Arifuddinali.blogspot.com - Tokoh nasional sekaligus Ketua Dewan Pakar Partai DasDem Hary
Tanoesudibjo meniliai mandeknya perubahan pada bangsa Indonesia saat ini
karena perilaku moral elite politik yang tidak jujur dan hidup dalam
kepura-puraan.
"Tidak ada susahnya kita mengaku pada rakyat secara jujur bahwa kita sedang bermasalah dan katakan itu secara tulus. Yang terjadi toh saat ini elite politik bersikap pura-pura, bersikap seolah-olah baik padahal ada masalah. Kejujuran itu sangat penting, Saudara-saudara," ujarnya, dalam malam Orasi Kebudayaan Memperingati Bulan Bung Karno, di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (23/6) malam.
Pentingnya melawan sikap kepura-puraan para pemimpin, kata dia, adalah untuk membuat bangsa ini selalu awas dan giat bekerja.
"Dengan terus berpura-pura, pencitraan kita tidak akan pernah tahu bagaimana kita harus bergerak dan bekerja. Bukankah dengan mengakui bahwa ada masalah kita akan terpacu untuk bekerja lebih baik. Tidak lalu dengan menangkis semua kritikan dan menganggap semuanya berjalan baik," tandas Tanoe.
Ia menambahkan, sebagai bulan peringatan Bung Karno, Juni harus menjadi bulan introspeksi diri seluruh elemen bangsa.
"Mari kita kembali pada sumber-sumber negara ini Pancasila. Kita berkaca diri di sana. Sejauhmana kita sudah melakukan perubahan berarti bagi bangsa ini. Kalau saja Indonesia dikelola dengan baik, Indonesia akan jadi negara besar karena kita punya potensi untuk itu," paparnya.
Optimisme menjadi bangsa besar, lanjut Tanoe, ada pada modal bangsa ini, seperti kekuatan penduduk dalam jumlah besar sebagai penggerak ekonomi, angkatan muda yang produktif dalam jumlah besar yaitu di atas 75 persen total penduduk Indonesia, dan perekonomian dalam negeri yang tidak banyak bergantung pada asing.
"Ini modal kita jadi bangsa besar. Tapi tentu catatannya, marilah kita jujur pada diri sendiri dan masyarakat. Katakan masalah sebagai masalah, keberhasilan sebagai keberhasilan, jangan pura-pura dan seolah-olah baik. Itulah juga mengapa saya memilih masuk politik yaitu untuk mendorong perubahan agar bangsa ini jadi bangsa yang besar," tandasnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPP PDIP Bidang Pemuda dan Olah Raga Maruarar Sirait mengkritik politik pencitraan SBY-Boediono.
"Pemimpin nasional di masa depan adalah pemimpin yang jujur, demolkratis, substantif, dan merakyat bukan hanya dengan kepura-puraan penuh pencitraan," pungkasnya.
Acara yang digelar dalam rangka Peringatan Bulan Bung Karno ini difasilitasi Bidang Pemuda dan Olahraga PDIP. Di antara yang hadir adalah Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Ketua DPP GP Anshor Nusron Wahid, unsur pemuda dari Garda Pemuda NasDem, Taruna Merah Putih, dan GP Anshor.
"Tidak ada susahnya kita mengaku pada rakyat secara jujur bahwa kita sedang bermasalah dan katakan itu secara tulus. Yang terjadi toh saat ini elite politik bersikap pura-pura, bersikap seolah-olah baik padahal ada masalah. Kejujuran itu sangat penting, Saudara-saudara," ujarnya, dalam malam Orasi Kebudayaan Memperingati Bulan Bung Karno, di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (23/6) malam.
Pentingnya melawan sikap kepura-puraan para pemimpin, kata dia, adalah untuk membuat bangsa ini selalu awas dan giat bekerja.
"Dengan terus berpura-pura, pencitraan kita tidak akan pernah tahu bagaimana kita harus bergerak dan bekerja. Bukankah dengan mengakui bahwa ada masalah kita akan terpacu untuk bekerja lebih baik. Tidak lalu dengan menangkis semua kritikan dan menganggap semuanya berjalan baik," tandas Tanoe.
Ia menambahkan, sebagai bulan peringatan Bung Karno, Juni harus menjadi bulan introspeksi diri seluruh elemen bangsa.
"Mari kita kembali pada sumber-sumber negara ini Pancasila. Kita berkaca diri di sana. Sejauhmana kita sudah melakukan perubahan berarti bagi bangsa ini. Kalau saja Indonesia dikelola dengan baik, Indonesia akan jadi negara besar karena kita punya potensi untuk itu," paparnya.
Optimisme menjadi bangsa besar, lanjut Tanoe, ada pada modal bangsa ini, seperti kekuatan penduduk dalam jumlah besar sebagai penggerak ekonomi, angkatan muda yang produktif dalam jumlah besar yaitu di atas 75 persen total penduduk Indonesia, dan perekonomian dalam negeri yang tidak banyak bergantung pada asing.
"Ini modal kita jadi bangsa besar. Tapi tentu catatannya, marilah kita jujur pada diri sendiri dan masyarakat. Katakan masalah sebagai masalah, keberhasilan sebagai keberhasilan, jangan pura-pura dan seolah-olah baik. Itulah juga mengapa saya memilih masuk politik yaitu untuk mendorong perubahan agar bangsa ini jadi bangsa yang besar," tandasnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPP PDIP Bidang Pemuda dan Olah Raga Maruarar Sirait mengkritik politik pencitraan SBY-Boediono.
"Pemimpin nasional di masa depan adalah pemimpin yang jujur, demolkratis, substantif, dan merakyat bukan hanya dengan kepura-puraan penuh pencitraan," pungkasnya.
Acara yang digelar dalam rangka Peringatan Bulan Bung Karno ini difasilitasi Bidang Pemuda dan Olahraga PDIP. Di antara yang hadir adalah Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Ketua DPP GP Anshor Nusron Wahid, unsur pemuda dari Garda Pemuda NasDem, Taruna Merah Putih, dan GP Anshor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar