arifuddinali.blogspot.com - Fatah (bahasa Arab: فتح "penaklukan") atau Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini atau Gerakan Nasional Pembebasan Palestina, adalah sebuah partai politik di Palestina yang didirikan pada tahun 1958. Partai ini memiliki tujuan untuk mendirikan negara Palestina di daerah yang sedang menjadi tempat konflik Israel dan Palestina. Fatah sebenarnya secara teknis bukan merupakan partai politik, namun adalah faksi terbesar dalam PLO, sebuah konfederasi multipartai.
Fatah didirikan pada tahun 1958 atau 1959 oleh sekelompok warga Palestina yang menempuh pendidikan di Kairo, Mesir; salah satunya Yasser Arafat. Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Fatah muncul sebagai kekuatan yang dominan dalam dunia politik di Palestina. Pada akhir 1960-an, Fatah bergabung dengan PLO dan pada tahun 1969 menjadi pemimpin dalam PLO. Sejak saat itu, Arafat menjadi pemimpin PLO dan Fatah hingga meninggal dunia pada tahun 2004. Posisinya sebagai ketua Fatah digantikan Faruq al-Qaddumi. Kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Hamas setelah kemenangan kelompok Hamas pada Pemilu parlemen tahun 2006 lalu di Palestina.
Fatah didirikan pada tahun 1958 atau 1959 oleh sekelompok warga Palestina yang menempuh pendidikan di Kairo, Mesir; salah satunya Yasser Arafat. Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Fatah muncul sebagai kekuatan yang dominan dalam dunia politik di Palestina. Pada akhir 1960-an, Fatah bergabung dengan PLO dan pada tahun 1969 menjadi pemimpin dalam PLO. Sejak saat itu, Arafat menjadi pemimpin PLO dan Fatah hingga meninggal dunia pada tahun 2004. Posisinya sebagai ketua Fatah digantikan Faruq al-Qaddumi. Kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Hamas setelah kemenangan kelompok Hamas pada Pemilu parlemen tahun 2006 lalu di Palestina.
Tokoh
Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini ( lahir di Kairo, Mesir, 24 Agustus 1929 – meninggal di Paris, Perancis, 11 November 2004 pada umur 75 tahun), yang populer dengan nama panggilan Yasser Arafat atau nama kunya Abu `Ammar, adalah seorang pemimpin Palestina dan seorang penerima Penghargaan Nobel. Ia semasa hidupnya pernah menjabat sebagai Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Presiden Otoritas Nasional Palestina (PNA), serta merupakan pemimpin partai politik Fatah yang ia dirikan pada tahun 1959. Arafat menghabiskan sebagian besar hidupnya memerangi Israel untuk memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri bagi Palestina. Awalnya ia menentang keberadaan Israel, namun kemudian berubah pada tahun 1988 ketika ia menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 242.
Ia menjabat sebagai Presiden Otoritas Palestina sejak tahun 1993 dan terpilih menjabat selama lima tahun pada tahun 1996). Selain sebagai Presiden, Arafat sebelumnya juga telah memimpin PLO sejak tahun 1969).
Pada tahun 1994, bersama dengan Shimon Peres dan Yitzhak Rabin Arafat dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian untuk perundingan Persetujuan Damai Oslo tahun 1993.
Pada tanggal 28 Oktober 2004, Arafat dilaporkan menderita penyakit yang serius. Keesokan harinya, dia meninggalkan Markas Besar Tepi Barat di Ramallah untuk diterbangkan ke Perancis. Di sana, dia dirawat di Rumah Sakit Militer Percy yang terletak di Clamart. Arafat berada dalam kondisi koma pada tanggal 3 November 2004. Sejak saat itu kondisinya memburuk. Dia tetap hidup dengan bantuan alat-alat penopang nyawa. Arafat meninggal dunia di rumah sakit pada pukul 09:30 WIB tanggal 11 November 2004 pada usia 75 tahun. Upacara pemakaman diadakan di Bandara Internasional Kairo, Mesir. Arafat dimakamkan di markas besarnya Muqata, Ramallah, Tepi Barat.
Ia menjabat sebagai Presiden Otoritas Palestina sejak tahun 1993 dan terpilih menjabat selama lima tahun pada tahun 1996). Selain sebagai Presiden, Arafat sebelumnya juga telah memimpin PLO sejak tahun 1969).
Pada tahun 1994, bersama dengan Shimon Peres dan Yitzhak Rabin Arafat dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian untuk perundingan Persetujuan Damai Oslo tahun 1993.
Pada tanggal 28 Oktober 2004, Arafat dilaporkan menderita penyakit yang serius. Keesokan harinya, dia meninggalkan Markas Besar Tepi Barat di Ramallah untuk diterbangkan ke Perancis. Di sana, dia dirawat di Rumah Sakit Militer Percy yang terletak di Clamart. Arafat berada dalam kondisi koma pada tanggal 3 November 2004. Sejak saat itu kondisinya memburuk. Dia tetap hidup dengan bantuan alat-alat penopang nyawa. Arafat meninggal dunia di rumah sakit pada pukul 09:30 WIB tanggal 11 November 2004 pada usia 75 tahun. Upacara pemakaman diadakan di Bandara Internasional Kairo, Mesir. Arafat dimakamkan di markas besarnya Muqata, Ramallah, Tepi Barat.
Farouk Kaddoumi.
Marwan Barghouti
Marwan al-Barghutsi atau Marwan Barghouti (pengucapan bahasa Arab: lahir di Ramallah, Palestina, 6 Juni 1959; umur 55 tahun) adalah pemimpin gerakan Fatah. Saat ini ia masih menjadi tahanan seumur hidup di Israel dan merupakan tapol paling berpengaruh di balik jeruji tahanan Israel.
Mahmoud Abbas
Mahmoud Abbas (lahir di Safed, Mandat Britania untuk Palestina, 26 Maret 1935; umur 79 tahun), umumnya dikenal kunya atau nom de guerre Abu Mazen adalah Presiden terpilih untuk Otoritas Nasional Palestina (PNA: Palestinian National Authority) pada 9 Januari 2005 dan menjabat kembali sejak 15 Januari 2005.
Abbas lahir dan dibesarkan di Safet. Setamat sekolah dasar di kota itu, ia hijrah ke Suriah setelah perang tahun 1948. Ia melanjutkan sekolah menengah dan perguruan tinggi di kota Damaskus. Setelah tamat dari jurusan hukum Universitas Damaskus, ia mendirikan lembaga Palestina pertama pada tahun 1954 di Suriah. Inilah awal mula karier politiknya.
Awal tahun 1960-an, ia menjadi pegawai Departemen Pendidikan di Qatar dan bersahabat dengan Yasser Arafat (1929-2004). Ia kemudian menjadi anggota Majelis Nasional Palestina pada tahun 1968 dan memimpin perundingan tidak resmi dengan Israel pada tahun 1977.
Sejak tahun 1983, ia menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) serta memimpin komite nasional dan internasional yang berkonsentrasi pada urusan organisasi non-pemerintah. Ia memulai kembali perundingan rahasia dengan pejabat Israel pada tahun 1989 lewat perantara Belanda. Ia tetap menjalankan aktivitas perundingan di balik pintu dengan Israel ketika dan pasca-Konferensi Madrid tahun 1991. Pasca Konferensi Madrid, ia dipercaya menjabat sebagai koordinator urusan perundingan. Ia meletakkan rencana dan pengarahan pada tim perunding Palestina.
Saat Pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat membentuk lembaga perdana menteri, ia ditunjuk untuk menjabatnya tetapi mundur empat bulan kemudian (Juni 2003-September 2003. Ia terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat (11 November 2004). Ia terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Kemenangan Hamas pada Pemilu Legislatif 25 Januari 2006 menghantarkan Ismail Haniya untuk posisi Perdana Menteri Palestina. Hamas yang semenjak awal perjuangannya menolak mengakui negara Israel membuat kesulitan posisinya, sehingga Abbas berniat menyelenggarakan sebuah referendum pada 31 Juli 2006 untuk menentukan perlu tidaknya Palestina mengakui negara Israel.
Abbas lahir dan dibesarkan di Safet. Setamat sekolah dasar di kota itu, ia hijrah ke Suriah setelah perang tahun 1948. Ia melanjutkan sekolah menengah dan perguruan tinggi di kota Damaskus. Setelah tamat dari jurusan hukum Universitas Damaskus, ia mendirikan lembaga Palestina pertama pada tahun 1954 di Suriah. Inilah awal mula karier politiknya.
Awal tahun 1960-an, ia menjadi pegawai Departemen Pendidikan di Qatar dan bersahabat dengan Yasser Arafat (1929-2004). Ia kemudian menjadi anggota Majelis Nasional Palestina pada tahun 1968 dan memimpin perundingan tidak resmi dengan Israel pada tahun 1977.
Sejak tahun 1983, ia menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) serta memimpin komite nasional dan internasional yang berkonsentrasi pada urusan organisasi non-pemerintah. Ia memulai kembali perundingan rahasia dengan pejabat Israel pada tahun 1989 lewat perantara Belanda. Ia tetap menjalankan aktivitas perundingan di balik pintu dengan Israel ketika dan pasca-Konferensi Madrid tahun 1991. Pasca Konferensi Madrid, ia dipercaya menjabat sebagai koordinator urusan perundingan. Ia meletakkan rencana dan pengarahan pada tim perunding Palestina.
Saat Pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat membentuk lembaga perdana menteri, ia ditunjuk untuk menjabatnya tetapi mundur empat bulan kemudian (Juni 2003-September 2003. Ia terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat (11 November 2004). Ia terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Kemenangan Hamas pada Pemilu Legislatif 25 Januari 2006 menghantarkan Ismail Haniya untuk posisi Perdana Menteri Palestina. Hamas yang semenjak awal perjuangannya menolak mengakui negara Israel membuat kesulitan posisinya, sehingga Abbas berniat menyelenggarakan sebuah referendum pada 31 Juli 2006 untuk menentukan perlu tidaknya Palestina mengakui negara Israel.
Ahmed Qurei
Ahmed Ali Mohammed Qurei (atau Qureia; juga dikenal sebagai Abu Alaa (lahir di Abu Dis, 26 Maret 1937; umur 77 tahun) adalah perdana menteri Otoritas Nasional Palestina. Ia pertama kali diangkat ke dalam posisi itu pada Oktober 2003. Pada 26 Januari 2006, ia mengajukan pengunduran dirinya setelah kekalahan partai Fatah dalam pemilihan umum legislatif Palestina 2006,
namun ia tetap memegang jabatannya sebagai pejabat sementara. Dalam
masa jabatannya sebagai perdana menteri, ia pun bertanggung jawab atas
masalah-masalah keamanan. Sebelumnya ia pernah menjadi ketua Dewan Legislatif Palestina dan memegang sejumlah kedudukan penting di dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sejak tahun 1970-an.
Muhammad Dahlan
Ahmed Helles
-WIKI-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar