Motto: "Akcaya" (Bahasa Indonesia: "Tak Kunjung Binasa") |
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak.
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
|
1. Sejarah
Menurut kakawin Nagarakretagama (1365), Kalimantan Barat menjadi taklukan Majapahit, bahkan sejak zaman Singhasari yang menamakannya Bakulapura. Menurut Hikayat Banjar (1663), negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar sejak zaman Hindu. Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.) Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda. Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi). Daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut. Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten
residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato
sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di
bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah,
Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau,
Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong,
Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai
(Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Menurut
Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini
termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
2. Kondisi Alam
Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik
basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi
pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0
dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.
3. Sosial Kemasyarakatan
3.1. Suku Bangsa
Menurut sensus tahun 1930 penduduk Kalimantan Barat Laut (Afdeeling
Singkawang dan Afdeeling Pontianak, tidak termasuk afdeeling Ketapang
dan afdeeling Sintang) terdiri atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%),
Banjar (1,06%), Bugis (9,85%), Jawa (2,99%), suku lainnya (0,47%), tidak
diketahui (12,88%). Sukubangsa tahun 1930 di seluruh Kalbar pada keempat afdeeling yang dominan besar yaitu Dayak (40,4%), Melayu (27,7%), bumiputera lainnya (18,3%) dan Tionghoa (13%).
Suku Bangsa | Borneo Barat Laut 1930[18] | Kalbar 2000 | 2010 |
---|---|---|---|
Total | 454,172 | - | - |
Rumpun Dayak | 43,02% | 35% | - |
Dayak Kendayan | (Dayak) | 8% | - |
Dayak Pesaguan | (Dayak) | ...% | - |
Melayu | 29,74% | 13% | - |
Melayu Sambas | (Melayu) | 12% | - |
Banjar | 1,06% | ...% | - |
Jawa | 2,99% | 9% | - |
Bugis | 9,85% | ...% | - |
Suku lainnya | 0,47% | ...% | - |
Rumpun Tionghoa | 12,88% | 9% | - |
Daftar suku-suku di Kalimantan Barat selengkapnya adalah:
- Suku Dayak terdiri dari:
- Rumpun Kanayatn,
- Rumpun Ibanic,
- Rumpun Bidoih (Kidoh-Madeh),
- Rumpun Banuaka",
- Rumpun Kayaanic,
- Rumpun Uut Danum,
- Kelompok Dayak yang mandiri atau tak mempunyai rumpun suku, terdiri atas:
- Suku Iban (Ibanic)
- Suku Bidayuh (Bidoih)
- Suku Seberuang (Ibanic)
- Suku Mualang (Ibanic)
- Suku Kanayatn
- Suku Mali
- Suku Benawas
- Suku Sekujam
- Suku Sekubang
- Suku Kantuk (Ibanic)
- Suku Lebang (Lebang Hilir dan Lebang Hulu , tersebar di kawasan Kelam, Dedai, dan Kayan Hilir )
- Suku Ketungau (Ibanic) ( Ketungau Asli daerah kapuas hulu, Ketungau sesat daerah kabupaten sekadau, Ketungau Banyor daerah Belitang.
- Suku Desa (Ibanic)
- Suku Hovongan (Kayanic)
- Suku Uheng Kereho (Kayanic)
- Suku Babak
- Suku Badat
- Suku Barai
- Suku Bugau (Ibanic)
- Suku Bukat (Kayanic)
- Suku Galik (Bidoih)
- Suku Gun (Bidoih)
- Suku Jangkang (Bidoih)
- Suku Kalis (Banuaka")
- Suku Kayan
- Suku Kayaan Mendalam (Kayaanic)
- Suku Kede (Ibanic)
- Suku Kerambai
- Suku Klemantan
- Suku Pos
- Suku Punti/Pontetn
- Suku Randuk
- Suku Ribun (Bidoih)
- Suku Cempedek
- Suku Dalam
- Suku Darok
- Suku Kopak
- Suku Koyon
- Suku Lara (Kanaykatn)
- Suku Senunang
- Suku Sisakng
- Suku Sintang
- Suku Suhaid (Ibanic)
- Suku Sungkung (Bidayuh)
- Suku Limbai
- Suku Mayau
- Suku Mentebak
- Suku Menyangka
- Suku Menyuke
- Suku Sanggau
- Suku Sani
- Suku Sekajang
- Suku Selayang
- Suku Selimpat
- Suku Dusun
- Suku Embaloh (Banuaka")
- Suku Empayeh
- Suku Engkarong
- Suku Ensanang
- Suku Menyanya
- Suku Merau
- Suku Muara
- Suku Muduh
- Suku Muluk
- Suku Ngabang
- Suku Ngalampan
- Suku Ngamukit
- Suku Nganayat
- Suku Panu
- Suku Pengkedang
- Suku Pompakng
- Suku Senangkan
- Suku Suruh
- Suku Tabuas
- Suku Taman
- Suku Tingui
- Rumpun Uut Danum di Kalimantan Barat: Dohoi, Cohie, Pangin, Limbai, Sebaung
- Sak Senganan (Ibanic Moslem),
- Suku Melayu
- Suku lainnya:
- Suku Banjar
- Suku Pesaguan
- Suku Bugis
- Suku Sunda
- Suku Jawa
- Suku Madura
- Suku Minang
- Suku Batak
- Tionghoa
- Hakka
- Tiochiu
3.2. Bahasa
Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan
Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu bahasa Melayu Pontianak,
Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya.
Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian
Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak
dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka.
Dialek yang di masksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu
banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di
ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan
makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara
lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu
Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahas Melayu Malaysia
dan Melayu Riau.
3.3. Agama
Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memeluk agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%).
3.4. Pendidikan
Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:- Universitas Tanjungpura
- Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak (STP ST. AGUSTINUS KAP)
- Politeknik Negeri Pontianak
- STIPER Panca Bhakti Pontianak
- STAIN Pontianak
- STMIK Pontianak
- Politeknik Kesehatan
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak
- Universitas Muhammadiyah
- ASMI Pontianak
- ABA Pontianak
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma
- Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma
- Akademi Bahasa Asing Widya Dharma
- Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma
- Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)
- STIE Pontianak
- Universitas Pancabakti
- STIH Singkawang
- Universitas Kapuas, Sintang
- Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
- STKIP PGRI Pontianak
- AMIK Bina Sarana Informatika Pontianak
- STKIP Singkawang
4. Batas wilayah
Provinsi Kalimantan Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:Utara | Sarawak, Malaysia Timur |
Selatan | Laut Jawa |
Barat | Laut Natuna, Selat Karimata dan Samudra Pasifik |
Timur | Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah |
5. Pemerintahan
Ibu kota Kalimantan Barat adalah kota Pontianak.5.1. Kabupaten dan Kota
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota |
---|---|---|
1 | Kabupaten Bengkayang | Bengkayang |
2 | Kabupaten Kapuas Hulu | Putussibau |
3 | Kabupaten Kayong Utara | Sukadana |
4 | Kabupaten Ketapang | Ketapang |
5 | Kabupaten Kubu Raya | Sungai Raya |
6 | Kabupaten Landak | Ngabang |
7 | Kabupaten Melawi | Nanga Pinoh |
8 | Kabupaten Pontianak | Mempawah |
9 | Kabupaten Sambas | Sambas |
10 | Kabupaten Sanggau | Sanggau |
11 | Kabupaten Sekadau | Sekadau |
12 | Kabupaten Sintang | Sintang |
13 | Kota Pontianak | - |
14 | Kota Singkawang | - |
5.2. Daftar gubernur
No. | Foto | Nama | Dari | Sampai | Ket |
1. | Adji Pangeran Afloes | 1957 | 1958 | Pj | |
2. | Djenal Asikin Judadibrata | 1958 | 1959 | ||
3. | Johanes Chrisostomus Oevang Oeray | 1960 | 1966 | ||
4. | Soemardi, Bc.H.K. | 1967 | 1972 | ||
5. | Kol. Kadarusno | 1972 | 1977 | ||
6. | H. Soedjiman | 1977 | 1987 | ||
7. | Brigjend. TNI (Purn.) H. Parjoko Suryokusumo | 1987 | 1993 | ||
8. | Mayjend. TNI (Purn.) H. Aspar Aswin | 1993 | 13 Januari 2003 | ||
9. | H. Usman Ja'far | 13 Januari 2003 | 14 Januari 2008 | ||
10. | Drs. Cornelis, M.H. | 14 Januari 2008 | sekarang |
6. Perekonomian
6.1. Pertanian & Perkebunan
Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup
melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat diantaranya adalah padi,
jagung, kedelai dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan diantaranya
adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya dan lain-lain. Kebun
kelapa sawit sampai Oktober 2010 sudah mencapai 592,000 ha. Kebun-kebun
tersebut sebagian dibangun di hutan yang dikonversi menjadi lahan
perkebunan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para
petani peserta menderita sengsara. Pendapatan petani sawit binaan PTPN
XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun
dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang.
Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) zaman Hindia Belanda.
7. Seni dan Budaya
7.1. Tarian Tradisional
Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang terdapat
pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai
penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh
kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini
hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini
merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau yang di masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur di masa lalu yang berkaitan erat dengan penerimaan/penyambutan tamu/pahlawan.
Tari Jonggan merupkan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya, Mempawah, Landak yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten sanggau kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada masyarakat Melayu kalimantan Barat, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
7.1.1. Alat Musik Tradisional
Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang
terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik
sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan.
maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek.
Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
Rabab/Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Dayak Uut Danum. Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.
7.2. Senjata Tradisional
- Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.[rujukan?]
- Keris
- Tumbak
- Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
- Senapang Lantak
- Duhung (Uut Danum)
- Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
- Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)
7.3. Sastra lisan
Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:- Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
- Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda.
- Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi
(zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada
zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia.
Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut
Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan
dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi,
misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai
penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang
kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian
lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan
membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di
Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai
Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan
malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan
episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau
perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan
kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan
lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung,
Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus
membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan
hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa
sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.
7.4. Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, diantaranya:- Tenun Daerah Sambas
- Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau
- Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang
- Tenun Kapuas Hulu
7.5. Kerajinan Tangan
Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:- Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu.
- Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
- Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
- Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
7.6. Kue Tradisional
Kue-kue tradisional banyak dijumpai di tempat ini, misalnya:- Lemang, terbuat dari pulut di masukan ke dalam bambu, merupakan makanan tradisional masyarakat masa lampau yang kini masih dilestarikan.
- Lemper, terbuat dari pulut yang di isi daging/kacang terdapat didaerah Purun merupakan makanan tradisional
- Lepat, terbuat dari tepung yang di dalamnya di masukan pisang.
- Jimut, kue tradisional pada masyarakat Dayak Mualang daerah Belitang Kabupaten Sekadau yang terbuat dari tepung yang dibentuk bulatan sebesar bola pimpong.
- Lulun, sejenis lepat, yamg isimya gula merah, terdapat di daerah Belitang kab sekadau
- Lempok, terdapat di pontianak dibuat dari Durian (hampir semua suku Dayak dan Melayu mempunyai kebiasaan membuat Lempok)
- Tumpi', terdapat pada masyarakat Dayak kanayatn, yang terbuat dari bahan tepung.
- Tehpung, kue tradisional pada dayak Uut Danum, terbuat dari beras pulut yang ditumbuk halus dan digoreng. Kue ini biasanya di buat pada acara adat, bentuknya ada yang seperti perahu, gong dan lain-lain.
7.7. Masakan dan makanan Tradisional
Kuliner yang bisa kita dapatkan dari daerah ini adalah:- Masakan Asam Pedas di daerah Pontianak
- Masakan Bubur Pedas di daerah Sambas
- Kerupok basah, merupakan makanan khas Kapuas Hulu
- Ale-ale, merupakan makanan khas Ketapang
- Pansoh, yaitu masakan daging di dalam bambu pada masyarakat Dayak.
- Mie Tiau, merupakan masakan khas Tionghoa Pontianak yang terdapat di kota Pontianak
- Nasi Ayam dan Mie Pangsit, merupakan masakan khas penduduk Tionghoa Singkawang dan sekitarnya
Berita Terkait
- Kalimantan Selatan dengan ibu kota Banjarmasin
- Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangkaraya
- Kalimantan Timur dengan ibu kota Samarinda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar