kata dalam Bahasa
Indonesia seperti pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, semua berasal
dari bahasa Portugis. Banyak pula nama-nama keluarga di Maluku berasal
dari Portugis seperti de Lima, Waas, da Costa, Dias, de Fretas,
Gonsalves, Mendosa, Rodrigues dan da Silva.
8.3. Kerajaan Belanda
Orang Belanda tiba pada tahun 1599 dan melaporkan adanya usaha
Portugis untuk memonopoli perdagangan tradisional mereka. Setelah Orang
Ambon berhasil membantu Belanda dalam membangun benteng di Hitu Lama,
Portugis memulai kampanye melawan bantuan terhadap Ambon dari Belanda.
Setelah 1605 Frederik Houtman menjadi gubernur Belanda pertama Ambon.
VOC merupakan perusahan perdagangan Belanda yang terhambat oleh tiga
faktor daam menjalankan usahanya yaitu: Portugis, penduduk lokal dan
Inggris. Sekali lagi, penyelundupan merupakan satu-satunya cara untuk
monopoli Eropa. Selama abad ke-17, Banda melakukan perdagangan bebas
dengan Ingris. Upaya Belanda adalah dengan mengurangi jumlah penduduk
asli Banda lalu mengirim lainnya ke luar pulai serta mendirikan
instalasi budak kerja.
Walaupun lainnya kembali menetap di Kepulauan Banda, sisa wilayah
Maluku lainnya tetap sangat sulit untuk berada dibawah kontrol asing
bahkan setelah Portugis mendirikan stasiun perdagangannya di Makassar,
terjadi pemberontakan penduduk lokal pada tahun 1636 dan 1646. Dibawah
kontrol kompeni Maluku teradministrasi menjadi residen Belanda yaitu
Ternate di Utara dan Amboyna (Ambon) di selatan.
8.4. Perang Dunia II
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari
Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia.
Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui
radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang
dengan Jepang. Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan
di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara
melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu
singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat
bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan
tentara Jepang di desa Tawiri. Dan untuk memperingatinya dibangun
monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku
dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun
pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di
Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung
memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan kolonial di
Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan
rempah-rempahnya ini, bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan
kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik
Maluku Selatan (RMS).
9. Referensi dan pranala luar
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- Sensus Penduduk 2010
- Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Provinsi Maluku
- Statuta Peliteknik Perikanan Negeri Tual
- Buku Pintar Indonesia. Edi Sigar.2007
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Profil Demografi Maluku
- (Indonesia) Profil Ekonomi Maluku
- (Indonesia) Profil Wisata Maluku
- (Indonesia) Ekonomi Regional Maluku
- (Indonesia) Statistik Regional Maluku
- (Indonesia) Badan Pusat Statistik: Maluku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar