BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
1. Pendidikan
Pada umumnya, penduduk Kabupaten Nunukan memiliki tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Pada tahun 2004, penduduk pada umumnya hanya mampu bersekolah hingga jenjang SD, untuk yang tidak tamat SD sebesar 30,23%, sedangkan yang tamat SD sebesar 24,92%. Penduduk yang memiliki jenjang pendidikan SLTP sebesar 18,21%, sedangkan pada jenjang pendidikan SLTA sebesar 19,47%. Sementara penduduk yang berpendidikan perguruan tinggi sebesar 2,06%. Untuk tingkat SLTP dan SLTA mengalami peningkatan dari tahun 2003, hal tersebut menandakan bahwa adanya minat dari penduduk untuk menamatkan sekolah hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting.
Tabel 16.
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2003-2004
Jenjang Pendidikan | 2003 (%) | 2004 (%) |
Tidak/Belum Sekolah | 7,82 | 5,12 |
Tidak/Belum Tamat SD | 23,33 | 30,23 |
SD | 32,43 | 24,92 |
SLTP | 16,86 | 18,21 |
SLTP | 17,43 | 19,47 |
Perguruan Tinggi | 2,13 | 2,06 |
Jumlah | 100,00 | 100,00 |
Selama tahun 2003 – 2004 angka melek huruf pada Kabupaten Nunukan mengalami sedikit penurunan sebesar 0,25% dari sebesar 93,49% menjadi 93,24%. Jika jumlah penduduk Nunukan tahun 2005 sebesar 106.323 jiwa, maka jumlah penduduk yang buta huruf sebanyak 7.107 jiwa. Penduduk pria mengalami penurunan sebesar 2%, tetapi penduduk perempuan mengalami peningkatan sebesar 1,44%. Hal tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran dari kaum perempuan mengenai pentingnya pendidikan.
Tabel 17.
Persentase Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2003 – 2004
Jenis Kelamin | 2003 | 2004 |
Laki | 96,78 | 94,78 |
Perempuan | 89,97 | 91,41 |
Jumlah | 93,49 | 93,24 |
Dari dokumen BPS Nunukan dalam Buku Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2006, dijelaskan secara umum mengenai sarana pendidikan di bawah Dinas Pendidikan Nasional berupa jumlah sekolah yang terdapat di Kabupaten ini mengalami peningkatan secara kuantitatif dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, sarana pendidikan yang beroperasi meliputi 15 Taman Kanak-kanak, 117 Sekolah Dasar Negeri, 13 Sekolah Dasar Swasta, 15 SLTP Negeri, 7 SLTP Swasta, 3 SMU Negeri, 10 SMU Swasta dan 1 SMKN.
Kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dapat tercermin melalui rasio murid guru. Rasio ini mencerminkan mutu pendidikan di kelas, karena semakin besar angka ini berarti beban kerja seorang guru semakin berat pula sehingga pengawasan atau kontrol yang dilakukan semakin berkurang. Rasio murid-guru pada tingkat SD negeri sebesar 24,59 artinya seorang guru bertanggung jawab terhadap 25 murid, sedangkan untuk SD swasta rasio murid-guru sebesar 23,93 yang berarti mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan beban kerja seorang guru semakin bertambah setiap tahunnya dikarenakan penambahan jumlah tenaga pengajar (guru) tidak sebanding dengan peningkatan jumlah siswa.
Rasio murid-guru pada tingkat SLTP sebesar 15,87 di mana terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu. Pada jenjang SLTA, rasio murid-guru sebesar 10,55 yang berarti mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan beban kerja guru berkurang sehingga setiap guru memiliki kemampuan lebih dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di sisi lain, penyebab turunnya rasio ini adalah jumlah murid yang SLTA yang berkurang sebagai dampak lulusan SLTP yang melanjutkan ke jenjang SLTA semakin menurun serta jumlah guru yang semakin sedikit.
Selain fasilitas pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, di Kabupaten Nunukan juga terdapat 3 perguruan tinggi yang membuka kegiatan perkuliahan dengan jumlah mahasiswa 502 orang yang didukung oleh 56 orang dosen, 44 diantaranya merupakan dosen tetap dan sisanya merupakan dosen tidak tetap. Keberadaan perguruan tinggi ini diharapkan mampu mendorong minat para siswa untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi tanpa harus keluar dari Kabupaten Nunukan.
2. Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan Kabupaten Nunukan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Nunukan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di antaranya adalah konsumsi makanan bergizi, sarana kesehatan dan keadaan sanitasi lingkungan. Pemenuhan sarana kesehatan memiliki peranan yang strategis karena melalui sarana kesehatan yang baik dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya adalah ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Fasilitas dan pelayanan kesehatan merupakan faktor penentu dalam perbaikan kesehatan. Menurut data yang ada pada tahun 2005, jumlah rumah sakit di Kabupaten Nunukan berjumlah 1 buah, jumlah yang sama pada tahun sebelumnya. Jumlah puskesmas meningkat dari 1 buah menjadi 10 buah. Selain itu, puskesmas pembantu juga bertambah dari 38 buah menjadi 44 buah. Puskesmas keliling jumlahnya bertambah menjadi 10 buah dari 9 buah, sedangkan posyandu mengalami pengurangan dari 183 menjadi 150 buah. Untuk jumlah bidan praktek turun dari 24 orang menjadi 16 orang.
Sarana pendukung lainnya seperti apotik dan toko obat meningkat dari 16 buah pada tahun 2004 menjadi 22 buah pada tahun 2005. Peningkatan sarana kesehatan tersebut diimbangi oleh peningkatan tenaga medis, dimana untuk dokter umum mengalami peningkatan jumlah sebesar 7 orang menjadi 13 orang, sedangkan untuk dokter gigi tetap berjumlah 4 orang. Tenaga paramedis/ pembantu paramedis berjumlah 116 orang.
Permasalahan yang timbul pada sektor kesehatan secara umum meliputi; dana kesehatan yang terbatas, terbatasnya tingkat profesionalisme tenaga medis dan paramedis, keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan, gizi yang layak belum terpenuhi secara perkapita, tingkat aksesibilitas wilayah yang sulit di jangkau pada beberapa daerah.
Konsep pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat adalah sistem dokter keluarga, dimana kebiasaan yang selama ini terjadi yaitu pengobatan orang sakit dan pelayanan kesehatan lainnya di luar pengobatan yang semuanya ditangani oleh puskesmas sebaiknya dialihkan ke dokter keluarga dengan mempertimbangkan rasio jumlah penduduk dengan jumlah tenaga dokter di daerah. Dengan demikian puskesmas hanya bertugas dalam pelayanan kesehatan (konsultasi, tindakan preventif terhadap penyakit terutama yang endemik). Sedangkan fungsi pelayanan medis dalam kaitannya dengan pengobatan ditangani oleh dokter keluarga. Namun kendala yang ditemui adalah jumlah dokter yang relatif sedikit, ditambah lagi kondisi geografis wilayah yang minim aksesibilitas disebabkan kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah yang kurang mendukung.
Tabel 18.
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Nunukan Tahun 2002-2005
Jenis Fasilitas Kesehatan | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 |
Rumah Sakit | 1 | 1 | 1 | 1 |
Puskesmas | 6 | 8 | 9 | 10 |
Puskesmas Pembantu | 35 | 37 | 38 | 44 |
Puskesmas Keliling | 6 | 8 | 9 | 10 |
Posyandu | 124 | 133 | 183 | 150 |
Klinik KB | 10 | 9 | 11 | 16 |
Pos KB Desa | 206 | 206 | 218 | 219 |
Dokter Umum | 17 | 12 | 6 | 13 |
Dokter Gigi | 5 | 3 | 4 | 4 |
Tenaga Medis dan Paramedis | 92 | 53 | 60 | 86 |
Tenaga lainnya | 35 | 63 | 54 | 63 |
Bidan Praktek | 24 | 24 | 24 | 30 |
Apotek | 3 | 4 | 4 | |
Toko obat | 8 | 12 | 18 |
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya rencana yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar memiliki keahlian/ kemampuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal untuk kesejahteraan. Pemberdayaan pada hakekatnya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu kendala dalam program pemberdayaan adalah tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat masih relatif rendah, hal ini diperparah lagi oleh sistem pemberdayaan yang diterapkan selama ini baik oleh pemerintah, maupun swasta masih belum optimal mencapai sasarannya. Memasuki era globalisasi, sasaran obyek pemberdayaan diarahkan kepada kaum perempuan, dengan maksud meningkatkan peran serta mereka dalam pembangunan di berbagai lini baik di tingkat RT, desa, kecamatan hingga kabupaten. Dewasa ini, pemberdayaan kepada kaum perempuan masih sangat kurang terutama di bidang sosial, ekonomi dan politik. Upaya pemberdayaan yang selama ini masih berjalan dari pihak pemerintah hanyalah program PKK serta perkumpulan keluarga berencana. Di tingkat generasi muda, partisipasinya relatif baik terindikasi dari budaya olahraga yang makin meluas di kalangan kaum muda. Generasi muda umumnya berupaya mengembangkan berbagai cabang olah raga seperti sepak bola, bola voli, bulu tangkis dan lain-lain.
Kabupaten Nunukan berupaya melakukan beberapa program penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pangan, layanan kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan pemberian dana bergulir baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Luas wilayah dengan beragam kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat yang sangat kental dengan sifat lokalnya merupakan salah satu pemicu kondisi kemiskinan masyarakat. Kemiskinan yang terjadi bersifat multidimensi. Beberapa faktor pemicu kemiskinan yaitu: 1) kekurangan pangan, sandang dan papan, 2) kemiskinan sosial, 3) kemiskinan tingkat kesehatan, 4) kemiskinan tingkat pendidikan.
4. Kependudukan
Kabupaten Nunukan memiliki wilayah yang cukup luas yaitu sekitar 5,79% dari luas Propinsi Kalimantan Timur. Pada awal berdiri di tahun 1999, Kabupaten Nunukan memiliki jumlah penduduk sebesar 79.620 jiwa. Seiring berjalannya waktu dengan pembangunan yang terus dilaksanakan, maka jumlah penduduk pun semakin meningkat. Jumlah penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2005 sebesar 115.368 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk tersebut disebabkan beberapa faktor:
a) Pertama, letak geografis dari Kabupaten Nunukan itu sendiri yang strategis dimana berbatasan langsung dengan Negara Malaysia sehingga mampu menjadi jalur perdagangan
b) Kedua, banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia terutama dalam bidang pengelolaan sumberdaya alam sehingga mampu menarik minat penduduk dari luar daerah untuk bermigrasi ke Nunukan
c) Ketiga, Nunukan merupakan pintu gerbang TKI yang ingin mengadu nasib di negeri Malaysia, TKI yang gagal merasa enggan pulang ke daerahnya dan lebih memilih menetap di Nunukan untuk mencari peluang kerja yang lain. Hal ini memicu pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Selama tahun 2000 – 2005, jumlah penduduk Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk pria meningkat 19.650 jiwa (31,6%) dari 42.556 jiwa menjadi 62.206 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk wanita meningkat sebesar 16.098 jiwa (30,3%) dari 37.064 jiwa menjadi 53.162 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di kecamatan Sebatik sebesar 122,10 km2/ jiwa, sedangkan kepadatan terendah terdapat di kecamatan Krayan Selatan sebesar 1,23 km2/ jiwa. Rasio jenis kelamin antara pria dan wanita tertinggi di Kecamatan Sebuku dan terendah di Kecamatan Lumbis, namun secara keseluruhan rasio jenis kelamin Kabupaten Nunukan tahun 2005 sebesar 116,78 artinya pada setiap 100 orang perempuan terdapat 116 orang laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk pria masih mendominasi.
Tabel 19.
Jumlah Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun 2000 - 2005
Kecamatan | Laki | Per | J.Klmin |
Male | Female | Sex Ratio | |
-1 | -2 | -3 | -5 |
Krayan | 4.241 | 3.658 | 115,94 |
Krayan Selatan | 1.171 | 996 | 117,57 |
Lumbis | 4.678 | 4.293 | 108,97 |
Sembakung | 4.008 | 3.301 | 121,42 |
Nunukan | 26.609 | 22.27 | 119,48 |
Sebuku | 5.539 | 4.494 | 123,25 |
Sebatik | 15.96 | 14.15 | 112,79 |
Jumlah Total | 62.21 | 53.162 | 117,01 |
2004 | 59.466 | 50.061 | 118,79 |
2003 | 57.627 | 48.696 | 118,34 |
2002 | 51.731 | 45.667 | 97,40 |
2001 | 44.455 | 39.386 | 83,84 |
2000 | 42.556 | 37.064 | 79,62 |
Tabel 20.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan Tahun 2005
Kecamatan | Luas Wilayah | % Luas Wilayah | JumlahPenduduk | Kepadatan Penduduk |
Area (km²) | Population (Jiwa) | Population Density | ||
(Jiwa/Km²) | ||||
-1 | -2 | -3 | -4 | -5 |
Krayan | 1.837,54 | 12.88 | 7.899 | 4,30 |
Krayan Selatan | 1.756,46 | 12.31 | 2.167 | 1,23 |
Lumbis | 3.645,50 | 25.56 | 8.971 | 2,46 |
Sembakung | 2.055,90 | 14.41 | 7.309 | 3,56 |
Nunukan | 1.596,77 | 11.19 | 48.879 | 30,61 |
Sebuku | 3.124,90 | 1.73 | 10.033 | 3,21 |
Sebatik | 246,61 | 21.91 | 30.11 | 122,10 |
Jumlah | 14.263,68 | 115.368 | 8,09 |
Lanjutan table 20.
Kecamatan | Luas Wilayah | % Luas Wilayah | JumlahPenduduk | Kepadatan Penduduk |
Area (km²) | Population (Jiwa) | Population Density | ||
(Jiwa/Km²) | ||||
2004 | 14.263,68 | 109.527 | 7,68 | |
2003 | 14.263,68 | 106.323 | 7,45 | |
2002 | 13.917,77 | 97.398 | 6,99 | |
2001 | 14.585,70 | 83.841 | 5,75 | |
2000 | 14.585,70 | 79.62 | 5,46 |
5. Ketenagakerjaan
Rasio antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Nunukan tahun 2005 sebesar 55,9%, berarti dari 100 orang yang termasuk usia kerja terdapat 56 orang yang bekerja, namun demikian jumlah tersebut tidak berarti hampir sebagian penduduk merupakan pengangguran melainkan masih banyak penduduk yang masih sekolah dan banyak para wanitanya menjadi ibu rumah tangga. Secara umum, Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami peningkatan sebesar 0,62% selama tahun 2003–2004. Hal ini disebabkan oleh Tingkat Kesempatan Kerja yang menurun sebesar 0,62%, dimana pada tahun 2003 sebesar 95,27% menjadi sebesar 95,65%. Pada tahun 2005, secara agregat besarnya TPAK 55,9%, TPT 13,01% dan TKK 86,99%.
Tabel 21.
TPAK, TPT dan TKK menurut jenis kelamin, Tahun 2003 – 2005
Keterangan | 2003 | 2004 | 2005 |
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja | 57,46 | 53,61 | 55,90 |
Tingkat Pengganguran Terbuka | 3,73 | 4,35 | 13,01 |
Tingkat Kesempatan Kerja | 96,27 | 95,65 | 86,99 |
Perkembangan angkatan kerja di Kabupaten Nunukan pada tahun 2005 berjumlah sebesar 64.491 orang (55,9%), meningkat sebesar 23.445 orang dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja yaitu mengurus rumah tangga, sekolah dan lain-lain sebesar 50.877 orang (44,1%).
Dari sejumlah tenaga kerja yang bekerja tahun 2005 (39.518 orang), sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dari penyerapan tenaga kerja sebesar 54,75%, sedangkan sektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja terkecil adalah sektor keuangan 0,24%. Pada tahun 2005, berdasarkan usia kerja maka kelompok umur 25–54 tahun merupakan kelompok pekerja terbanyak jumlahnya sebesar 65,37%. Hal ini cukup logis dikarenakan a) usia produktif tenaga kerja yang mampu menghasilkan barang dan jasa serta penerimaan yang sangat maksimal berada pada rentang usia tersebut, b) pada rentang usia tersebut, 80% individu pekerja sudah menikah/ berkeluarga sehingga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memberikan kehidupan sosial-ekonomi-budaya kepada anggota keluarganya (istri dan anak serta anggota lainnnya). Kelompok umur 15–24 tahun menempati peringkat kedua sebesar 27,42% kemudian disusul oleh kelompok umur 55 tahun ke atas sebesar 8,98%.
Angka beban tanggungan (dependency ratio) yang menyatakan persentase besarnya beban kependudukan yang harus ditanggung oleh setiap individu penduduk usia produktif sebesar 57,86% pada tahun 2004 dengan distribusi yaitu angka beban tanggungan dari anak sebesar 55,15% dan lansia 2,71%.
Tabel 22.
Distribusi Tenaga Kerja pada Berbagai Sektor-sektor Dalam Struktur
Perekonomian Regional Tahun 2005 (dalam %)
Sektor | Laki-Laki | Perempuan | Jumlah |
Total | |||
Pertanian | 59,11 | 37,63 | 54,75 |
Pertambangan & Penggalian | - | - | - |
Industri | 1,40 | - | 1,12 |
Listrik, Gas & Air | 1,14 | - | 0,91 |
Konstruksi | 3,63 | 1,74 | 3,25 |
Perdagangan | 13,05 | 37,52 | 18,01 |
Transportasi & Komunikasi | 8,49 | - | 6,77 |
Keuangan | 0,15 | 0,58 | 0,24 |
Jasa | 13,03 | 22,53 | 14,96 |
Lainnya | - | - | - |
Jumlah | 100,00 | 100,00 | 100,00 |
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar