|
|||
Lambang |
Sumatera Barat |
Provinsi ini identik dengan kampung halaman Minangkabau,[4] dan pernah menjadi kawasan penghasil emas kemudian menjadi kawasan sentra produksi lada atau merica, serta memainkan peranan penting dalam perdagangan yang melibatkan para pedagang dari India, China, Arab, Portugis kemudian Inggris dan Belanda.
1. Sejarah
Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabat Yang Dipertuan Pagaruyung, dan berakhirnya Perang Padri, kawasan ini menjadi dalam pengawasan Belanda.[5]
Selanjutnya dalam perkembangan adminisitrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust yang juga mencakup daerah Tapanuli, kemudian tahun 1905 wilayah Tapanuli menjadi Residentie Tapanuli selain Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. Kemudian di tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust dan di tahun 1935 wilayah Kerinci digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust.[6]
Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu serta daerah Bangkinang dikeluarkan masuk ke dalam wilayah Riau Shu
Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi. Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat merupakan bagian dari keresidenan di dalam provinsi Sumatera Tengah beserta Riau dan Jambi.
Berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Sumatera Tengah kemudian dipecah lagi menjadi Sumatera Barat, Riau dan Jambi.
Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir
Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam provinsi
Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Pada awalnya ibukota provinsi baru
ini adalah Bukittinggi, namun kemudian dipindahkan ke Padang.
2. Kondisi dan sumber daya alam
2.1. Geografi
Sumatera Barat berada di bagian barat tengah pulau Sumatera, memiliki
dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang
dibentuk Bukit Barisan membentang dari barat laut ke tenggara. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.
Sumatera Barat memiliki beberapa danau diantaranya Maninjau (99,5 km²), Singkarak (130,1 km²), Diatas (31,5 km²), Dibawah (Dibaruh) (14,0 km²) dan Talang (5,0 km²).
Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, diantaranya Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), Sungai Kampar dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan Jambi. Sementara sungai-sungai yang bermuara di pantai barat berjarak pendek. Beberapa di antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.
Gunung-gunung di Sumatera Barat adalah Marapi (2.891 m), Sago (2.271 m), Singgalang (2.877 m), Tandikat (2.438 m), Talamau (2.912 m), Talang (2.572 m), Pasaman (2.190 m), Kelabu (2.179 m), Rasan (2.039 m), Mande Rubiah (2.430 m), Tambin (2.271 m), Ambun (2.060 m).
2.2. Keanekaragaman hayati
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya
dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih
merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka
masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Selain kedua Taman Nasional tersebut terdapat juga beberapa cagar
alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai,
Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Air Putih di daerah Kelok
Sembilan, Cagar Alam Lembah Harau, Cagar Alam Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta.
2.3. Sumber daya alam
Sumber daya alam yang ada di Sumatera Barat adalah berupa batubara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, mangan, emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir dan hasil perikanan.
3. Kependudukan
3.1. Suku bangsa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa.
3.2. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai.
3.3. Agama
Mayoritas penduduk Sumatera Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang beragama Kristen terutama di kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha.
4. Pemerintahan
Kantor gubernur Sumatera Barat |
Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang gubernur yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah juga berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.
Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten
dan kota bukan subordinat, masing-masing pemerintahan daerah tersebut
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
Daftar Gubernur Sumatera Barat
Daftar kabupaten dan kota di Sumatera Barat
4.1. Pemerintahan nagari
Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah nagari,
yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya
Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, status
nagari dihilangkan diganti dengan desa, dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya menjadi desa. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh para kepala desa. Namun sejak bergulirnya reformasi pemerintahan dan otonomi daerah, maka sejak pada tahun 2001, istilah "Nagari" kembali digunakan di provinsi ini.
Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang
otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur
tata kehidupan anggotanya[10],
sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku di
Indonesia, sekarang pemerintah provinsi Sumatera Barat menetapakan
pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah
kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota masih sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah.
Nagari pada awalnya dipimpin secara bersama oleh para penghulu/datuk di nagari tersebut, kemudian pada masa pemerintah Hindia-Belanda dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut untuk menjadi wali nagari. Kemudian dalam menjalankan pemerintahannya, wali nagari dibantu oleh beberapa orang kepala jorong atau wali jorong, namun sekarang dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) bergantung dengan kebutuhan masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan.
Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari, yakni lembaga yang beranggotakan Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari Alim Ulama, Cadiak Pandai (kaum intelektual) dan Niniak Mamak para pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam sistem administrasi desa. Keputusan keputusan penting yang
akan diambil selalu dimusyawarahkan antara wali nagari dan Tungku Tigo
Sajarangan di Balai Adat atau Balairung Sari Nagari.
5. Pendidikan
Sumatera Barat pernah menjadi pusat pendidikan di pulau Sumatera, terutama dalam pendidikan Islam dengan surau sebagai basis utama tempat pendidikan.[11] Pada masa kolonial penjajahan Belanda pendidikan Islam begitu dipinggirkan dibandingkan dengan pendidikan model Hindia Belanda yang dianggap lebih modern.[12]
Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia, di provinsi ini mulai banyak
bermunculan lembaga pendidikan terutama sekitar tahun 1950-an.[6] Hampir di setiap kabupaten dan kota dalam provinsi ini telah memiliki perguruan tinggi, dan sebahagian besar berada di kota Padang.
6. Perekonomian
Secara bertahap perekonomian Sumatera Barat mulai bergerak positif setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa bumi tahun 2009
yang melanda kawasan tersebut. Dampak bencana ini terlihat pada
triwulan IV-2009, dimana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun
demikian pertumbuhan ini relatif lebih baik dibandingkan perhitungan
sebelumnya yang diperkirakan akan terjadi kontraksi 0,14%. Secara
keseluruhan, pada tahun 2009 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar
4,16%, lebih baik dibandingkan perkiraan semula sebesar 3,92%. Dan pada
triwulan I-2010 perekonomian Sumatera Barat diperkirakan akan dapat
tumbuh sebesar 3,56%[13].
Ngarai Sianok di Bukittinggi |
6.1. Tenaga kerja
Sebagaimana di daerah lainnya di Indonesia,
pengangguran juga merupakan masalah yang belum teratasi di Sumatera
Barat. Terhitung pada Februari 2010, jumlah angkatan kerja Sumatera
Barat mencapai 2.273.111 orang, bertambah 92.145 orang dibandingkan
dengan jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 sebesar 2.180.966 orang.
Selanjutnya jumlah penduduk yang bekerja di Sumatera Barat pada
Februari 2010 telah mencapai 2.101.000 orang, bertambah sekitar 93.000
orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2009 sebesar 2.008.000 orang.
Sedangkan jumlah pengangguran
pada Februari 2010 mengalami sedikit penurunan dibanding dengan keadaan
pada Februari 2009 yaitu dari 172.253 orang menjadi 172.084 orang pada
Februari 2010, dimana terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki dari
97.690 orang pada Februari 2009 menjadi 89.187 orang pada Februari 2010
namun sebaliknya terjadi peningkatan jumlah penganggur perempuan dari
74.563 orang pada Februari 2009 menjadi 82.897 orang pada Februari 2010[14].
6.2. Pertanian & Perkebunan
Pada triwulan I-2010, sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh menggeliatnya subsektor tanaman perkebunan. Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan dapat mencapai 6,41%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,87%[13].
6.3. Industri
Industri
Sumatera Barat didominasi oleh industri skala kecil/rumah tangga.
Jumlah unit industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit
industri kecil dan 234 unit industri besar menengah, dengan perbandingan
203 : 1. Pada tahun 2001 investasi industri besar menengah mencapai Rp
3.052 milyar, atau 95,60% dari total investasi, sedangkan industri kecil
investasinya hanya Rp. 1.412 milyar atau 4,40% saja dari total
investasi. Nilai produksi industri besar menengah tahun 2001 mencapai
Rp. 1.623 milyar, yaitu 60 % dari total nilai produksi, dan nilai
produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 milyar, atau 40% dari
total nilai produksi[15].
6.4. Jasa
Kembali bergeraknya perekonomian Sumatera Barat pasca gempa serta
semakin pulihnya perekonomian global terutama zona Sumatera bagian
tengah juga merupakan faktor pendorong bergeraknya kembali sektor jasa
(7,38%)[13] walau tidak setinggi dibandingkan dengan pertumbuhan provinsi lain di sekitarnya.
6.5. Pertambangan
Sumatera Barat memiliki potensi bahan tambang golongan A, B dan C. Bahan tambang golongan A, yaitu batu bara terdapat di kota Sawahlunto. Sedangkan Bahan tambang golongan B yang terdiri dari air raksa, belerang, pasir besi, tembaga, timah hitam dan perak menyebar di wilayah kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, Solok, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, Pasaman, dan Tanah Datar. Bahan tambang golongan C menyebar di seluruh kabupaten dan kota, sebagian besar terdiri dari pasir, batu dan kerikil[15].
6.6. Ekspor & Impor
Karena masih tingginya harga CPO dan karet
di pasar internasional, kondisi ini akan semakin meningkatkan kinerja
net-ekspor Sumatera Barat yang memiliki komoditas unggulan CPO dari kelapa sawit
dan karet. Dan hal ini juga akan berimplikasi pada semakin
menggeliatnya subsektor perkebunan, sehingga pertumbuhan sektor
pertanian pada triwulan II-2010 secara umum akan mengalami peningkatan[13].
6.7. Keuangan & Perbankan
Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2010
menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi pasca
gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar menunjukkan arah
positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat. Proses
intermediasi perbankan umum di Sumatera Barat berlangsung dengan baik,
meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan aset pada triwulan
sebelumnya[13].
6.8. Transportasi
Transportasi udara dari dan ke Sumatera Barat saat ini melalui Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM). Bandar Udara kebanggaan masyarakat Sumatera Barat ini berada di kabupaten Padang Pariaman, lebih kurang 20 km dari pusat kota Padang. Bandar Udara ini mulai aktif beroperasi pada akhir tahun 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing.
Transportasi darat untuk angkutan umum di kota Padang berpusat di Terminal Bingkuang Air Pacah.
Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP)
dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam
provinsi dari Terminal Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal
angkutan umum tiap kota atau kabupaten di Sumatera Barat. Sedangkan untuk kota Bukittinggi berpusat di Terminal Aua Kuniang, untuk kota Payakumbuh berpusat di Terminal Koto Nan Ampek, dan kota Solok berpusat di Terminal Bareh Solok.
Untuk transportasi darat lainnya, kereta api masih digunakan untuk jalur dari kota Padang sampai ke kota Sawahlunto, yang melalui kota Padangpanjang dan kota Solok, pada jalur ini, kereta api dipergunakan sebagai sarana pengangkutan batubara. Selain itu dari kota Padangpanjang ini juga ada jalur kereta api menuju ke kota Payakumbuh yang melewati kota Bukittinggi, namun sudah tidak aktif lagi. Sedangkan untuk jalur kereta api dari kota Padang menuju kota Pariaman, masih digunakan untuk angkutan penumpang.
Transportasi laut dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Teluk Bayur, kota Padang. Sedangkan untuk jarak dekat terutama untuk kapal ukuran sedang berpusat di Pelabuhan Muara, pelabuhan ini antara lain juga melayani transportasi menuju ke kabupaten Kepulauan Mentawai dengan menggunakan kapal feri atau speed boat. Pelabuhan ini juga menjadi tempat bersandar kapal-kapal pesiar (yacht) dan kapal-kapal nelayan.
7. Pariwisata, Seni dan Budaya
7.1. Pariwisata
Di propinsi ini bisa kita temui hampir semua jenis objek wisata alam
seperti laut, pantai, danau, gunung dan ngarai, selain objek wisata
budaya. Akomodasi hotel sudah mulai banyak mulai dari kelas melati
sampai bintang empat. Agen tour & travel di bawah keanggotaan ASITA
Sumatera Barat sudah lebih dari 100 buah. Untuk melengkapi fasilitas
penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta wisata yang
beroperasi pada jam-jam tertentu.
Objek-objek wisata yang dikunjungi para wisatawan diantaranya, Jembatan Akar di kecamatan Bayang; Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang; Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan Pancung Soal; Pulau Cingkuak dengan peninggalan Benteng Belanda dan Puncak Langkisau di Painan, kabupaten Pesisir Selatan, Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embum Pagi di kabupaten Agam, Lembah Anai; Istano Basa Pagaruyung, Danau Singkarak di kabupaten Tanah Datar, Danau Talang; Danau Diatas dan Danau Dibawah dikenal juga dengan sebutan Danau kembar di kabupaten Solok, Panorama Ngarai Sianok; Benteng Fort de Kock; Jam Gadang di kota Bukittinggi, Pantai Air Manis; Pantai Muaro; Pantai Caroline; Pulau Sikuai di kota Padang, Tempat wisata Harau di kabupaten Lima Puluh Kota, Tempat wisata Ngalau di kota Payakumbuh, Candi Padang; Prasasti Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya, Pantai Kata; Pantai Gandoria di kota Pariaman, Pantai Arta; Malibo Anai di kabupaten Padang Pariaman.
Sementara itu berbagai informasi dan literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan Minangkabau
secara umum dapat dijumpai di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan
Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau Village) di kota Padang Panjang.
Di PDIKM terdapat berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar,
pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat
kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci
khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era
1980'an. Selain itu sumber literatur lain dapat ditelusuri di
Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya di Leiden, Belanda.
7.2. Olahraga
Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa event olahraga yang
berskala lokal, nasional maupun internasional dalam meningkatkan
pariwisatanya, di antaranya lomba pacu kuda.
Perlombaan pacu kuda ini sudah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari
budaya masyarakat Minangkabau khususnya, saat ini sudah menjadi
rangkaian perlombaan dengan beberapa kota/kabupaten lain di Sumatera
Barat yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah satu kali tiap
tahunnya, sementara pesertanya juga ada dari luar Sumatera Barat.[16] Beberapa lapangan pacuan kuda tersebut tersebar di kota/kabupaten yang ada dalam provinsi ini. Kota Padang dengan Lapangan Pacuan Kuda Tunggul Hitam, Kota Bukittinggi dengan Lapangan Pacuan Kuda Bukit Ambacang, Kota Payakumbuh dengan Lapangan Pacuan Kuda Kubu Gadang, Kota Padangpanjang dengan Lapangan Pacuan Kuda Bancah Laweh, Kota Solok dengan Lapangan Pacuan Kuda Ampang Kualo, Kota Sawahlunto dengan Lapangan Pacuan Kuda Bukit Kandih, Kabupaten Tanah Datar dengan Lapangan Pacuan Kuda Bukit Gombak, Kabupaten Padang Pariaman dengan Lapangan Pacuan Kuda Balah Aie.
Sementara Tour de Singkarak pada tahun 2011, memasuki tahun ketiganya. Kejuaraan ini secara resmi telah menjadi agenda perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale
(UCI). Tour de Singkarak melombakan tujuh etape melintasi 12
kabupaten/kota di Sumatera Barat dengan total jarak 743.5 kilometer.
Perincian etape tersebut adalah Etape I Padang, Etape II Padang –
Pariaman, Etape III Pariaman – Bukittinggi, Etape IV Bukittinggi –
Payakumbuh, Etape V Payakumbuh – Sawahlunto, Etape VIA Sawahlunto –
Pagaruyung, Etape VIB Pagaruyung – Padangpanjang dan Etape VII Padang
Panjang – Danau Singkarak. Beberapa kawasan wisata menjadi bagian dari jalur lintasan lomba termasuk Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, dan danau kembar Diatas dan Dibawah.[17]
Disisi lain, cabang olahraga perahu naga (dragon boat) juga rutin dilaksanakan di Sumatera Barat. Seperti kejuaraan Perahu Naga Internasional di Padang yang mendatangkan peserta dari mancanegara dan luar provinsi, dan kejuaraan Dayung Tradisional di Pantai Carocok, Painan dan Dharmasraya.
7.3. Musik
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang
dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang
bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan
bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari
instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang[18].
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini
pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan
struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan
kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang
dengan kebiasaan pergi merantau.
Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan munculnya
seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik
tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera
Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.
Elly Kasim, Tiar Ramon dan Yan Juned adalah penyanyi daerah Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini.
Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat antara lain: Tanama Record, Planet Record, Pitunang Record, Sinar Padang Record, Caroline Record yang terletak di kota Padang dan Minang Record, Gita Virma Record yang terletak di kota Bukittinggi.
Saat ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di Sumatera Barat bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).
7.4. Tarian tradisional
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung dan Tari Indang.
Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau
lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai[19].
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk Langai
ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun
disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari
monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya[20].
7.5. Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun.[21] Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang,[22] umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong[23] ini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut.
Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi
menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.[24]
Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk
rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter
yang disebut dengan uma.[25] Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
7.6. Senjata Tradisional
Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris.
Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah
depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap
acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan
gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara
majlis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. Berbagai jenis senjata juga pernah digunakan seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya.
7.7. Makanan dan Minuman
Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan Padang terkenal dengan citarasa yang pedas, serta dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri[26].
Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.
Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti
kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, dan Karupuak Balado.
Selain itu Sumatera Barat, juga menghasilkan Kopi Luwak (Kopi Cirik
Musang) yang berasal dari wilayah Batang Palupuah, Bukittinggi.
Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas
daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya: kota Padang terkenal dengan bengkuang, kota Padangpanjang terkenal dengan pergedel jaguang, kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, kota Payakumbuh dengan galamai.
8. Pers dan media
Hampir keseluruhan saluran stasiun televisi nasional telah dapat
menjangkau kawasan Sumatera Barat. Selain itu provinsi ini juga memiliki
beberapa stasiun televisi lokal, seperti TVRI Sumatera Barat, Padang TV, Minang Televisi, TV E, Favorit TV dan Bukittinggi Televisi (BiTV).
Rata-rata disetiap kabupaten dan kota di provinsi ini telah memiliki
pemancar radio selain milik pemerintah juga swasta, seperti RRI Padang, Radio Classy FM, Radio Jelita FM, Radio SK FM, Radio Fanesa 5 FM dan sebagainya.
Sumatera Barat juga banyak memiliki media cetak jenis surat diantaranya ANTARA (Kantor Berita Indonesia) Biro Sumbar,[27] Harian Padang Ekspres, Harian Haluan, Harian Singgalang dan lain-lain. Media cetak tersebut juga tersedia dan dapat diakses secara online melalui internet.
Pada awalnya Sumatera Courant merupakan koran pertama yang terbitkan di Sumatera Barat oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1862. Selanjutnya tahun 1877 terbit Padangsche Handelsblad milik swasta. Kedua surat kabar ini menggunakan bahasa Belanda, dan baru pada tahun 1890 terbit surat kabar bulanan Pelita Kecil yang telah menggunakan bahasa Melayu.[28]
9. Terkait
- Aceh
- Sumatera Utara
- Bengkulu
- Jambi
- Riau
- Sumatera Barat
- Sumatera Selatan
- Lampung
- Kepulauan Bangka Belitung
- Kepulauan Riau
back to Sumatera
10. Rujukan
- "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- "Jumlah Penduduk Sumatera Barat". BPS Sumbar. Diakses pada 29 September 2010.
- Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 3 Oktober 2003.
- Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Minangkabau, West Sumatra, Dinas Pariwisata Sumatera Barat
- Amran, Rusli, (1981), Sumatra Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan.
- Asnan, Gusti, (2007), Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-640-6.
- www.tempointeraktif.com Wajah Baru Bakal Dominasi DPRD Sumatera Barat. TempoInteraktif. Edisi 19-05-2009
- Merekalah Yang akan Duduk di DPRD Sumbar.
- politik.vivanews.com Hanura Ungguli PPP di DPRD Sumatera Barat. VivaNews. Edisi 19-05-2009.
- Haris, Syamsuddin, 2005, Pemilu langsung di tengah oligarki partai: proses nominasi dan seleksi calon legislatif Pemilu 2004, Gramedia Pustaka Utama, ISBN 978-979-22-1695-0.
- Marsden, William, (2009), The History of Sumatra, BiblioBazaar, ISBN 978-0-559-09304-3.
- Arif, Mahmud, (2008), Pendidikan Islam Transformatif, PT LKiS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-1283-40-3.
- www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I-2010
- Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 24/05/13/Th. XIII, 10 Mei 2010. Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Februari 2010
- www.bi.go.id Profil Sumbar
- travel.kompas.com Pacu "Kudo" Bangkitkan Pariwisata Lokal (diakses 28 Oktober 2010)
- www.tourdesingkarak.com TdS (diakses pada 6 Juni 2011)
- Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6.
- Pauka K., (1998), Theater and martial arts in West Sumatra: Randai and silek of the Minangkabau, Ohio University Press, ISBN 978-0-89680-205-6.
- www.indosiar.com Sajian Tarian Khas Mentawai (diakses pada 25 juli 2010)
- Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial Belanda abad XIX/XX, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-661-1.
- Azinar Sayuti, Rifai Abu, (1985), Sistem ekonomi tradisional sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan daerah Sumatera Barat, hlm. 202, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
- Navis, A.A., Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3, Grasindo, ISBN 979-759-551-X.
- Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Adat, Dan Senjata Tradisional, PT Niaga Swadaya, ISBN 979-788-145-8.
- Schefold R., (1991), Mainan bagi roh: kebudayaan Mentawai, PT Balai Pustaka, ISBN 979-407-274-5.
- Ramli, Andriati, 2008, Masakan Padang: Populer & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1477-09-3.
- www.antara-sumbar.com Antara Sumbar
- Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788-032-3
11. Bacaan lainnya
- (Indonesia) Rusli Amran, (1981), Sumatera Barat hingga Plakat Panjang, Jakarta: Sinar Harapan.
- (Indonesia) Audrey R. Kahin, (2005), Dari pemberontakan ke integrasi: Sumatra Barat dan politik Indonesia, 1926-1998, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-519-6
- (Indonesia) A.A. Navis, (1984), Alam Takambang jadi Guru. Jakarta: PT. Grafiti Pers.
- (Indonesia) M.D. Mansoer, (1970), Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar