Simbol anarkisme |
Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
1. Etimologi
Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein
(pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas -
secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi tanpa
hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai
dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya".
Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang mempercayai dan menganut
anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.
“ | "Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia" (Peter Kropotkin) | ” |
“ | "Penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas" (Errico Malatesta) | ” |
1.1. Teori politik
Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki,
ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan
dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan
kebersamaan sosial. Anarkis
melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai
sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya.
Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal:
“ | "kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan"[1] | ” |
1.2. Anarkisme dan kekerasan
Dalam sejarahnya, para anarkis dalam berbagai gerakannya kerap kali
menggunakan kekerasan sebagai metode yang cukup ampuh dalam
memperjuangkan ide-idenya, seperti para anarkis yang terlibat dalam
kelompok Nihilis di Rusia era Tzar, Leon Czolgosz, grup N17 di Yunani.
Slogan para anarkis Spanyol pengikutnya Durruti yang berbunyi:
“ | Terkadang cinta hanya dapat berbicara melalui selongsong senapan | ” |
Yang sangat sarat akan penggunaan kekerasan dalam sebuah metode
gerakan. Penggunaan kekerasan dalam anarkisme sangat berkaitan erat
dengan metode propaganda by the deed,
yaitu metode gerakan dengan menggunakan aksi langsung (perbuatan yang
nyata) sebagai jalan yang ditempuh, yang berarti juga melegalkan
pengrusakan, kekerasan, maupun penyerangan. Selama hal tersebut
ditujukan untuk menyerang kapitalisme ataupun negara.
Namun demikian, tidak sedikit juga dari para anarkis yang tidak
sepakat untuk menjadikan kekerasan sebagai suatu jalan yang harus
ditempuh. Dalam bukunya What is Communist Anarchist, pemikir anarkis Alexander Berkman menulis:
“ | "Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali kekehidupan barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme berarti bahwa anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda. Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan." (Alexander Berkman, What is Communist Anarchist 1870 - 1936) | ” |
Dari berbagai selisih paham antar anarkis dalam mendefinisikan suatu
ide kekerasan sebagai sebuah metode, kekerasan tetaplah bukan merupakan
suatu ide eksklusif milik anarkisme, sehingga anarkisme tidak bisa
dikonotasikan sebagai kekerasan, seperti makna tentang anarkisme yang
banyak dikutip oleh berbagai media di Indonesia yang berarti sebagai
sebuah aksi kekerasan. Karena bagaimanapun kekerasan merupakan suatu
pola tingkah laku alamiah manusia yang bisa dilakukan oleh siapa saja
dari kalangan apapun.
2. Sejarah dan dinamika filsafat anarkisme
Anarkisme sebagai sebuah ide yang dalam perkembangannya juga menjadi
sebuah filsafat yang juga memiliki perkembangan serta dinamika yang
cukup menarik.
2.1. Anarkisme dan Marxisme
Marxisme
dalam perkembangannya setelah Marx dan Engels berkembang menjadi 3
kekuatan besar ideologi dunia yang menyandarkan dirinya pada
pemikiran-pemikiran Marx. Ketiga ideologi itu adalah : (1) Komunisme,
yang kemudian dikembangkan oleh Lenin menjadi ideologi Marxisme-Leninisme yang saat ini menjadi pegangan mayoritas kaum komunis sedunia; (2) Sosialisme Demokrat, yang pertama kali dikembangkan oleh Eduard Bernstein dan berkembang di Jerman dan kemudian berkembang menjadi sosialis yang berciri khas Eropa; (3) Neomarxisme dan Gerakan Kiri Baru, yang berkembang sekitar tahun 1965-1975 di universitas-universitas di Eropa.
Walaupun demikian, ajaran Marx tidak hanya berkutat pada ketiga
aliran besar itu karena banyak sekali sempalan-sempalan yang memakai
ajaran Marx sebagai basis ideologi dan perjuangan mereka. Aliran lain
yang berkembang serta juga memakai Marx sebagai tolak pikirnya adalah
Anarkisme.
Walaupun demikian anarkisme dan Marxisme berada dipersimpangan jalan
dalam memandang masalah-masalah tertentu. Pertentangan mereka yang
paling kelihatan adalah persepsi terhadap negara. Anarkisme percaya
bahwa negara mempunyai sisi buruk dalam hal sebagai pemegang monopoli
kekuasaan yang bersifat memaksa. Negara
hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok elit secara politik dan ekonomi,
dan kekuatan elit itu bisa siapa saja dan apa saja termasuk kelas
proletar seperti yang diimpikan kaum Marxis. Dan oleh karena itu
kekuasaan negara (dengan alasan apapun) harus dihapuskan. Di sisi lain,
Marxisme memandang negara sebagai suatu organ represif yang merupakan
perwujudan kediktatoran salah satu kelas terhadap kelas yang lain.
Negara dibutuhkan dalam konteks persiapan revolusi
kaum proletar, sehingga negara harus eksis agar masyarakat tanpa kelas
dapat diwujudkan. Lagipula, cita-cita kaum Marxis adalah suatu bentuk
negara sosialis yang bebas pengkotakan berdasarkan kelas.
Selain itu juga, perbedaan kentara antara anarkisme dengan Marxisme
dapat dilihat atas penyikapan keduanya dalam seputar isu kelas serta
seputar metoda materialisme historis
2.2. Pierre-Joseph Proudhon
Pierre-Joseph Proudhon,
adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap
perkembangan anarkisme; seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’
dan merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern.
Proudhon sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial di zamanya,
dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Di
antara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah yang paling mampu
mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan seseorang yang
mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah
evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang
lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.
Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi pemikiran
demokrat-demokrat di Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu, dan
juga pengaruh negara dan kebijaksanaan ekonomi dalam proses alami
kemajuan sosial. Baginya, pemberantasan kedua-dua perkembangan yang
bersifat seperti kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad
kesembilan belas. Proudhon bukanlah seorang komunis. Dia mengecam hak
milik sebagai hak untuk mengeksploitasi, tetapi mengakui hak milik umum
alat-alat untuk ber produksi, yang akan dipakai oleh kelompok-kelompok
industri yang terikat antara satu dengan yang lain dalam kontrak yang
bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk mengeksploitasi manusia lain
dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya.
Jumlah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda
menjadi ukuran nilainya dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut,
kemampuan kapital untuk menjalankan riba dimusnahkan. Jikalau kapital
tersedia untuk setiap orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi sebuah
instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi.
2.3. Internationale pertama
Tokoh utama kaum anarkisme adalah Mikhail Bakunin, seorang bangsawan Rusia yang kemudian sebagian besar hidupnya tinggal di Eropa Barat.
Ia memimpin kelompok anarkis dalam konverensi besar kaum Sosialis
sedunia (Internasionale I) dan terlibat pertengkaran dan perdebatan
besar dengan Marx. Bakunin akhirnya dikeluarkan dari kelompok Marxis
mainstream dan perjuangan kaum anarkis dianggap bukan sebagai perjuangan
kaum sosialis. Sejak Bakunin, anarkisme identik dengan tindakan yang
mengutamakan kekerasan dan pembunuhan sebagai basis perjuangan mereka.
Pembunuhan kepala negara, pemboman atas gedung-gedung milik negara, dan
perbuatan teroris lainnya dibenarkan oleh anarkhisme sebagai cara untuk
menggerakkan massa untuk memberontak.[2]
Mikhail Bakunin
merupakan seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi yang
dashyat. Bakunin merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi
mengembanginya ke bidang ekonomi ketika dia dan sayap kolektivisme dalam
First International mengakui hak milik kolektif atas tanah dan
alat-alat produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi kepada hasil
kerja seseorang. Bakunin juga merupakan anti komunis yang pada saat itu
mempunyai karakter yang sangat otoritar.
Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern (1868), dia berkata:
“ | Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara dan terserap di dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara --pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka. | ” |
Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First International percaya
bahwa revolusi sudah berada di ambang pintu, dan mengerahkan semua
tenaga mereka untuk menyatukan kekuatan revolusioner dan unsur-unsur libertarian
di dalam dan di luar First International untuk menjaga agar revolusi
tersebut tidak ditunggangi oleh elemen-elemen kediktatoran. Karena itu
Bakunin menjadi pencipta gerakan anarkisme modern. Peter Kropotkin
adalah seorang penyokong anarkisme yang memberikan dimensi ilmiah
terhadap konsep sosiologi anarkisme.
Anarkisme model Bakunin, tidaklah identik dengan kekerasan. Tetapi
anarkisme setelah Bakunin kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan
yang menjadikan kekerasan sebagai jalur perjuangan mereka. Dan puncaknya
adalah timbulnya gerakan baru yang juga menjadikan sosialisme Marx
sebagai pandangan hidupnya, yaitu Sindikalisme. gerakan ini menjadikan sosialisme Marx dan anarkisme Bakunin sebagai dasar perjuangan mereka. Bahkan gerakan mereka disebut Anarko-Sindikalisme.
3. Varian-varian anarkisme
Anarkisme, yang besar dan kemudian berbeda jalur dengan Marxisme,
bukan merupakan suatu ideologi yang tunggal. Di dalam anarkisme sendiri
banyak aliran-aliran pemikiran yang cukup berbeda satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terutama dalam hal penekanan dan prioritas pada suatu
aspek. Aliran-aliran dan pemikiran-pemikiran yang berbeda di dalam
Anarkisme adalah suatu bentuk dari berkembangnya ideologi ini
berdasarkan perbedaan latar belakang tokoh, peristiwa-peristiwa tertentu
dan tempat/lokasi dimana aliran itu berkembang.
3.1. Anarkisme-kolektif
Kelompok anarkisme-kolektif sering diasosiasikan dengan kelompok anti-otoritarian
pimpinan Mikhail Bakunin yang memisahkan diri dari Internationale I.
Kelompok ini kemudian membentuk pertemuan sendiri di St. Imier (1872).
Di sinilah awal perbedaan antara kaum anarkis dengan Marxis, diman
sejak saat itu kaum anarkis menempuh jalur perjuangan yang berbeda
dengan kaum Marxis. Perbedaan itu terutama dalam hal persepsi terhadap
negara.
Doktrin utama dari anarkis-kolektif adalah "penghapusan segala bentuk negara" dan "penghapusan hak milik pribadi dalam pengertian proses produksi". Doktrin pertama merupakan terminologi umum anarkisme, tetapi kemudian diberikan penekanan pada istilah "kolektif"
oleh Bakunin sebagai perbedaan terhadap ide negara sosialis yang
dihubungkan dengan kaum Marxis. Sedangkan pada doktrin kedua,
anarkis-kolektif mengutamakan penghapusan adanya segala bentuk hak milik
yang berhubungan dengan proses produksi dan menolak hak milik secara
kolektif yang dikontrol oleh kelompok tertentu. Menurut mereka, pekerja
seharusnya dibayar berdasarkan jumlah waktu yang mereka kontribusikan
pada proses produksi dan bukan "menurut apa yang mereka inginkan".
Pada tahun 1880-an,
para pendukung anarkis kebanyakan mengadopsi pemikiran
anarkisme-komunis, suatu aliran yang berkembang terutama di Italia
setelah kematian Bakunin. Ironisnya, label "kolektif" kemudian secara umum sering diasosiasikan dengan konsep Marx tentang negara sosialis.
3.2. Anarkisme komunis
Ide-ide anarkis
bisa ditemui dalam setiap periode sejarah, walaupun masih banyak
penelitian yang harus dilakukan dalam bidang ini. Kita menemuinya dalam
karya filsuf Tiongkok, Lao-Tse (yang berjudul Arah dan Jalan yang Benar[3].) dan juga filsuf-filsuf Yunani seperti Hedonists[4] dan Cynics[5]
dan orang-orang yang mendukung ‘hukum alam’, khususnya Zeno yang
menemukan aliran ‘Stoic’ yang berlawanan dengan Plato. Mereka menemukan
ekspresi dari ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan juga dipengaruhi oleh beberapa aliran Kristen di Zaman Pertengahan di Perancis, Jerman dan Belanda. Hampir semua dari mereka menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia, anarkisme ditemui dalam karya Peter Chelciky (The Net of Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang dilakukan oleh Leo Tolstoy di kemudian hari.
Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan kehidupan yang bebas dari semua cengkraman otoritas. Sebagian dari pemrakarsa ideologi libertarian lainnya adalah La Boetie, Sylvan Marechal, dan Diderot. Karya William Godwin
yang berjudul ‘Pertanyaan Mengenai Keadilan Politik dan Pengaruhnya
Terhadap Moralitas dan Kebahagiaan’, merupakan bagian penting dari
sejarah anarkisme kontemporer. Dalam karyanya tersebut Godwin menjadi
orang pertama yang memberikan bentuk yang jelas mengenai filsafat
anarkisme dan meletakannya dalam konteks proses evolusi sosial pada
saat itu. Karya tersebut, boleh kita bilang adalah ‘buah matang’ yang
merupakan hasil daripada evolusi yang panjang dalam perkembangan konsep
politik dan sosial radikal di Inggris, yang meneruskan tradisi yang
dimulai oleh George Buchanan sampai Richard Hooker, Gerard Winstanley, Algernon Sydney, John Locke, Robert Wallace dan John Bellers sampai Jeremy Bentham, Joseph Priestley, Richard Price dan Thomas Paine.
Godwin menyadari bahwa sebab-sebab penyakit
sosial dapat ditemukan bukanlah dalam bentuk negara tetapi karena
adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah merupakan karikatur
masyarakat, dan manusia yang ada dalam cengkraman negara ini hanyalah
merupakan karikatur diri mereka karena manusia-manusia ini digalakkan
untuk menyekat ekspresi alami mereka dan untuk melakukan
tindakan-tindakan yang merusak akhlaknya. Hanya dengan cara-cara
tersebut, manusia dapat dibentuk menjadi hamba yang taat. Ide Godwin
mengenai masyarakat tanpa negara mengasumsikan hak sosial untuk semua
kekayaan alam dan sosial, dan kegiatan ekonomi akan dijalankan
berdasarkan ko-operasi bebas di antara produsen-produsen; dengan idenya, Godwin menjadi penemu Anarkisme Komunis.
Namun demikian, kelompok anarkisme-komunis pertama kali diformulasikan oleh Carlo Cafiero, Errico Malatesta dan Andrea Costa
dari kelompok federasi Italia pada Internasionale I. Pada awalnya
kelompok ini (kemudian diikuti oleh anarkis yang lain setelah kematian
Bakunin seperti Alexander Berkman, Emma Goldman, dan Peter Kropotkin)
bergabung dengan Bakunin menentang kelompok Marxis dalam Internasionale
I.
Berbeda dengan anarkisme-kolektif yang masih mempertahankan upah
buruh berdasarkan kontribusi mereka terhadap produksi, anarkisme-komunis
memandang bahwa setiap individu seharusnya bebas memperoleh bagian dari
suatu hak milik dalam proses produksi berdasarkan kebutuhan mereka.
Kelompok anarkisme-komunis menekankan pada egalitarianism (persamaan), penghapusan hirarki sosial (social hierarchy),
penghapusan perbedaan kelas, distribusi kesejahteraan yang merata,
penghilangan kapitalisme, serta produksi kolektif berdasarkan
kesukarelaan. Negara dan hak milik pribadi adalah hal-hal yang tidak
seharusnya eksis dalam anarkisme-komunis. Setiap orang dan kelompok
berhak dan bebas untuk berkontribusi pada produksi dan juga untuk
memenuhi kebutuhannya berdasarkan pilihannya sendiri.
3.3. Anarko-Sindikalisme
Salah satu aliran yang berkembang cukup subur di dalam lingkungan
anarkisme adalah kelompok anarko-sindikalisme. Tokoh yang terkenal dalam
kelompok anarko-sindikalisme antara lain Rudolf Rocker,
ia juga pernah menjelaskan ide dasar dari pergerakan ini, apa
tujuannya, dan kenapa pergerakan ini sangat penting bagi masa depan
buruh dalam pamfletnya yang berjudul Anarchosyndicalism pada tahun 1938.[6]
Pada awalnya, Bakunin juga adalah salah satu tokoh dalam anarkisme yang
gerakan-gerakan buruhnya dapat disamakan dengan orientasi kelompok
anarko-sindikalisme, tetapi Bakunin kemudian lebih condong pada
anarkisme-kolektif.
Anarko-sindikalisme adalah salah satu cabang anarkisme yang lebih menekankan pada gerakan buruh (labour movement). Sindikalisme, dalam bahasa Perancis, berarti “trade unionism”. Kelompok ini berpandangan bahwa serikat-serikat buruh (labor unions)
mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan
sosial secara revolusioner, mengganti kapitalisme serta menghapuskan
negara dan diganti dengan masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh
pekerja. Anarko-sindikalisme juga menolak sistem gaji dan hak milik
dalam pengertian produksi. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas,
anarko-sindikalisme sepertinya tidak mempunyai perbedaan dengan
kelompok-kelompok anarkisme yang lain.
Prinsip-prinsip dasar yang membedakan anarko-sindikalisme dengan kelompok lainnya dalam anarkisme adalah : (1) Solidaritas pekerja (Workers Solidarity); (2) Aksi langsung (direct action); dan (3) Manajemen-mandiri buruh (Workers self-management).
3.4. Anarkisme individualisme
Anarkisme individualisme atau Individual-anarkisme adalah salah satu
tradisi filsafat dalam anarkisme yang menekankan pada persamaan
kebebasan dan kebebasan individual. Konsep ini umumnya berasal dari
liberalisme klasik. Kelompok individual-anarkisme percaya bahwa "hati nurani individu seharusnya tidak boleh dibatasi oleh institusi atau badan-badan kolektif atau otoritas publik". Karena berasal dari tradisi liberalisme, individual-anarkisme sering disebut juga dengan nama "anarkisme liberal".
T
okoh-tokoh yang terlibat dalam individual-anarkisme antara lain adalah Max Stirner, Josiah Warren, Benjamin Tucker, John Henry Mackay, Fred Woodworth, dan lain-lain. Kebanyakan dari tokoh-tokoh individual-anarkisme berasal dari Amerika Serikat,
yang menjadi basis liberalisme. Dan oleh karena itu pandangan mereka
terhadap konsep individual-anarkisme kebanyakan dipengaruhi juga oleh
alam pemikiran liberalisme.
Individual-anarkisme sering juga disebut "anarkisme-egois", karena salah satu tokohnya, Max Stirner, menulis buku "Der Einzige und sein Eigentum" (b.Inggris : The Ego and Its Own / b.Indonesia : Ego dan Miliknya)[7]
yang dengan cepat dilupakan, tetapi mengalami kebangkitan lima puluh
tahun kemudian, buku tersebut lebih menonjolkan peran individu.
Buku Stirner itu pada dasarnya adalah karya filsafat yang menganalisis ketergantungan manusia dengan apa yang dikenal sebagai ‘kekuasaan yang lebih tinggi’
(higher powers). Dia tidak takut memakai kesimpulan- kesimpulan yang
diambil dari hasil survei. Buku tersebut merupakan pembrontakan yang
sadar dan sengaja yang tidak menunjukan kehormatan kepada otoritas dan
karenanya sangat menarik bagi pemikir mandiri.
3.5. Varian-varian anarkisme lainnya
Selain aliran-aliran yang disebut di atas, masih banyak lagi aliran
lain yang memakai pemikiran anarkisme sebagai dasarnya. Antara lain :
- Post-Anarchism, yang dikembangkan oleh Saul Newman dan merupakan sintesis antara teori anarkisme klasik dan pemikiran post-strukturalis.
- Anarki pasca-kiri, yang merupakan sintesis antara pemikiran anarkisme dengan gerakan anti-otoritas revolusioner di luar pemikiran “kiri” mainstream.
- Anarka-Feminisme, yang lebih menekankan pada penolakan pada konsep patriarka yang merupakan perwujudan hirarki kekuasaan. Tokohnya antara lain adalah Emma Goldman.
- Eko-Anarkisme dan Anarkisme Hijau, yang lebih menekankan pada lingkungan.
- Anarkisme insureksioner, yang merupakan gerakan anarkis yang menentang segala organisasi anarkis dalam bentuk yang formal, seperti serikat buruh, maupun federasi. Definisi tentang anarkisme insureksioner dijelaskan dalam jurnal Do or Die dan pamflet-pamflet grup Venomous Butterfly yang insureksionis :
“ | Adalah suatu bentuk, yang tidak dapat terbakukan dalam satu kubu, serta sangat beragam dalam perspektifnya. Anarkisme Insureksioner bukanlah sebuah solusi ideologis bagi masalah-masalah sosial, dan juga bukan komoditi dalam pasar ideologi yang digelar kapitalisme. Melainkan, ia adalah praktik berkelanjutan yang bertujuan untuk mengakhiri dominasi negara dan berteruskembangnya kapitalisme, yang membutuhkan analisis-analisis dan diskusi-diskusi untuk menjadikannya semakin maju dan berkembang. Menurut sejarahnya, kebanyakan anarkis, kecuali mereka yang percaya bahwa peradaban kapitalisme akan terus berkembang hingga titik kehancurannya sendiri, percaya bahwa sebentuk aktivitas insureksioner dibutuhkan untuk dapat mentransformasikan masyarakat secara radikal. Dalam artian ini, negara harus dipukul mundur dari eksistensinya oleh mereka yang tereksploitasi dan termarjinalkan, dengan demikian para anarkis harus menyerang: menunggu sistem ini melenyap dan menghancurkan dirinya sendiri adalah sebuah kekalahan telak. | ” |
4. Anarkisme dan agama
Pada dasarnya, sejak mulai dari Proudhon, Bakunin, Berkman, dan
Malatesta sampai pada kelompok-kelompok anarkis yang lain, anarkisme
selalu bersikap skeptik dan anti terhadap institusi agama. Dalam
pandangan mereka, institusi keagamaan selalu bersifat hirarki dan
mempunyai kekuasaan seperti layaknya negara, dan oleh karena itu harus
ditolak. Tetapi dalam agama sendiri (Kristen, Yahudi, Islam, dll) sebenarnya pemikiran akan “anarkisme” dalam pengertian “without ruler” sudah banyak ditemui.
4.1. Anarkis-kristen
Dalam agama Kristen, konsep yang dipakai oleh kaum anarkis-kristen adalah berdasarkan konsep bahwa hanya Tuhan
yang mempunyai otoritas dan kuasa di dunia ini dan menolak otoritas
negara, dan juga gereja, sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan. Dari
konsep ini kemudian berkembang konsep-konsep yang lain misalnya pasifisme (anti perang), non-violence (anti kekerasan), abolition of state control (penghapusan kontrol negara), dan tax resistance
(penolakan membayar pajak). Semuanya itu dalam konteks bahwa kekuasaan
negara tidak lagi eksis di bumi dan oleh karena itu harus ditolak.
Tokoh-tokoh yang menjadi inspirasi dalam perkembangan gerakan
anarkis-kristen antara lain : Soren Kierkegaard, Henry David Thoreau, Nikolai Berdyaev, Leo Tolstoy, dan Adin Ballou.
4.2. Anarkisme dan Islam
Dalam agama Islam, kelompok anarkisme melakukan interpretasi terhadap
konsep bahwa Islam adalah agama yang bercirikan penyerahan total
terhadap Allah (bahasa Arab
allāhu الله), yang berarti menolak peran otoritas manusia dalam bentuk
apapun. Anarkis-Islam menyatakan bahwa hanya Allah yang mempunyai
otoritas di bumi ini serta menolak ketaatan terhadap otoritas manusia
dalam bentuk fatwa atau imam. Hal ini merupakan elaborasi atas konsep “tiada pemaksaan dalam beragama”.
Konsep anarkisme-islam kemudian berkembang menjadi konsep-konsep
lainnya yang mempunyai kemiripan dengan ideologi sosialis seperti
pandangan terhadap hak milik, penolakan terhadap riba, penolakan
terhadap kekerasan dan mengutamakan self-defense, dan lain-lain. Kelompok-kelompok dalam Islam yang sering diasosiasikan dengan anarkisme antara lain : Sufisme dan Kelompok Hashshashin.
Salah seorang tokoh muslim anarkis yang berpengaruh yaitu Peter Lamborn Wilson,
yang selalu menggunakan nama pena Hakim Bey. Dia mengkombinasikan
ajaran sufisme dan neo-pagan dengan anarkisme dan situasionisme. Dia
juga merupakan seorang yang terkenal dengan konsepnya Temporary Autonomus Zones[1].
Yakoub Islam, seorang anarkis muslim, pada 25 Juni 2005 mempublikasikan Muslim Anarchist Charter (Piagam Muslim Anarkis), yang berbunyi :
“ |
|
” |
5. Kritik atas anarkisme
Baik secara teori ataupun praktik, anarkisme telah menimbulkan
perdebatan dan kritik-kritik atasnya. Beberapa kritik dilontarkan oleh
lawan utama dari anarkisme seperti pemerintah. Beberapa kritik lainnya
bahkan juga dilontarkan oleh para anarkis sendiri serta ada juga yang
muncul dari kalangan kaum kiri otoritarian seperti yang dilontarkan oleh
kalangan marxisme. Kritik biasanya dilontarkan sekitar permasalahan
idealisme anarkisme yang mustahil dapat diterapkan di dunia nyata,
seperti apa yang banyak dipecaya oleh para anarkis mengenai ajaran bahwa
manusia pada dasarnya baik dan bisa menggalang solidaritas kemanusiaan
untuk kesejahteraan manusia tanpa penindasan oleh sebagiannya yang hal
tersebut banyak dibantah oleh para ekonom. Dan juga mengenai ajaran
bahwa setiap manusia lahir bebas setara yang juga dibantah oleh para
pakar sosiolog.[8]
Kritik juga dilontarkan atas penolakan anarkisme terhadap organisasi
sentralis seperti pemerintahan kaum buruh, partai revolusioner, dan lain
sebagainya, yang dianggap oleh banyak pihak justru akan melemahkan
posisi kaum anarkis apabila revolusi terjadi. Hal ini juga yang
dituduhkan kepada para anarkis saat revolusi Spanyol terjadi, paska pengambilan kekuasaan oleh kaum proletariat atas rezim fasis yang pada saat itu berkuasa di Spanyol.[9]
6. Catatan dan referensi
- The Political Philosophy of Bakunin, Hal. 269, Mikhail Bakunin
- Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta, 1999
- Lao tse, Arah dan Jalan yang Benar. diterjemahkan kedalam bahasa inggris dari the German of Alexander Ular. Penerbit the Inselbucherei, Leipzig
- Salah satu Hedonis awal adalah Cyrenaics (400 SM), yang menggagaskan ide bahwa seni kehidupan adalah memaksimalkan setiap detik kehidupan untuk kenikmatan yang memuaskan indera dan intelek
- Para pengikut Diogenes (400-325 SM), yang mengemukakan filsafat hidup bahwa dengan mereduksi keinginan seseorang sampai pada kebutuhan minimal, disatu sisi memerlukan disiplin diri yang keras, tapi disis lain akan mengantar pada swasembada/ketidaktergantungan dan kebebasan. Mazhab ini mengalami masa kejayaan pada tahun abad 3 SM dan muncul lagi pada abad 1 M.
- Anarchosyndicalism oleh Rudolph Rocker diterbitkan kembali pada 7 September 2006
- Stirner, Max (1907). The Ego and His Own. Diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam bahasa inggris oleh Steven T. Byington. New York: Benj. R. Tucker
- Zaro Sastrowardoyo, Anarkisme Sosial
Arief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar