Evolusi |
Evolusi adalah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dan biologi evolusioner mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi. Pada setiap generasi, organisme mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen. Perubahan (yang disebut mutasi)
pada gen ini akan menghasilkan sifat baru pada keturunan suatu
organisme. Pada populasi suatu organisme, beberapa sifat akan menjadi
lebih umum, manakala yang lainnya akan menghilang. Sifat-sifat yang
membantu keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme akan lebih
berkemungkinan berakumulasi dalam suatu populasi daripada sifat-sifat
yang tidak menguntungkan. Proses ini disebut sebagai seleksi alam.
Penghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak daripada jumlah orang
tua beserta keterwarisan sifat-sifat ini merupakan fakta tambahan
mengenai kehidupan yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi alam.[1]
Gaya dorong seleksi alam dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang
terisolasi, baik oleh karena perbedaan geografi maupun mekanisme lain
yang mencegah pertukaran genetika. Dalam waktu yang cukup lama, populasi
yang terisolasi ini akan menjadi spesies baru.[2][3]
Pemahaman mengenai biologi evolusioner dimulai pada tahun 1859 dengan diterbitkannya buku On the Origin of Species karya Charles Darwin. Selain itu, hasil kerja Gregor Mendel pada tumbuhan juga membantu menjelaskan pola-pola pewarisan genetika. Hal ini kemudian mendorong pemahaman mengenai mekanisme pewarisan.[4] Penemuan lebih lanjut pada mutasi gen serta kemajuan pada genetika populasi
menjelaskan mekanisme evolusi secara lebih mendetail. Para ilmuwan
sekarang ini memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai asal usul
spesies baru (spesiasi)
dan mereka pula telah memantau proses spesiasi yang terjadi di
laboratorium maupun di alam. Pandangan evolusi modern ini merupakan
teori utama yang para ilmuwan gunakan untuk memahami kehidupan.
Walaupun teori evolusi mendapatkan penentangan dan keberatan dari
banyak pihak keagamaan, para ilmuwan dan komunitas ilmiah menolak
keberatan-keberatan yang diajukan tersebut sebagai sesuatu yang tidak
memiliki kesahihan, oleh karena argumen tersebut didasarkan pada
kesalahpahaman pada konsep teori ilmiah dan penafsiran yang salah pada
hukum-hukum fisika dasar.[5] Menanggapi hal tersebut, 68 akademi sains nasional dan internasional dari seluruh dunia, termasuk pula Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Royal Society Britania, Akademi Sains Republik Islam Iran,
dll., mengeluarkan sebuah pernyataan bersama pada tahun 2006 yang
menyerukan pengajaran teori evolusi dalam pelajaran sains di
sekolah-sekolah serta mengonfirmasi keilmiahan teori evolusi.[6]
1. Gagasan Darwin: evolusi melalui seleksi alam
Charles Darwin mengembangkan gagasan bahwa tiap-tiap spesies berkembang dari nenek moyang yang sama, dan pada tahun 1838, ia menjelaskan bagaimana proses yang ia sebut sebagai seleksi alam ini dapat mengakibatkan hal ini terjadi.[7] Gagasan Darwin mengenai cara kerja evolusi bergantung pada pengamatan-pengamatan berikut:[8]- Jika seluruh individu spesies berhasil bereproduksi, populasi spesies tersebut akan meningkat secara tidak terkendali.
- Populasi cenderung tetap dari tahun ke tahun.
- Sumber daya alam terbatas.
- Tiada dua individu organisme suatu spesis yang persis mirip satu sama lainnya.
- Kebanyakan variasi dalam suatu populasi dapat diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
Charles Darwin mengajukan teori evolusi melalui seleksi alam |
Darwin menyimpulkan oleh karena organisme menghasilkan keturunan yang
lebih banyak daripada yang lingkungan dapat dukung, pastilah terdapat
persaingan untuk bertahan hidup, dan hanya beberapa individu yang dapat
bertahan hidup pada tiap generasi. Darwin menyadari bahwa
keberlangsungan hidup tidaklah didasarkan pada kebetulan belaka. Namun,
keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu, dan
sifat-sifat ini dapat membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidup
dan reproduksi individu. Individu yang beradaptasi dengan baik memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan keturunan yang lebih
banyak. Kemampuan beradaptasi yang tidak setara ini dapat menyebabkan
perubahan perlahan dalam suatu populasi. Sifat-sifat yang membantu suatu
organisme bertahan hidup dan bereproduksi akan berakumulasi dari
generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya, sifat-sifat yang
menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi akan menghilang.
Darwin menggunakan istilah seleksi alam untuk menjelaskan proses ini.[9]
Seleksi alam sering disamakan dengan sintasan yang terbugar (survival of the fittest), namun ekspresi ini sebenarnya dicetuskan oleh Herbert Spencer pada buku Principles of Biology tahun 1864, setelah Charles Darwin menerbitkan hasil kerjanya. Sintasan yang terbugar
menjelaskan proses seleksi alam dengan tidak benar, karena seleksi alam
bukanlah hanya mengenai keberlangsungan hidup, dan tidaklah selalu yang
paling bugar (fittest) yang bertahan hidup.[10]
Pengamatan terhadap variasi pada hewan dan tumbuhan merupakan
dasar-dasar teori seleksi alam. Sebagai contoh, Darwin memantau bahwa
bunga anggrek dan serangga mempunyai hubungan dekat yang mengijinkan penyerbukan
pada tumbuhan. Ia mencatat bahwa bunga anggrek mempunyai variasi pada
strukturnya yang menarik serangga, sedemikian rupanya serbuk sari yang
berasal dari bunga akan menempel pada tubuh serangga. Dengan begitu,
serangga akan memindahkan serbuk sari dari anggrek jantan ke anggrek
betina. Walaupun struktur bunga anggrek tampaknya rumit, namun bagian
terspesialisasi ini terbuat dari struktur dasar yang dapat ditemukan
pada bunga lain. Darwin menggunakan data yang dikumpulkan tentang
anggrek dan serangga penyerbuk untuk memperkuat teorinya tentang seleksi
alam. Dia berargumen bahwa menghasilkan penyerbukan silang lebih cocok
untuk anggrek bertahan hidup dari anggrek yang dihasilkan oleh
penyerbukan sendiri. Pada buku Fertilisation of Orchids
karya Darwin, ia mengajukan bahwa bunga anggrek tidak mewakili hasil
karya seorang insinyur yang ideal, namun diadaptasi dari bagian-bagian
yang telah ada melalui seleksi alam.[11]
Darwin masih meneliti dan bereksperimen dengan gagasannya mengenai seleksi alam ketika ia menerima sepucuk surat dari Alfred Wallace
yang menulis tentang teori yang mirip dengan teori Darwin. Kedua orang
tersebut kemudian mempublikasikan teori mereka secara bersamaan. Baik
Wallace dan Darwin melihat sejarah kehidupan seperti sebuah pohon,
dengan tiap pangkal cabang pohon merupakan nenek moyang bersama dan
ujung cabang mewakili spesies modern yang berevolusi dari nenek moyang
bersama ini. Untuk menjelaskan hubungan ini, Darwin mengatakan bahwa
semua makhluk hidup adalah berkerabat, dan ini berarti bahwa semua
kehidupan haruslah berasal dari beberapa bentuk kehidupan, atau bahkan
dari satu nenek moyang bersama. Ia menyebut proses ini sebagai
"keturunan dengan modifikasi".[8]
Darwin mempublikasi teori evolusi melalui seleksi alamnya dalam buku On the Origin of Species
pada tahun 1859. Teorinya memberikan implikasi bahwa semua kehidupan,
termasuk pula manusia, merupakan hasil dari proses-proses alami yang
berkelanjutan. Implikasi ini mendapatkan keberatan dari berbagai pihak-pihak keagamaan yang percaya bahwa jenis-jenis kehidupan yang bervariasi diciptakan oleh Sang pencipta.[12]
Keberatan tersebut berbeda 180 derajat dengan tingkat dukungan para
ilmuwan yang mencapai lebih dari 99 persen pada zaman sekarang.[13]
2. Sumber variasi
Teori seleksi alam Darwin menjadi kerangka dasar teori evolusi
modern. Eksperimen dan pengamatan yang dilakukan oleh Darwin menunjukkan
bahwa organisme dalam suatu populasi bervariasi, dan beberapa variasi
tersebut terwariskan dan dapat diseleksi secara alami. Namun, Darwin
tidak dapat menjelaskan sumber variasi ini. Sama seperti para ilmuwan
sebelumnya, Darwin beranggapan bahwa sifat-sifat terwariskan ini
merupakan akibat dari penggunaan ataupun ketidakgunaan organ tertentu,
dan sifat yang didapatkan selama hayat organisme tersebut dapat
diwariskan kepada keturunannya. Ia mengambil contoh burung unta yang
mendapatkan makanannya di daratan. Kaki burung unta menjadi lebih kuat
oleh karena digunakan secara terus menerus dan sayap yang jarang
digunakan pada akhirnya membuat burung unta tidak dapat terbang.[14] Kesalahpahaman ini disebut "pewarisan karakter yang didapatkan" dan merupakan bagian dari teori transmutasi spesies yang diajukan oleh Jean-Baptiste Lamarck pada tahun 1809. Pada akhir abad ke-19, teori ini menjadi apa yang dikenal sebagai Lamarckisme. Darwin mengembangkan sebuah teori yang dia sebut sebagai pangenesis
untuk menjelaskan bagaimana karakteristik yang didapatkan selama hidup
organisme dapat diwariskan. Pada tahun 1880-an, eksperiman August Weismann
mengindikasikan bahwa perubahan yang diakibatkan oleh penggunaan
ataupun ketidakgunaan terus menerus organ tertentu tidak dapat
diwariskan, dan Lamarckisme secara perlahan ditinggalkan.[15]
Informasi yang hilang yang diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat terwariskan ini dijawab oleh hasil kerja Gregor Mendel
pada bidang genetika. Eksperimen Mendel dengan beberapa generasi
tumbuhan kacang polong menunjukkan bahwa pewarisan bekerja dengan
memisahkan dan mengacak informasi pewarisan semasa pembentukan sel
kelamin dan merekombinasi informasi tersebut semasa pembuahan. Hal ini
mirip dengan pengocokan kartu, dengan organisme tertentu mendapatkan
campuran acak dari setengah set kartu yang berasal dari satu pihak orang
tua, dan setengah sisanya berasal dari pihak lainnya. Mendel menyebut
informasi ini sebagai faktor; namun pada zaman sekarang informasi ini dikenal dengan nama gen.
Gen adalah satuan dasar hereditas organisme hidup. Ia mengandung
informasi-informasi yang akan menentukan perkembangan fisik dan perilaku
organisme.
Gen terbuat dari DNA, yakni molekul panjang yang membawa informasi. Informasi ini disimpan dalam urutan nukleotida dalam DNA, sama seperti urutan huruf-huruf dalam suatu kata yang membawa informasi. Gen sama seperti instruksi pendek yang terdiri dari "huruf-huruf" alfabet DNA. Apabila digabungkan bersama, keseluruhan set gen ini akan memberikan informasi yang cukup untuk membangun dan menjalankan suatu organisme. Instruksi yang terdapat pada DNA ini dapat berubah oleh karena mutasi. Dalam sel, gen dibawa oleh kromosom yang merupakan kumpulan DNA. Adalah perombakan pada kromosom yang mengakibatkan kombinasi unik gen pada keturunan.
Walaupun mutasi pada DNA adalah acak, seleksi alam bukanlah proses
acak yang bergantung pada kebetulan. Lingkungan menentukan probabilitas
keberhasilan reproduksi. Hasil akhir seleksi alam adalah organisme yang
dapat beradaptasi terhadap lingkungan. Seleksi alam tidak mempunyai tujuan akhir, dan evolusi tidak seperlunya membuat organisme menjadi lebih kompleks, lebih cerdas, ataupun lebih canggih.[16] Sebagai contoh, kutu merupakan keturunan dari serangga ordo mecoptera yang bersayap, dan ular adalah kadal tidak lagi memerlukan kaki, walaupun fiton masih mempunyai struktur kecil kaki yang tersisa dari nenek moyangnya.[17][18] Organisme yang ada di dunia hanyalah merapakan varian makhluk hidup yang berhasil beradaptasi terhadap lingkungan.
Perubahan lingkungan yang cepat biasanya akan menyebabkan kepunahan.[19] Dari kesemuaan spesies yang pernah ada di Bumi, 99,9 persennya telah punah.[20]
Sejak dimulainya kehidupan di Bumi, terdapat lima kepunahan massal
besar-besaran yang telah mengakibatkan penurunan keberagaman spesies
secara besar dan tiba-tiba. Kepunahan massal yang paling akhir, kejadian kepunahan Kapur–Tersier,
terjadi 65 juta tahun yang lalu. Ia mendapatkan perhatian yang lebih
besar daripada kejadian kepunahan lainnya karena telah menyebabkan
kepunahan dinosaurus.[21]
3. Sintesis modern
Sintesis evolusi modern
merupakan gabungan dari beberapa bidang ilmiah yang berkutat pada
pemahaman biologi evolusioner. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, terdapat
usaha untuk menggabungkan teori seleksi alam Darwin, riset pada
hereditas, dan pemahaman catatan fosil ke dalam satu kesatuan model
penjelasan.[22] Penerapan prinsip-prinsip genetika ke dalam populasi alami oleh ilmuwan seperti Theodosius Dobzhansky dan Ernst Mayr telah memajukan pemahaman proses-proses evolusi. Hasil karya Dobzhansky, Genetics and the Origin of Species, merupakan langkah penting yang menjembatani genetika dengan biologi lapangan (field biology).
Dengan dasar pemahaman gen dan pengamatan langsung proses evolusi pada
lapangan riset, Mayr memperkenalkan konsep spesies biologis yang
mendefinisikan spesies sebagai sekelompok populasi yang saling kawin
ataupun yang berpotensi saling kawin, yang secara reproduktif terisolasi
dari populasi lainnya. Ahli paleontologi George Gaylord Simpson
membantu memasukkan riset fosil dalam kajian evolusi dan hasil kerjanya
menunjukkan pola-pola yang konsisten dengan percabangan dan jalur
evolusi organisme yang diprediksi oleh sintesis modern.
Sintesis modern menekankan pentingnya populasi sebagai satuan evolusi, peran pusat seleksi alam sebagai mekanisme paling penting evolusi, dan gagasan gradualisme dalam menjelaskan bagaimana perubahan yang besar merupakan akumulasi perubahan kecil dalam periode waktu yang panjang.
4. Bukti evolusi
Bukti ilmiah evolusi berasal dari banyak aspek biologi, ia meliputi fosil, homologi struktur, dan persamaan molekuler DNA antar spesies.
4.1. Catatan fosil
Riset pada bidang paleontologi
yang mempelajari fosil mendukung gagasan bahwa semua organisme
berkerabat. Fosil memberikan bukti bahwa perubahan yang berakumulasi
pada organisme dalam periode waktu yang lama telah mengakibatkan
keanekaragaman bentuk-bentuk kehidupan yang kita lihat sekarang. Fosil
sendiri menyingkap struktur organisme dan hubungan antara spesies
sekarang dengan spesies yang telah punah, mengijinkan para ahli
paleontologi membangun pohon silsilah seluruh bentuk kehidupan di bumi.[23]
Paleontologi modern dimulai oleh karya Georges Cuvier (1769–1832). Cuvier mencatat bahwa pada batuan sedimen, tiap lapisan mengandung kelompok fosil tertentu. Lapisan yang lebih dalam mengandung bentuk kehidupan yang lebih sederhana. Ia juga mencatat bahwa banyak bentuk kehidupan pada zaman dahulu yang tidak ada lagi pada zaman sekarang. Salah satu kontribusi Cuvier terhadap pemahaman catatan fosil adalah menegaskan bahwa kepunahan merupakan fakta. Untuk menjelaskan fenomena kepunahan ini, Cuvier mengajukan gagasan "revolusi" atau katastrofisme yang ia spekulasikan bahwa bencana geologi telah terjadi selama sejarah Bumi dan memusnahkan sejumlah besar spesies.[24] Teori revolusi Cuvier kemudian digantikan oleh teori uniformitarian, terutama teori uniformitarian James Hutton dan Charles Lyell yang mengajukan bahwa perubahan geologi bumi adalah perlahan dan konsisten.[25]
Namun, bukti mutakhir pada catatan fosil mensugestikan konsep kepunahan massal. Akibatnya, gagasan katastrofisme kembali menjadi hipotesis yang sah, paling tidak untuk beberapa perubahan cepat bentuk kehidupan yang muncul pada catatan fosil.
Sejumlah besar fosil telah ditemukan dan diidentifikasikan.
Fosil-fosil ini berperan sebagai catatan kronologis evolusi. Catatan
fosil memberikan contoh-contoh spesies transisi yang menghubungkan bentuk kehidupan yang lalu dengan bentuk kehidupan sekarang.[26] Salah satu contoh fosil transisi tersebut adalah Archaeopteryx,
organisme kuno yang memiliki karakteristik reptil (gigi kerucut dan
tulang ekor yang panjang) namun juga memiliki karakteristik burung (bulu
burung dan tulang furkula). Implikasi penemuan seperti ini adalah bahwa
reptil dan burung memiliki nenek moyang bersama.[27]
4.2. Perbandingan anatomi
Perbandingan kemiripan pada bentuk maupun penampilan anggota tubuh antar organisme disebut sebagai morfologi.
Morfologi telah digunakan sejak lama untuk mengelompokkan bentuk-bentuk
kehidupan ke dalam kelompok-kelompok yang berhubungan dekat. Ini dapat
dilakukan dengan membandingkan struktur organisme dewasa spesies yang
berbeda ataupun dengan membandingkan pola pertumbuhan, pembelahan, dan
bahkan migrasi sel semasa perkembangan organisme.
4.2.1. Evolusi konvergen adalah proses organisme tidak berhubungan, dan mengalami evolusi ciri yang mirip sebagai hasil beradaptasi dengan lingkungan. Ini adalah kebalikan dari evolusi divergen, yang merupakan evolusi ciri yang berbeda. Pada tingkat molekular, hal ini disebabkan karena mutasi tidak berhubungan dengan perubahan adaptif.
4.2.1. Evolusi konvergen adalah proses organisme tidak berhubungan, dan mengalami evolusi ciri yang mirip sebagai hasil beradaptasi dengan lingkungan. Ini adalah kebalikan dari evolusi divergen, yang merupakan evolusi ciri yang berbeda. Pada tingkat molekular, hal ini disebabkan karena mutasi tidak berhubungan dengan perubahan adaptif.
4.2.2. Taksonomi
Taksonomi
adalah cabang ilmu biologi yang menamakan dan mengelompokkan seluruh
makhluk hidup. Para ilmuan menggunakan kemiripan morfologi dan genetik
untuk mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan berdasarkan hubungan
leluhur. Sebagai contoh, orangutan, gorila, simpanse, dan manusia, termasuk dalam kelompok taksonomi familia yang sama (Hominidae). Hewan-hewan ini dikelompokkan bersama karena kemiripan pada morfologi (disebut homologi) yang berasal dari nenek moyang bersama.[28]
Bukti kuat evolusi datang dari analisis homologi struktur, yaitu
struktur pada spesies berbeda yang fungsinya juga berbeda namun memiliki
struktur yang mirip.[29]
Contohnya adalah tangan dan kaki mamalia. Tangan manusia, kaki depan
kucing, sirip ikan paus, dan sayap kelelawar memiliki struktur tulang
yang sama, namun masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Jenis
tulang yang membentuk sayap pada burung juga membentuk sirip pada ikan
paus. Teori evolusi menjelaskan homologi struktur ini, yaitu bahwa
keempat hewan ini memiliki nenek moyang bersama, dan masing-masing telah
mengalami perubahan selama beberapa generasi. Perubahan pada struktur
telah menghasilkan organ lambai depan (forelimb) yang diadaptasikan untuk tugas-tugas yang berbeda.[30]
4.2.3. Embriologi
Pada beberapa kasus, perbandingan anatomi struktur embrio
dari dua atau lebih spesies dapat memberikan bukti nenek moyang bersama
yang tidak dapat terlihat pada bentuk struktur dewasa. Seiring dengan
berkembangnya embrio, homologi tersebut akan menghilang dan strukturnya
akan memiliki fungsi yang berbeda. Salah satu dasar klasifikasi kelompok
vertebrata (termasuk pula manusia) adalah keberadaan ekor dan celah faringal. Kedua struktur tersebut tampak pada perkembangan embrio namun pada bentuk dewasa tidaklah selalu jelas.[31]
Karena kemiripan morfologi yang ada pada embrio spesies yang berbeda semasa perkembangannya, pernah diasumsikan bahwa organisme mengulangi sejarah evolusi spesies tersebut pada tahap embrio. Diperkirakan bahwa embrio manusia menjalani tahap amfibi dan kemudian reptil sebelum menyelesaikan perkembangan mamalia. Pengulangan tersebut, sering disebut teori rekapitulasi, tidaklah memiliki dasar-dasar ilmiah. Apa yang sebenarnya terjadi adalah tahap awal perkembangan embrio sekelompok organisme yang berkerabat adalah mirip satu sama lainnya.[32] Pada tahap perkembangan embrio yang paling awal, semua vertebrata tampak sangat mirip, namun ia sama sekali tidak mirip dengan spesies leluhur terdahulu. Seiring dengan berlanjutnya perkembangan embrio, beberapa organ spesifik muncul dari bentuk dasar ini.
4.2.4. Struktur vestigial
Cutis anserina pada kulit manusia. |
Homologi juga melibatkan sekelompok struktur tubuh yang unik yang dikenal sebagai struktur vestigial. Vestigial
merujuk pada bagian anatomi hewan yang memiliki fungsi minimal ataupun
sama sekali tidak berfungsi. Struktur tanpa guna ini merupakan sisa-sisa
organ tubuh leluhur yang pernah berfungsi. Misalnya pada ikan paus, paus memiliki tulang vestigial yang tampak seperti sisa tulang kaki leluhur paus yang berjalan di daratan.[33] Manusia juga memiliki struktur vestigial, meliputi otot telinga, gigi bungsu, umbai cacing, tulang ekor, bulu badan (termasuk pula cutis anserina), dan lipatan Plica semilunaris pada sudut mata.[34]
4.2.5. Evolusi konvergen
Sayap burung dan sayap kelelawar adalah contoh evolusi konvergen. |
Kelelawar adalah mamalia dan tulang lengan depannya diadaptasikan untuk terbang. |
Perbandingan anatomi kadang-kadang dapat menyesatkan kesimpulan
karena tidak semua kemiripan anatomi mengindikasikan hubungan dekat.
Organisme yang berada dalam lingkungan yang mirip seringkali akan
mengembangkan struktur fisik yang mirip pula. Proses evolusi ini disebut
sebagai evolusi konvergen. Baik hiu dan lumba-lumba memiliki bentuk tubuh yang mirip, namun mereka hanyalah berkerabat jauh. Hiu adalah ikan, sedangkan lumba-lumba adalah mamalia.
Kemiripan ini diakibatkan oleh lingkungan yang mirip. Pada kedua
kelompok hewan tersebut, perubahan yang membantu proses berenang
difavoritkan, sehingga sejalan dengan waktu, keduanya akan mengembangkan
struktur morfologi penampilan yang mirip, walaupun keduanya tidak
berkerabat dekat.[35]
4.3. Biologi molekuler
Setiap organisme hidup (terkecuali virus RNA) mengandung molekul DNA yang membawa informasi genetik. Gen
adalah untaian DNA yang membawa informasi dan memengaruhi sifat dan
ciri organisme. Gen menentukan penampilan umum suatu individu dan secara
terbatas memengaruhi perilakunya. Jika dua organisme berkerabat dekat,
DNA-nya akan sangat mirip.[36]
Di sisi lain, dua organisme yang berkerabat jauh akan memiliki
perbedaan DNA yang lebih besar Sebagai contoh, dua orang bersaudara
memiliki hubungan yang lebih dekat dan DNA yang lebih mirip daripada dua
orang sepupu. Kemiripan pada DNA biasanya menentukan hubungan antar
spesies sama seperti ia menunjukkan hubungan antar individu. Sebagai
contoh, perbandingan DNA gorila, simpanse, dan manusia menunjukkan 96%
kemiripan DNA antara manusia dengan simpanse. Perbandingan ini
mengindikasikan bahwa manusia dan simpanse lebih berkerabat dekat
terhadap satu sama lainnya daripada terhadap gorila.[37][38]
Seuntai DNA |
Bidang sistematika molekuler
memfokuskan pada pengukuran kemiripan pada molekul DNA dan menggunakan
informasi ini untuk menentukan seberapa jauh kedua organisme berkerabat
melalui evolusi. Perbandingan ini mengijinkan para ahli biologi
membangun "pohon hubungan" evolusi kehidupan yang ada di Bumi.[39]
Perbandingan ini bahkan dapat mengijinkan para ilmuwan menyingkap
hubungan antar organisme yang leluhurnya telah hidup sangat lama
sedemikiannya tiada kemiripan yang terpantau pada organisme sekarang.
4.4. Koevolusi
Koevolusi
adalah proses dua atau lebih spesies memengaruhi proses evolusi satu
sama lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh makhluk hidup
disekitarnya, namun pada koevolusi, terdapat bukti bahwa sifat-sifat
yang ditentukan oleh genetika pada tiap spesies secara langsung
disebabkan oleh interaksi antara dua organisme.[36]
Contoh kasus koevolusi yang terdokumentasikan dengan baik adalah hubungan antara Pseudomyrmex (sejenis semut) dengan tumbuhan akasia.
Semut menggunakan tumbuhan ini sebagai tempat berlindung dan sumber
makanan. Hubungan antar dua organisme ini sangat dekat sedemikiannya
telah menyebabkan evolusi struktur dan perilaku khusus pada kedua
organisme. Semut melindungi pohon akasia dari hewan herbivora
dan membersihkan tanah hutan dari benih tumbuhan saingan. Sebagai
gantinya, tumbuhan mempunyai struktur duri yang membesar yang dapat
digunakan oleh semut sebagai tempat perlindungan dan sumber makanan
ketika tumbuhan tersebut berbunga.[40] Koevolusi seperti ini tidak menandakan bahwa semut dan pohon tersebut memilih untuk berperilaku secara altruistik,
melainkan perilaku ini disebabkan oleh perubahan genetika yang kecil
pada populasi semut dan pohon yang menguntungkan satu sama lainnya.
Keuntungan yang didapatkan memberikan kesempatan yang lebih besar agar
karakteristik ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seiring dengan
berjalannya waktu, mutasi yang berkelanjutan menciptakan hubungan yang
kita pantau sekarang.
4.5. Seleksi buatan
Hasil seleksi buatan: Anjing Chihuahua dan Anjing Great Dane. |
Seleksi buatan
adalah pembiakan terkontrol yang diterapkan pada tumbuhan maupun hewan.
Manusia menentukan hewan mana ataupun tumbuhan mana yang akan
bereproduksi dan keturunan mana yang akan bertahan hidup, sehingga
manusia menentukan gen mana saja yang akan diturunkan kepada generesi
selanjutnya. Proses seleksi buatan memiliki pengaruh yang besar terhadap
evolusi hewan domestik. Contohnya, manusia telah berhasil membiakkan
berbagai jenis anjing yang berbeda dengan pembiakan terkontrol ini.
Perbedaan pada ukuran antara anjing Chihuahua dan Great Dane
merupakan akibat dari seleksi buatan. Walaupun kedua jenis anjing
tersebut memiliki penampilan fisik yang berbeda, keduanya merupakan
akibat evolusi dari beberapa jenis serigala yang didomestikasi oleh manusia kurang dari 15.000 tahun yang lalu.[41]
Seleksi buatan juga telah menghasilkan berbagai jenis varietas tanaman. Pada kasus tanaman jagung, bukti genetika mutakhir mensugestikan bahwa domestikasi jagung terjadi 10.000 tahun yang lalu di Meksiko tengah.[42]
Sebelum didomestikasi, tongkol jagung liar sulit dipanen dan hanya
memiliki sebagian kecil bagian yang dapat dimakan. Pada zaman sekarang The Maize Genetics Cooperation • Stock Center
memiliki koleksi lebih dari 10.000 variasi genetik jagung yang
diakibatkan oleh mutasi acak dan variasi kromosmom yang berasal dari
jenis jagung liar.[43]
Pada seleksi buatan, biakan ataupun varietas baru yang muncul
merupakan mutasi acak yang menarik bagi manusia, manakala pada seleksi
alam spesies yang bertahan hidup merupakan mutasi acak yang berguna pada
lingkungan tanpa manusia. Baik pada seleksi alam maupun seleksi buatan,
variasi baru yang muncul merupakan akibat dari mutasi acak, dan
proses-proses genetika yang berada di baliknya secara garis besar adalah
sama.[44]
Darwin dengan teliti memantau akibat seleksi buatan pada hewan dan
tanaman untuk mendapatkan bukti yang mendukung argumennya mengenai
seleksi alam.[45] Hasil karya bukunya On the Origin of Species kebanyakan didasarkan pada pengamatan varietas burung merpati
domestik yang berasal dari seleksi buatan. Darwin mengajukan bahwa jika
manusia dapat membuat perubahan dramatis pada hewan domestik dalam
waktu yang pendek, maka dengan seleksi alam selama jutaan tahun akan
dapat menghasilkan perbedaan yang dapat kita lihat pada makhluk hidup
sekarang ini.
5. Spesies
Terdapat berbagai macam spesies ikan dalam famili cichlidae yang menunjukkan variasi morfologi yang dramatis. |
Dengan kondisi yang tepat dan waktu yang cukup lama, evolusi akan
mengakibatkan kemunculan spesies baru. Para ilmuwan telah lama bergelut
dalam mencari definisi spesies yang tepat karena spesies yang baru merupakan gradasi perubahan perlahan dari spesies terdahulu. Ernst Mayr
(1904–2005) mendefinisikan spesies sebagai populasi ataupun kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki potensi saling kawin secara
alami dan dapat menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil.[46]
Definisi Mayr mendapatkan dukungan para ahli biologi yang luas, namun
definisinya tidak dapat diterapkan pada organisme seperti bakteri yang bereproduksi secara aseksual.
Spesiasi merupakan kejadian perpisahan garis keturunan yang
menghasilkan dua spesies berbeda yang mempunyai satu populasi leluhur
bersama.[9] Metode spesiasi yang diterima secara meluas adalah spesiasi alopatrik. Spesiasi alopatrik dimulai dengan berpisahnya suatu populasi secara geografis.[29]
Proses-proses geologi seperti pembentukan barisan gunung, ngarai,
banjir, dan lain-lainnya akan mengakibatkan perpisahan populasi. Agar
spesiasi dapat terjadi, perpisahan ini haruslah besar, sehingga
pertukaran genetika antara dua populasi terputus. Dalam lingkungan yang
berbeda, dua kelompok yang secara genetis terisolasi akan mengikuti
lintasan evolusi mereka sendiri secara terpisah. Setiap kelompok akan
mengakumulasi mutasi-mutasi yang berbeda yang diseleksi secara berbeda
pula. Perubahan genetika yang berakumulasi dapat mengakibatkan
perpisahan populasi yang tidak akan dapat saling kawin lagi apabila
keduanya bergabung kembali.[9] Sawar pemisah yang menghalangi saling kawin ini dapat bersifat prazigotik (menghalangi perkawinan ataupun fertilisasi) ataupun pascazigotik
(setelah fertilisasi). Jika saling kawin antar populasi tidak lagi
memungkinkan, maka keduanya akan dianggap sebagai dua spesies yang
berbeda.[47]
Biasanya proses spesiasi sangat lambat dan terjadi dalam waktu yang
sangat lama, sehingga pengamatan secara langsung sangatlah jarang. Namun
spesiasi sebenarnya telah terpantau pada organisme masa sekarang, dan
kejadian spesiasi masa lalu tercatat dalam catatan fosil.[48][49][50] Para ilmuwan telah mendokumentasikan pembentukan lima spesies baru ikan Cichlidae dari satu spesies leluhur bersama yang diisolasi kurang dari 5000 tahun yang lalu di Danau Nagubago.[51]
Bukti spesiasi dalam kasus ini adalah morfologi (penampilan fisik) yang
berbeda serta kesemuaan spesies tersebut tidak dapat saling kawin lagi.
Ikan-ikan ini memiliki ritual perkawinan yang kompleks dan memiliki
berbagai macam warna. Perubahan yang sedikit akan mengubah proses
seleksi pasangan kawin dan lima spesies tersebut tidak akan dapat saling
kawin.[52]
6. Pandangan berbeda mengenai mekanisme evolusi
Teori evolusi diterima oleh komunitas ilmiah secara meluas. Ia merupakan garis penghubung berbagai cabang bidang biologi.[13] Evolusi memberi ilmu biologi dasar ilmiah yang kuat. Pentingnya teori evolusi dijelaskan oleh Theodosius Dobzhansky (1900–1975) pada publikasi American Biology Teacher dengan judul esai "Nothing in Biology Makes Sense Except in the Light of Evolution" (Tidak ada yang masuk akal dalam biologi kecuali menurut evolusi).[53]
Namun, teori evolusi itu sendiri tidaklah statis. Walaupun peristiwa
evolusi adalah fakta, terdapat berbagai diskusi dalam komunitas ilmiah
mengenai mekanisme proses evolusi tersebut. Sebagai contoh, laju
kejadian evolusi masih didiskusikan. Selain itu, terdapat berbagai opini
mengenai satuan utama perubahan evolusioner, apakah itu organisme
ataupun gen.
6.1. Laju perubahan
Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai laju perubahan
evolusioner. Darwin dan para pendukungnya memandang evolusi sebagai
proses yang lambat dan perlahan. Pohon evolusi didasarkan pada pemikiran
bahwa perubahan pada spesies merupakan akibat dari akumulasi perubahan
kecil dalam waktu yang sangat lama.
Pandangan bahwa evolusi terjadi secara bertahap didasarkan pada hasil kerja ahli geologi James Hutton
(1726–1797) dengan teorinya yang disebut "gradualisme". Teori Hutton
mensugestikan bahwa perubahan geologis yang sangat bersar merupakan
produk kumulatif operasi proses-proses yang terjadi relatif lambat dan
berlanjut yang sampai sekarang masih dapat terlihat beroperasi. Sudut
pandangan uniformitarian diadopsi untuk perubahan biologis. Pandangan
seperti ini tampaknya berkontradiksi dengan catatan fosil yang
menunjukkan bahwa spesies baru muncul secara tiba-tiba dan tidak berubah
dalam waktu yang sangat panjang. Ahli paleontologi Stephen Jay Gould
(1940–2002) mengembangkan suatu model yang mengajukan bahwa evolusi,
walaupun menurut manusia adalah proses yang lambat, mengalami periode
perubahan yang relatif cepat dalam beberapa ribu ataupun jutaan tahun,
diikuti oleh periode stabilitas relatif yang panjang. Model ini disebut
sebagai "kesetimbangan bersela" (punctuated equilibrium) yang menjelaskan catatan fosil tanpa berkontradiksi dengan gagasan Darwin.[54]
6.2. Satuan perubahan
Satuan seleksi yang umum pada evolusi adalah organisme. Seleksi alam
terjadi ketika kesuksesan reproduksi suatu individu ditingkatkan ataupun
diturunkan oleh sifat-sifat terwariskan. Kesuksesan reproduksi ini
diukur dengan jumlah individu keturunan yang bertahan hidup. Pandangan
yang berpusat pada organisme ini mendapat tantangan dari berbagai ahli
biologi lainnya. Richard Dawkins
(lahir 1941) mengajukan bahwa banyak yang dapat disingkap apabila
evolusi dilihat dari sudut pandang gen. Yakni bahwa seleksi alam
beroperasi sebagai mekanisme evolusioner terhadap gen maupun organisme.[55] Pada buku tahun 1976 karyanya The Selfish Gene, ia menjelaskan:
“ | Individuals are not stable things, they are fleeting. Chromosomes too are shuffled to oblivion, like hands of cards soon after they are dealt. But the cards themselves survive the shuffling. The cards are the genes. The genes are not destroyed by crossing-over; they merely change partners and march on. Of course they march on. That is their business. They are the replicators and we are their survival machines. When we have served our purpose we are cast aside. But genes are denizens of geological time: genes are forever.[56] | ” |
“ | Individu-individu bukanlah hal yang stabil, mereka berubah-ubah. Kromosom juga diacak sampai terlupakan, sama seperti sekumpulan kartu yang telah dibagi-bagikan. Namun kartu-kartu tersebut sendirinya bertahan dari pengacakan. Kartu-kartu tersebut adalah gen. Gen tidak dihancurkan melalui penyilangan; gen hanya mengubah pasangannya dan terus ada. Tentu saja gen akan terus ada. Itulah urusan mereka. Gen adalah replikator dan kita adalah mesin pertahanan hidupnya. Ketika kita telah menunaikan tugas kita, kita dikesampingkan. Namun gen merupakan penduduk waktu geologis: gen akan ada selamanya | ” |
Yang lainnya memandang bahwa seleksi bekerja pada berbagai tingkat
dan bukan hanya pada satu tingkat organisme ataupun gen. Sebagai contoh,
Stephen Jay Gould menyerukan perspektif hierarkis seleksi.[57]
7. Ringkasan
Teori evolusi dibangun berdasarkan beberapa pengamatan dasar. Ia
menjelaskan keberagaman dan hubungan seluruh makhluk hidup. Terdapat
variasi genetik dalam suatu populasi individu. Beberapa individu secara
kebetulan memiliki sifat-sifat yang mengijinkan mereka bertahan hidup
dan berkembang pesat daripada yang lainnya. Individu yang bertahan hidup
akan lebih berkemungkinan bereproduksi dan menghasilkan keturunan.
Keturunannya tersebut akan mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan
tersebut.
Evolusi bukanlah proses yang acak. Manakala mutasi tersebut adalah
acak, seleksi alam tidaklah demikian. Evolusi merupakan akibat yang tak
terelakkan dari pengkopian gen yang tidak sempurna pada organisme yang
bereproduksi selama bermilyar-milyar tahun di bawah tekanan seleksi
lingkungan. Hasil dari proses evolusi bukanlah organisme yang semakin
sempurna, melainkan hanya organisme yang dapat bertahan hidup dan
bereproduksi dengan lebih baik dalam lingkungan tertentu. Fosil, kode
genetik, dan distribusi khas kehidupan di Bumi memberikan catatan
evolusi dan menunjukkan keberadaan nenek moyang bersama seluruh
organisme, baik yang masih hidup maupun telah lama mati. Evolusi dapat
secara langsung diamati pada seleksi buatan. Biakan kucing, anjing,
kuda, dan tumbuhan yang bermacam-macam merupakan contoh evolusi.
Walaupun beberapa kelompok mengajukan keberatannya terhadap teori evolusi, bukti eksperimen dan pengamatan selama beratus-ratus tahun oleh beribu-ribu ilmuwan mendukung fakta evolusi.[12]
Akibat dari evolusi selama empat milyar tahun adalah keanekaragaman
mahkhluk hidup di sekitar kita, dengan sekitar 1,75 juta spesies yang
sekarang hidup di Bumi.[3][58]
8. Terkait
- Evolusi sebagai teori dan fakta
- Bukti nenek moyang bersama
- Kontroversi kreasi-evolusi
- Tingkat dukungan evolusi
9. Catatan kaki
- Gould, Stephen J. (17 Januari 2002). The Structure of Evolutionary Theory. Harvard University Press. hlm. 1433. ISBN 0674006135, 9780674006133.
- "An introduction to evolution" (web resource), Understanding Evolution: your one-stop source for information on evolution, The University of California Museum of Paleontology, Berkeley, 17 Januari 2008, diakses pada 23 Januari 2008
- Cavalier-Smith T (2006). "Cell evolution and Earth history: stasis and revolution" (pdf). Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci 361 (1470): 969–1006. doi: . PMID 16754610. Diakses pada 24 Januari 2008.
- Rhee, Sue Yon (1999). "Gregor Mendel". Access Excellence. National Health Museum. Diakses pada 5 Januari 2008.
- "Statement on the Teaching of Evolution" (PDF). American Association for the Advancement of Science. 17 Januari 2006. Diakses pada 20 Maret 2007.
- "IAP Statement on the Teaching of Evolution" (PDF). The Interacademy Panel on International Issues. 17 Januari 2006. Diakses pada 25 April 2007. Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh akademi sains nasional dari berbagai negara
- Eldredge, Niles (Spring 2006). "Confessions of a Darwinist". The Virginia Quarterly Review: 32–53. Diakses pada 23 Januari 2008.
- Wyhe, John van (2002). "Charles Darwin: gentleman naturalist". The Complete Work of Charles Darwin Online. University of Cambridge. Diakses pada 16 Januari 2008.
- Quammen, David (2004). "Was Darwin Wrong?". National Geographic Magazine. National Geographic. Diakses pada 23 Desember 2007.
- Futuyma, D. J. (2005). The Nature of Natural Selection. Ch. 8, pages 93-98 in Cracraft, J. and Bybee R. W. (Eds.) Evolutionary Science and Society: Educating a New Generation. American Institute of Biological Sciences.
- Wyhe, John van (2002). "Fertilisation of Orchids". The Complete Works of Charles Darwin. University of Cambridge. Diakses pada 7 Januari 2008.
- DeVries A (2004). "The enigma of Darwin". Clio Med 19 (2): 136–55. PMID 6085987.
- Delgado, Cynthia (2006). "Finding the Evolution in Medicine". NIH Record (National Institutes of Health). Diakses pada 21 Desember 2007.
- (Darwin 1872, hal. 108.) Effects of the increased Use and Disuse of Parts, as controlled by Natural Selection
- Ghiselin, Michael T. (September 1994), "Nonsense in schoolbooks: 'The Imaginary Lamarck'", The Textbook Letter, The Textbook League (dipublikasi 1 September 1994), diakses pada 23 Januari 2008
- (Gould (a) 1981, hal. 24)
- Bejder L, Hall BK (2002). "Limbs in whales and limblessness in other vertebrates: mechanisms of evolutionary and developmental transformation and loss". Evol. Dev. 4 (6): 445–58. doi: . PMID 12492145.
- Boughner JC, Buchtová M, Fu K, Diewert V, HallgrÃmsson B, Richman JM (2007). "Embryonic development of Python sebae - I: Staging criteria and macroscopic skeletal morphogenesis of the head and limbs". Zoology (Jena) 110 (3): 212–30. PMID 17499493.
- Drummond, A; Strimmer, K (Jul 2001), Frequently Asked Questions About Evolution, "Evolution Library", Bioinformatics (Oxford, England) (WGBH Educational Foundation) 17 (7): 662–3, ISSN 1367-4803, PMID 11448888, diakses pada 23 Januari 2008
- "Roundtable: Mass Extinction", Evolution: a jouney into where we're from and where we're going, WGBH Educational Foundation, 17 Januari 2001, diakses pada 23 Januari 2008.
- Bambach, R.K.; Knoll, A.H.; Wang, S.C. (December 2004), "Origination, extinction, and mass depletions of marine diversity", Paleobiology 30 (4): 522–42, doi:, diakses pada 24 Januari 2008
- Committee on Defining and Advancing the Conceptual Basis of Biological Sciences (1989). "The tangled web of biological science". The role of theory in advancing 21st Century Biology:Catalyzing Transformation Research. National Research Council. Diakses pada 6 Januari 2008.
- "The Fossil Record - Life's Epic". The Virtual Fossil Museum. Diakses pada 31 Agustus 2007.
- (Tattersall 1995, hal. 5–6)
- (Lyell 1830, hal. 76)
- Committee on Revising Science and Creationism: A View from the National Academy of Sciences, National Academy of Sciences and Institute of Medicine of the National Academies (2008). "Science, Evolution, and Creationism". National Academy of Sciences. Diakses pada 6 Januari 2008.
- (Gould (b) 1995, hal. 360)
- (Diamond 1992, hal. 16)
- Drummond, A; Strimmer, K (Jul 2001), Glossary, "Evolution Library" (web resource), Bioinformatics (Oxford, England) (WGBH Educational Foundation) 17 (7): 662–3, ISSN 1367-4803, PMID 11448888, diakses pada 23 Januari 2008.
- (Mayr 2001, hal. 25–27)
- (Weichert & Presch 1975, hal. 8)
- Miller, Kenneth (1997). "Haeckel and his Embryos". Evolution Resources. Diakses pada 2 September 2007.
- Theobald, Douglas (2004). "29+ Evidences for Macroevolution Part 2: Past History" (pdf). TalkOrigins Archive. The TalkOrigins Foundation. Diakses pada 27 Januari 2008.
- Johnson, George (2002), "Vestigial Structures" (web resource), The Evidence for Evolution, 'On Science' column in St. Louis Post Dispatch, diakses pada 23 Januari 2008.
- Johnson, George (2002), "Convergent and Divergent Evolution" (web resource), The Evidence for Evolution, 'On Science' column in St. Louis Post Dispatch, diakses pada 23 Januari 2008.
- Kennedy, Donald (1998). "Teaching about evolution and the nature of science". Evolution and the nature of science. The National Academy of Science. Diakses pada 30 Desember 2007.
- Lovgren, Stefan (2005-08-31). "Chimps, Humans 96 Percent the Same, Gene Study Finds". National Geographic News. National Geographic. Diakses pada 23 Desember 2007.
- (Carroll, Grenier & Weatherbee 2000)
- Ciccarelli FD, Doerks T, von Mering C, Creevey CJ, Snel B, Bork P (2006). "Toward automatic reconstruction of a highly resolved tree of life". Science 311 (5765): 1283–87. doi: . PMID 16513982.
- Janzen, Daniel (1974). "Swollen-Thorn Acacias of Central America" (pdf). Smithsonian Contributions to Biology. Smithsonian Institution. Diakses pada 31 Agustus 2007.
- McGourty, Christine (2002-11-22). "Origin of dogs traced". BBC News. Diakses pada 14 Desember 2007.
- Hall, Hardy. "Transgene Escape: Are Traditioanl Corn Varieties In Mexico Threatened by Transgenic Corn Crops". Scientific Creative Quarterly. Diakses pada 14 Desember 2007.
- "The Maize Genetics Cooperation • Stock Center". National Plant Germplasm. U.S. Department of Agriculture. 21 Juni 2006. Diakses pada 19 Desember 2007.
- Silverman, E. David (2002). "Better Books by Trial and Error.". Diakses pada 4 April 2008.
- Wilner A. (2006). "Darwin's artificial selection as an experiment". Stud Hist Philos Biol Biomed Sci. 37 (1): 26–40. doi: . PMID 16473266.
- (Mayr 2001, hal. 165–69)
- Sulloway, Frank J (December 2005). "The Evolution of Charles Darwin". Smithsonian Magazine. Smithsonian Institution. Diakses pada 31 Agustus 2007.
- Jiggins CD, Bridle JR (2004). "Speciation in the apple maggot fly: a blend of vintages?". Trends Ecol. Evol. (Amst.) 19 (3): 111–14. doi: . PMID 16701238.
- Boxhorn, John (1995). "Observed Instances of Speciation". TalkOrigins Archive. Diakses pada 10 Mei 2007.
- Weinberg JR, Starczak VR, Jorg, D (1992). "Evidence for Rapid Speciation Following a Founder Event in the Laboratory". Evolution 46 (4): 1214–20. doi: .
- (Mayr 1970, hal. 348)
- (Mayr 1970)
- "NCSE Resource". Cans and Can`ts of Teaching Evolution. National Center for Science Education. 13 Februari 2001. Diakses pada 1 Januari 2008.
- Gould, Stephen Jay (1991). "Opus 200". Stephen Jay Gould Archive. Natural History. Diakses pada 31 Agustus 2007.
- Wright, Sewall (September 1980). "Genic and Organismic Selection". Evolution 34 (5): 825. doi:. Diakses pada 23 Desember 2007.
- (Dawkins 1976, hal. 35)
- Gould SJ, Lloyd EA (1999). "Individuality and adaptation across levels of selection: how shall we name and generalize the unit of Darwinism?". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 96 (21): 11904–9. doi: . PMID 10518549. Diakses pada 18 Januari 2008.
- Sedjo, Roger (2007). "How many species are there?". Environmental Literacy Council. Diakses pada 5 Januari 2008.
10. Referensi
- Carroll, SB; Grenier, J; Weatherbee, SD (2000), From DNA to Diversity: Molecular Genetics and the Evolution of Animal Design (edisi ke-2nd Edition), Oxford: Blackwell Publishing, ISBN 1-4051-1950-0
- Darwin, Charles (1872), The Origin of Species (edisi ke-6th), London: John Murray, http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F391&viewtype=text&pageseq=1
- Dawkins, Richard (1976), The Selfish Gene (edisi ke-1st Edition), Oxford University Press, hlm. 33, ISBN 0192860925
- Diamond, Jared (1992), The Third Chimpanzee: the evolution and future of the human animal, New York: HarperCollins, ISBN 0060183071
- Gould (a), Stephen Jay (1981), The Panda's Thumb: More Reflections in Natural History, New York: W.W, Norton & Company, ISBN 0393308197
- Gould (b), Stephen Jay (1995), Dinosaur in a Haystack, New York: Harmony Books, ISBN 0517703939
- Lyell, Charles (1830), Principles of geology, New York: Penguin Books, ISBN 014043528X
- Mayr, Ernst (1970), Populations, Species, and Evolution, Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press, ISBN 0674690109
- Mayr, Ernst (2001), What evolution is, New York: Basic Books, ISBN 0-465-04425-5
- Tattersall, Ian (1995), The Fossil Trail: How We Know What We Think We Know About Human Evolution, New York: Oxford University Press, ISBN 0195061012
- Weichert, Charles; Presch, William (1975), Elements of Chordate Anatomy, New York: McGraw-Hill, ISBN 0070690081
11. Bacaan lebih lanjut
- Darwin, Charles (1996), Beer, Gillian, ed., The origin of species, Oxford: Oxford University Press, ISBN 019283438X
- Gamlin, Linda (1998). Evolution (DK Eyewitness Guides). New York: DK Pub. ISBN 0751361402.
- Howard, Jonathan (2001). Darwin: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0192854542.
- Liam Neeson (narrator). Evolution: a journey into where we're from and where we're going (web resource) [[DVD]]. South Burlington, VT: WGBH Boston / PBS television series Nova. Retrieved on 2008-01-24. - Age level: Grade 7+
- Burnie, David (2002). Evolution. New York: DK Pub. ISBN 078948921X.
- Horvitz, Leslie Alan (2002). The complete idiot's guide to evolution. Indianapolis: Alpha Books. ISBN 0028642260.
- Charlesworth, Deborah; Charlesworth, Brian (2003). Evolution: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0192802518.
- Sis, Peter (2003). The tree of life: a book depicting the life of Charles Darwin, naturalist, geologist & thinker. New York: Farrar Straus Giroux. ISBN 0-374-45628-3.
- Thomson, Keith Stewart (2005). Fossils: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0192805045.
- Greg Krukonis (2008). Evolution For Dummies (For Dummies (Math & Science)). For Dummies. ISBN 0-470-11773-7.
12. Pranala luar
- Brain, Marshall, "How Evolution Works" (web resource), How Stuff Works: Evolution Library, Howstuffworks.com, diakses pada 24 Januari 2008
- Carl Sagan. Carl Sagan on evolution (Google video) [[streaming video]]. Google. Retrieved on 2008-01-24.
- Carl Sagan. Theory of Evolution Explained (Youtube video) [[streaming video]]. Youtube. Retrieved on 2008-01-24.
- (web resource) Evolution Education Wiki: EvoWiki, diakses pada 24 Januari 2008
- "The Big Picture on Evolution (PDF)", The Big Picture Series, Wellcome Trust, 1 Januari 2007 (dipublikasi 1 Januari 2007), diakses pada 23 Januari 2008
- (web resource) The Talk Origins Archive: Exploring the Creation/Evolution Controversy, diakses pada 24 Januari 2008
- (web resource) Understanding Evolution: your one-stop source for information on evolution, The University of California Museum of Paleontology, Berkeley, diakses pada 24 Januari 2008
- (web resource) University of Utah Genetics Learning Center animated tour of the basics of genetics, Howstuffworks.com, diakses pada 24 Januari 2008
Seleksi alam tidak membawa kesempurnaan pada makhluk hidup. Perubahan dramatis pada lingkungan biasanya akan mengakibatkan kepunahan massal, misalnya yang terjadi pada dinosaurus 65 juta tahun lalu. |
Tinjauan umum |
Makhluk hidup bereproduksi dan menghasilkan keturunan. |
Keturunannya memiliki sifat-sifat yang sedikit berbeda dari orang tua. |
Apabila perbedaan tersebut menguntungkan, keturunan tersebut akan lebih berkemungkinan bertahan hidup dan bereproduksi. |
Ini berarti bahwa akan ada lebih banyak keturunan pada generasi selanjutnya yang memiliki perbedaan yang menguntungkan ini. |
Perbedaan-perbedaan ini akan berakumulasi, mengakibatkan perubahan pada suatu populasi. |
Seiring dengan berjalannya waktu, proses ini secara perlahan-lahan menghasilkan jenis makhluk hidup yang baru. |
Proses ini bertanggung jawab terhadap keanekaragaman hayati yang ada di bumi sekarang ini. |
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar